🦋͓ꦿ݉ᐧChapter 36๑᩿᩿ᨗ࿐

2.3K 210 23
                                    

Setelah permainan piano selesai. Minho terdiam di tempatnya. Tangisnya semakin menjadi-jadi, terlebih saat ia melihat bagaimana adiknya tersenyum sambil menangis. Ini sangat menyakitkan.

Beberapa menit kemudian, Minho berdiri dan berjalan menghampiri adiknya. Wajah Raehyun yang tadinya bahagia menjadi murung, Minho jadi tak sanggup untuk memberitahu keadaan Hyunjin sekarang.

Minho langsung memeluk badan adiknya, menenggelamkan kepala Raehyun di ceruk lehernya.

"Hyunjin langsung izin pulang, kepalanya sakit lagi." kata Minho sedikit berbohong.

Raehyun hanya mengangguk. Tangisnya ternyata masih belum berhenti. Dalam pelukan sang kakak, Raehyun mengeluarkan perasaan marah dan kesalnya pada takdir. Kenapa Tuhan sekejam ini padanya? Ia padahal baru saja merasakan bagaimana manisnya cinta. Tapi, takdir memilih menyakiti mereka berdua dengan Hyunjin sebagai tokoh utamanya.

"Kenapa takdir sekejam ini, Kak?" guman Raehyun.

"Stt, yakin aja Hyunjin gak kenapa-kenapa." Minho menangkan.

Tak lama, Yuna datang menghampiri mereka. Wajahnya terlihat sembab, sepertinya habis menangis. Tapi Yuna tersenyum untuk menyembunyikan rasa sedihnya.

"Adek, ayo siap-siap. Kita ke rumah sakit. Ada orang yang dengan senang hati mau mendonorkan matanya." ucap Yuna, bibirnya bergetar saat tersenyum.

Raehyun melepas pelukan kakaknya. Ekspresi Raehyun terkejut dan bahagia. Ia sangat senang mendengar kabar tersebut. Impiannya selama ini akan terkabul, untuk melihat bagaimana indahnya ciptaan Tuhan. Melihat wajah ibunya, ayahnya, kakaknya, dan juga Hyunjin.

°•°

Minhyun, Seokmin, Yeji, dan Eunbi sedang berada di depan ruang UGD, lagi. Di dalam sana Hyunjin untuk kesekian kalinya berjuang melawan kritisnya.

Jika saat itu yang paling khawatir adalah Minhyun, maka sekarang Yeji lah yang mengantikannya. Perasaannya sudah tak enak. Yeji takut hal itu terjadi pada kembarannya.

Pintu ruang UGD tiba-tiba terbuka dan nampaklah Kim Doyoung -dokter yang menangani Hyunjin- disana. Semua orang langsung berdiri menunggu kabar kondisi Hyunjin.

"Kalian semua disuruh pasien hwang hyunjin masuk."

Dokter Kim mempersilakan keempat orang tersebut untuk masuk. Minhyun merasa deja vu sekarang. Tidak, jangan lagi.

Saat masuk, terlihat Hyunjin dengan banyak alat yang menempel di badannya. Lelaki itu terlihat sangat lemah, hal itu sukses mengundang air mata Minhyun untuk jatuh kembali.

"Ayah..." panggil Hyunjin.

Minhyun langsung mendekati anaknya.

"Maafin Hyunjin karena udah nyusahin ayah. Maaf kalau Hyunjin sering durhaka sama Ayah, maafin semua kesalahan Hyunjin." ucap Hyunjin sangat tulus.

Minhyun tak sanggup berkata apa-apa lagi.

Hwang Hyunjin, lelaki itu sudah menyerah pada hidupnya.

"Kak Eunbi...makasih karena sering dengerin curhatan Hyunjin, maaf juga karena Hyunjin sering ngejekin kakak." kata Hyunjin ke Eunbi.

"Yeji..." Hyunjin menatap wajah perempuan yang merupakan kembarannya dengan tatapan sedih.

Hyunjin mengambil tangan Yeji dan membuka genggaman tangan perempuan itu. Memberikan sebuah benda dan menutup kembali genggaman itu.

"Kasih ke Raehyun." amanat Hyunjin sambil tersenyum paksa.

"Papa Seokmin...Ayah..." Hyunjin beralih ke Seokmin dan Minhyun

Seokmin yang merasa terpanggil tentunya langsung mendekat ke bangsal Hyunjin, sedangkan Minhyun kembali menatap anaknya.

"A-aku mau donorin mata aku buat Raehyun, argh-

Napas Hyunjin tersengal tiba-tiba. Semua orang kaget, untung saja dokter Kim saat itu tidak kemana-mana. Ia langsung memeriksa keadaan Hyunjin.

"Hyunjin! Nak!" Minhyun histeris.

Setelah memeriksa keadaan Hyunjin, Dokter Kim terdiam di tempatnya. Ia tak sanggup memberitahu hal ini.

"Hyunjin baik baik aja kan, dok? Iya kan? Kembaran saya gak papa kan?" tanya Yeji berangsur sambil menggoyang-goyangkan tangan Dokter Kim.

Kim Doyoung hanya terdiam.

"Dokter, Hyunjin gak papa kan?" Eunbi bertanya kembali.

Lagi-lagi Doyoung diam. Mulutnya terasa terkunci hanya untuk menjawab pertanyaan itu.

"Dok! Jawab!" bentak Seokmin akhirnya.

Doyoung menghela napasnya pelan.

"Hwang Hyunjin telah meninggal."

Minhyun meraung-raung tak jelas, meracaukan segala umpatan dan teriakan agar anaknya terbangun dengan Yeji yang mencoba menenangkannya. Eunbi terduduk kaku di samping bangsal Hyunjin.

Seokmin juga sama terpukulnya, ia membantu Yeji menenangkan Minhyun yang mengamuk.

"Nak, bangun. Ayo. Jangan ngedrama. Hyunjin bangun. BANGUN!!! ANAKKU BANGUN!!!!! JANGAN TINGGALIN AYAH!!" Minhyun memeluk badan Hyunjin yang sudah tak bernyawa dengan erat. Ia tak ingin kehilangan Hyunjin, sangat tak ingin.

"Bang, udah, ikhlasin Hyunjin." ucap Seokmin sambil mengelus pundak Minhyun.

"Ayah...Hyunjin sekarang gak sakit lagi. Ikhlasin dia, dia mau ketemu bunda di langit sana. Dia udah tenang." kata Yeji.

Sedangkan Eunbi, untuk kedua kalinya ia merasakan hal ini. Orang yang ia sayangi kembali pergi.

"Hyunjin, tenang disana..." kata Eunbi lirih dengan bibirnya yang bergetar.

Minhyun masih dengan posisinya, memeluk Hyunjin, ia tak ingin lepas dari anaknya.

"Ayah, untuk sekarang ingat amanat-amanat Hyunjin. Apa ayah setuju?" tanya Yeji dengan isakannya.

Minhyun perlahan melepas pelukannya dan berdiri tegak. Matanya terpejam sejenak lalu mengangguk pelan.

"Dokter, anak saya ingin mendonorkan matanya." ucap Minhyun berusaha tegar.

"Kalau begitu sekarang kita lakukan operasi. Pasien yang menerima pendonoran diharap dibawa ke rumah sakit ini sekarang." kata Kim Doyoung.

°•°

To be continued

Bentar lgi ending wkwk

[1] Gone ーHyunjin [ON REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang