Sider? Please, jangan sampe ada.
Hargain dong cher yang udah ngetik :(
Kalau gak suka ya gak apa apa:) mending out aja, cher gak maksa kok ;)
<==>
Dingdong
Bel rumah keluarga Lee berbunyi. Pelayan rumah pun segera membukakan pintu. Tampak seorang lelaki bertubuh proposal dengan setelan hoodie di badannya.
Siapa lagi kalau bukan oknum Hwang Hyunjin.
"Bisa bertemu dengan Lee Minho?" tanya Hyunjin sopan.
"Boleh, ini Hwang Hyunjin bukan? Putra Lee sudah menunggu di ruang musik." sang pelayan mempersilahkan Hyunjin untuk masuk.
"Terima kasih," Hyunjin membungkuk ke arah pelayan dan dibalas oleh pelayan tersebut. Lalu kakinya mulai berjalan memasuki kawasan rumah Keluarga Lee. Dengan sang pelayan yang masih mengikutinya untuk mengarahkan jalan.
Berdasarkan pengamatannya, keluarga ini sangatlah kaya. Terbukti dari beberapa pajangan miniatur yang dilihat-lihat memiliki harga selangit.
Keluarga Hwang dibanding ini bukan apa-apa.
Dan sekarang sampailah Hyunjin di sebuah ruangan yang sepertinya merupakan ruang musik.
"Putra Lee ada di dalam. Saya tinggal dulu." sang pelayan berbungkuk sopan untuk berpamitan. Hyunjin juga balik berbungkuk.
Hyunjin membuka knop pintu ruang musik. Pandangannya berubah menjadi sebuah bentuk kekaguman.
Ruang musik ini benar-benar lengkap dan mewah. Berbagai alat musik ada di dalamnya. Mulai dari gitar, drum, ukulele, terompet, piano, dan lainnya ada disini.
Kesan pertama Hyunjin saat memasuki rumah keluarga Lee : anjir.
Jangan sampai penyakit jantung Hyunjin kambuh hanya karena merasa kagum terus menerus.
"Halo, eum, p-pak?"
Minho terkekeh mendengar sapaan Hyunjin,"Gak usah manggil pak. Gue masih muda, seumuran sama Eunbi kakak lo."
"Terus apa? Abang?"
"Boleh, panggil abang aja." Minho setuju. Ia pun berjalan mendekati sebuah piano besat yang letaknya di pusat ruang musik.
Hyunjin mengikuti Minho. Dan pastinya dengan kekaguman yang masih membara di dirinya.
"Mulai sekarang aja ya?"
°•°
Raehyun mengambil tongkat panjangnya kembali. Ia ingin pergi ke dapur untuk menemui Yuna. Perutnya sudah keroncongan.
Dengan hati-hati Raehyun berjalan, beruntung kamarnya berada di lantai satu jadi tidak usah susah-susah menuruni tangga.
"Mama?"
Yuna menengok saat Raehyun memanggilnya. Secepat kilat Yuna menjemput anaknya dan membimbingnya untuk duduk di kursi meja makan.
"Kenapa, sayang?" tanya Yuna lembut.
"Aku laper, ma. Ada cemilan gak?" pinta Raehyun sambil tersenyum manis.
"Bentar ya, nak." Yuna berdiri untuk membuka kulkas yang diletakan tak jauh dari meja makan.
Dari kejauhan ada seorang lelaki yang menatap kejadian itu dengan tatapan sendu ketika sebelumnya menatap kaget karena perempuan yang kemarin dia temui menderita kebutaan.
-dan juga sepertinya perempuan itu adalah adik dari Minho.
Begitu pikir Hyunjin.
'Pantes aja kemaren gak bales jabatan tangan gue,' batin Hyunjin.
Yuna mengambil beberapa cemilan dari kulkas dan langsung memberikannya kepada Raehyun. Tangan Yuna membantu Raehyun meraba cemilan-cemilan itu.
"Mama udah bawain banyak makanan, mama suapin, ya?" kata Yuna lembut dengan tangan kirinya yang mengelus rambut Raehyun lembut.
Terlihat Raehyun dengan raut bahagianya tapi tidak dengan tatapannya. Tentu saja tatapannya masih terlihat kosong.
"Buka mulutnya~" Yuna mengarahkan sebuah ciki ke mulut Raehyun.
Dengan senang hati Raehyun membuka mulutnya.
"Wah papa juga mau dong!" Seokmin tiba-tiba muncul.
Dari kejauhan Hyunjin menatap sedih. Ia merasa iri karena melihat momen orang tua dan anak itu.
Hyunjin iri. Sangat sangat iri. Ia juga ingin merasakan hal itu.
"Dia buta tapi dia punya keluarga yang lengkap, hidupnya pasti bahagia." gumam Hyunjin.
Tidak selalu, Hyunjin.
Tapi tunggu, kenapa wajah kedua orang tua Raehyun sangat familiar? Ah lupakan, ia tak mau memikirkannya.
To be continued
<==>
Alohaaaaaa~~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Gone ーHyunjin [ON REVISI]
Fanfiction[SEDANG DIREVISI] Kelebihan bukan untuk disombongkan dan kekurangan bukan untuk dijadikan hinaan. ©wattpad, cherryvator