🦋͓ꦿ݉ᐧChapter 28๑᩿᩿ᨗ࿐

1.6K 190 3
                                    


Raehyun terbaring lemas di dalam gudang. Ia tak sanggup untuk bergerak. Tangannya sangat sakit. Dia juga kedinginan, bibirnya pun sampai membiru. Air matanya masih mengalir membasahi pipinya.

"Papa...mama...kakak..." panggil Raehyun lirih. Sangat lirih. Lebih seperti sebuah bisikan.

Ia ketakutan sekarang. Kenapa Jeno dan Siyeon sejahat itu padanya? Apa salahnya?

Lagi-lagi tangisan Raehyun semakin menjadi-jadi. Ia tak memiliki tenaga lagi untuk berteriak. Lagipun akan sia-sia karena pasti tidak akan ada yang peduli dengannya

Sebenarnya, anak itu sedang kambuh. Traumanya kembali. Dalam pikirannya terputar semua memori saat ia dibully oleh teman-temannya. Bisa merasakan sesakit apa rasanya. Dunia sangat kejam padanya. Tak bisakah ia hidup seperti manusia kebanyakan yang sangat bahagia karena memiliki sahabat? Jangankan sahabat, Raehyun saja tak memiliki teman.

Tapi itu dulu. Kedatangan Hyunjin, yang sudah ia anggap sebagai sahabatnya, mampu membangkitkannya. Meski ia memiliki keluarga, tapi tentunya ia juga perlu orang lain sebagai teman dekatnya.

.

Minho masih mengelilingi kota untuk mencari keberadaan adiknya. Ia benar-benar mengkhawatirkan Raehyun. Terlebih kedua orang tuanya. Yuna saja sampai pingsan saat mengetahui Raehyun hilang. Sedangkan Seokmin berhasil melayangkan tamparan untuk Minho.

Seokmin marah pada Minho karena lalai menjaga adiknya, dan tentunya ia juga sangat marah pada dirinya sendiri.

"Argh!!!" Minho memukul setir mobilnya. Raehyun sama sekali tak meninggalkan jejak dimanapun.

Tadi Minho sudah sempat ke sekolah, tapi penjaga sekolah tersebut tidak membolehkan siapapun masuk ke dalam. Padahal Minho sangat yakin Raehyun ada disana.

Haruskah ia menyelinap masuk ke sekolah? Oke, sepertinya itu adalah ide yang bagus.

Minho memutar arah mobilnya untuk kembali ke sekolah. Kecepatannya bahkan mencapai 70km/jam karena jalanan sedang sepi. Minho berkali kali melafalkan doa doa kepada tuhan agar Raehyun benar ada disana dengan keadaan sehat.

Dengan kecepatan tadi, Minho hanya membutuhkan waktu 5 menit untuk sampai ke sekolah Raehyun. Ia memarkirkan mobilnya sedikit jauh dari gerbang sekolah supaya tidak ketahuan oleh penjaga sekolah.

Minho berlari ke bagian belakang sekolah untuk memanjat pagarnya. Itu adalah salah satu jalan lain.

Hap

Dengan sekali loncatan, Minho sudah berada di atas pagar sekolah. Yang harus ia lakukan sekarang adalah meloncat ke bawah. Sayangnya lelaki itu takut ketinggian.

Padahal tinggi pagarnya cuman 2 meter????

Minho mengumpulkan segala keberaniannya untuk meloncat ke bawah. Ia menutup matanya setelahnya. Melangkah maju lalu melompat sampai ia mendarat mulus di tanah.

"P-papah...."

Minho mendengar sebuah suara. Ia kembali menajamkan pendengarannya.

"M-mamah...hiks.."

Minho sangat yakin suara itu berasal dari ruangan di depan sana.

"Kak Minho..."

Mata Minho membelalak. Ia sangat yakin itu suara Raehyun, adiknya. Sampai di depan ruangan itu, Minho mencoba membuka pintunya. Sial sekali karena dikunci.

"Dek?! Ini kakak!! Tenang!!" Minho berkali-kali mendobrak pintunya dengan bahunya.

"Kak...takut..."

Bruk

Minho berhasil mendobrak pintu tersebut. Ia mencari saklar lampu dan menyalakannya. Hal pertama yang ia lihat adalah adiknya yang tengah terbaring dengan kondisi berantakan. Bajunya dipenuhi oleh tepung. Dan tangan adiknya yang melepuh. Sangat mengerikan.

"RAE!" Minho segera menghampiri adiknya dan memeluknya.

Dalam pelukan itu, Raehyun menangis sejadi-jadinya. Rasa takutnya berkurang saat Minho disini dan memeluknya.

"Ayo ke rumah sakit."

To be continued

[1] Gone ーHyunjin [ON REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang