Readers sama vote beda banget ya? Seru gak nyidernya?
°•°
Hyunjin sekarang berada di rooftop, ia mengacak-acak rambutnya frustasi. Ia sama sekali tak percaya bahwa yang tadi adalah dirinya sendiri. Atau lebih tepatnya dirinya di masa lalu. Ia takut kalau sifatnya yang dulu kembali muncul hanya karena sebuah emosi.
Dulu Hyunjin sangat sering memukuli teman-temannya entah bersalah atau tidak. Tapi dirinya kini berubah saat bertemu dengan Raehyun. Ia melakukan hal itu hanya karena ingin semua orang merasakan penderitaannya. Penderitaan kehidupannya.
Iya, Hyunjin menderita saat itu. Lengkapnya adalah keluarganya. Perusahaan milik Minhyun bangkrut dan memiliki hutang yang sangat besar pada bank sehingga membuat Minhyun harus menjual rumahnya.
Ditambah saat Hyunjin tau kalau dia menderita penyakit jantung.
Raehyun berhasil membuat Hyunjin sadar kalau sekejam apapun dunia, pasti akan ada orang yang peduli.
"Itu bukan gue, bukan gue, BUKAN GUE!!" Hyunjin berteriak histeris.
Sofa bekas yang berada di sampingnya ditendang begitu saja. Hyunjin tidak bisa mengontrol emosinya sekarang.
"Hey, Hwang Hyunjin!"
Persetan untuk Lee Jeno yang rupanya menguntit Hyunjin ke rooftop. Hasrat untuk membunuh Jeno habis-habisan karena berani mengganggunya semakin terkuak, terlebih mereka sekarang berada di lantai paling atas. Hyunjin bisa saja melempar lelaki itu dari sini.
"Pengecut lo,"
Hyunjin mengepalkan kedua tangannya untuk menyalurkan emosi saat mendengar ejekan dari Jeno.
Terdengar langkah Jeno yang menghampirinya. Hyunjin tentunya langsung tau kejadian yang akan terjadi berikutnya. Secepat kilat, ia membalikan badannya dan mendampati Jeno dengan ancang-ancang ingin meninjunya. Dengan gerakan gesit Hyunjin menahannya, tak cukup itu saja, ia juga memutar lengan itu.
"Lo sekarang udah mancing emosi gue, jadi salahin diri lo sendiri." ucap Hyunjin.
Bruk
Jeno terdorong jatuh ke lantai, kaki Hyunjin bertengger santai di atas perut Jeno sambil menekannya. Jeno terlihat kesakitan.
"Bilangin sama pacar lo itu supaya jangan gangguin Raehyun lagi." Hyunjin menekankan kalimatnya.
"L-lo gak b-berhak nyuruh g-gue, h-hyunjin!" tolak Jeno tersendat sendat karena susah bernapas.
"Gak berhak, ya?" Hyunjin mengangkat kakinya dari perut Jeno. Bergantikan tangannya yang kini mencengkram erat kerah seragam Jeno sampai membuatnya terangkat sedikit.
Tangan kanan yang menganggur ia gunakan untuk memukul pipi Jeno sampai mulutnya mengeluarkan darah.
"Sampai Raehyun terluka gara-gara siyeon sama cs nya, gue gak segan-segan buat mukulin pacar lo juga. Gak peduli dia cewe," ancam Hyunjin. Tatapan matanya semakin tajam.
Brak
Hyunjin pun turun dari rooftop setelah melepaskan cengkramannya yang membuat Jeno terbaring begitu saja di lantai, kepalanya terasa sakit karena jatuh lebih dulu.
"Sialan." umpat Jeno.
°•°
"Yeji!"
Sang pemilik nama menoleh. Ternyata yang memanggilnya adalah kembarannya sendiri. Dengan langkah gontai ia menghampirinya.
"Apa?"
"Mana Raehyun?" tanya Hyunjin to the point.
Yeji memutar bola matanya malas,"gak tau."
"Huh,"
"Di kelas gak ada?"
Hyunjin menggeleng menjawab pertanyaan Yeji.
"Gue cabut aja dah nyari Raehyun. Bye, Ji!" Hyunjin pamit lalu berlari menjauh.
"Dasar bucin."
Yeji kembali meneruskan perjalanannya menuju kantin sendirian. Dia memang tidak memiliki teman. Bukan ia anti sosial atau dibully, sangat tidak mungkin. Tapi Yeji terlalu menakutkan untuk didekati. Wajahnya terlihat sangat sangar sampai para siswa termasuk laki laki merasa sedikit takut.
Mari kita buktikan.
"Woy, Lix!" teriak Yeji dari kejauhan.
Felix yang sepertinya baru kembali dari kantin, membalik arah. Yeji pun berlari kencang dan segera merangkul bahunya.
"Mau kemana, gan?" tanya Yeji.
Felix sudah ketar ketir sendiri. Wajar saja, dulu dia pernah kena hajar Yeji karena menbully salah seorang murid. Untung saja lelaki itu sudah tidak membully lagi.
"Ke kantin,"
"Bisa bareng kan? Gak punya temen nih gue." sebenarnya ini bukan pertanyaan, tapi lebih ke pernyataan. Karena setelahnya Yeji beralih menggandeng tangan Felix dan membawanya ke kantin.
Padahal Felix tidak menjawab apapun. Terserah Yeji saja.
Sesampainya di kantin, tatapan Yeji pertama kali menangkap sosok Jeno yang babak belur dengan Siyeon yang sedang mengobatinya di salah satu meja kantin.
Siyeon tentu sadar kalau Yeji memerhatikan mereka berdua, perempuan itu segera menghampiri Yeji.
Oke mari kita ralat kalimat tadi. Para siswa memang merasa sedikit takut, kecuali Siyeon dan Jeno.
"Heh!"
Yeji terpental sedikit ke belakang, namun wajahnya masih tampak santai.
"Bilangin sama kembaran lo itu, jangan sok kuat, penyakitan juga." Siyeon melipat kedua tangannya di depan dada.
"Maksud lo?"
Siyeon menunjuk Jeno dengan dagunya, Yeji langsung memerhatikannya.
"Hyunjin mukulin Jeno?" tebak Yeji.
Belum Siyeon menjawab, Yeji sudah berlalu pergi. Ia ingin mencari Hyunjin sekarang. Bagaimana bisa sifat Hyunjin yang telah dikubur lama terkuak kembali?
Hyunjin yang lain telah kembali.
To be continued
aku gak larang kok buat nyider selama itu bikin kalian nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Gone ーHyunjin [ON REVISI]
Fanfiction[SEDANG DIREVISI] Kelebihan bukan untuk disombongkan dan kekurangan bukan untuk dijadikan hinaan. ©wattpad, cherryvator