1

12.7K 918 75
                                    

Masih OSPEK




Namanya juga mahasiswa, pasti nggak jauh-jauh dari yang namanya organisasi atau UKM, bahasa gaulnya sih Club. Dari pecinta alam, paduan suara, teater, sampai musik. Bahkan ada juga tentang ilmu-ilmu alam atau bahasa. Yang jadi malasah disini bukan itu sebenernya, tapi mahasiswanya.

Cowok keker, tinggi, rambut yang tadinya hitam sekarang berubah jadi sewarna Cherry. Bukan, kalo kalian mikir rambutnya semerah warna bendera kalian salah, ini agak kaya merah pudar gitu. Doi anak menejemen, seharusnya doi megang maba fakul sendiri, tapi malah melipir ngerusuh di fakultas Seni.

Doi bertalenta, jelas. Anak aksel, otaknya dah kaya CPU Intel Core M berjalan. Sayangnya doi tuh agak brandal. Tapi ya nggak brandal juga, tapi gimana nyebutnya ya? Tengil, suka siul-siul kalo ada cewek cantik dikit, demen banget tebar pesona. Untungnya doi ganteng, coba kalo udah dekil, item, jelek. Songong dikit pasti dia udah di sleding duluan sama anak-anak cewek yang jadi langganan kedipan mata.

"Ganteng, sendirian aja."

"Makanya sini temenin."

"Nggak ah, repot sama Lo makannya banyak."

Ditanggepin ketawa lepas sama si doi. Yang nyapa cewek cantik, fakultas ilmu sosiologi. Ketemu doang, candaan sambil lalu.

"Eh, cantik!" berhenti, nyerobot botol minum isi jus jeruk dingin yang langsung diteguk sampe abis setengah terus itu dibalikin lagi sama yang punya. Jiyeon namanya, temen satu kelas. "Makasih."

"Manusia nggak modal!" Jiyeon mekik nggak terima. Nyaris nabok kepala temen sekelas.

"Ei, Kakak jangan kasar-kasar dong, nanti jauh jodohnya lho."

"Anjir, mulut Lo!"

Belum sempet kena tabok, doi keburu lari. Pas banget di tikungan gedung seni papasan sama temen satu klub sepak bola.

"Rambut Lo kenapa dah? Abis mandi cabe?"

Yang ditanya cuma nyengir sambil megang rambutnya sendiri. "Mumpung cabe murah, Bang."

"Lah, beneran?"

"Kagaklah!"

Mereka ketawa nggak jelas. Abis itu jalan bareng ke aula. Disana udah lumayan rame sama maba yang rambutnya udah beraneka ragam.

"Ide Kak Jin oke juga. Nggak sia-sia bakat mikir dia yang kadang kelewat absurd." komentar Hoseok -Jung Hoseok, tapi lebih akrab dipanggil Hobi- waktu ngeliat aneka warna dari kepala maba yang kemaren mayoritas warna gelap. Cowok jurusan seni tari yang ketemu di koridor tadi.

"Ini OSPEK apa festival anak seni dah?"

"Bisa keduanya." dua orang tadi noleh waktu Kim Seokjin atau Bang Jin sapaannya, nongol diantara mereka pake warna rambut pink pudar. "Lo ngapain disini? Bukannya Lo anak manajemen?"

"Terus kenapa? Gue ogah di manajemen, kurang berwarna. Nggak kaya disini." matanya udah mulai jelalatan. "Penuh warna-warna yang cantik!"

"Cantik pala Lo!" Jin noyor kepala adek sepupunya. "Dasar lelaki kardus! Kalo Lo mau disini kerja yang bener, jangan bisanya cuma songong sana sini ngegodain anak perawan orang!"

"Iya, Ndoroooo."

"Jinnie," ada yang manggil, cowok rambut platina. Diekorin dua maba dibelakangnya yang nunduk malu-malu.

"Eh, Joon, baru dateng?"

"Iya," Namjoon noleh ke belakang, natep dua anak yang ngekorin dia. "sana masuk barisan."

Dua anak tadi ngangguk patuh terus jalan pelan ngikutin arahan dari Kakak Pembina yang nuntun nuju barisan paling belakang.

"Gukie, Lo ngapain disini?" Namjoon nanya sama cowok rambut cherry. Jeon Jeongguk namanya. Cuma orang-orang demen manggil dia Jega atau Gukie. Lebih gampang lebih simpel.

BF Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang