reading
Tett.. tett.. tett.. Suara bel berbunyi begitu kerasnya. Dengan nafas yang hampir putus, Shila tetap memaksakan langkah kakinya untuk terus berlari menuju kelas.
Ya, hampir saja Shila terlambat masuk kelas. Ini semua karena papanya yang mendadak harus berangkat kerja pagi-pagi dan meninggalkan Shila begitu saja.
Jadi beginilah sekarang, Shila nyaris telat karena bus yang dinaikinya terlalu lama menunggu penumpang.
Brukk, seseorang tak sengaja tertabrak oleh Shila. Alhasil, Shila tersungkur jatuh di lantai. Hari ini sangat buruk.
"Eh, kalo jalan lihat-lihat dong" bentak lelaki yang tak sengaja bertabrakan dengan Shila. Shila takut, dia hanya menunduk saja dari tadi.
"Maaf, nggak sengaja" sahut Shila kemudian berlalu dari lelaki tersebut.
Namun, ada sebuah tangan yang menahannya.
"Eh, siapa yang bolehin lu pergi? Sini dulu" ucap laki-laki itu sambil menarik tangan Shila. Membuat Shila semakin takut.
"Mau apa? Ini udah mepet jam masuk, udah masuk malah" ucap Shila dengan lirih, terlihat sekali dari suaranya bahwa dia takut.
"Gue mau ngasih tau lu satu hal. Kalau ngomong sama orang itu harus dilihat orangnya. Jangan lihat lantai terus. Apa gue kalah ganteng sama lantai?" ucap laki-laki itu sembari menarik dagu Shila agar mengharap ke arahnya.
Membuat Shila sedikit mendongak ke atas karena laki-laki itu sangat tinggi. Shila hanya mengangguk kemudian pergi dari hadapan laki-laki itu.
"Manis sih, tapi sayang aneh" batin laki-laki itu sembari melihat punggung Shila yang mulai menjauh darinya.
🌟🌟🌟
Ruang kelas begitu hening dan mencekam. Ujian dadakan pelajaran matematika memang paling menegangkan dan menakutkan. Semua siswa tak ada yang berani menoleh sedikitpun. Jangankan untuk menoleh, bernafas saja Bu Ida perhatikan betul.
Seluruh siswa di kelas XI IPA3 memperlihatkan ekspresi yang berbeda-beda. Ada yang hanya diam sembari melihat soalnya, ada yang menggaruk kepalanya, lehernya, dan ada juga yang mengetuk-ngetuk pensil ke meja.
Tapi, jangan di tanya bagaimana Shila saat ini. Shila hanya diam dan serius mengerjakan soal.
Untuk ukuran siswi langganan olimpiade, soal matematika kali ini hanya butuh waktu 30 menit untuk menjawab 10 soal essay.
"Shila, Shil! Bagi jawaban dong" panggil Tarisa, sahabat Shila.
"Tarisa Indah Pratiwi! Kerjakan sendiri soalmu" ucap Bu Ida. Tuh kan, belum sampai Shila menoleh, Tarisa sudah ketahuan.
"Baik bu" sahut Tarisa. Kemudian kembali dia menunduk berlaga seperti mengerjakan soalnya kembali, padahal tidak. Setengah saja belum dia selesaikan.
Waktu telah berjalan hampir setengah jam. Shila beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju meja guru. Meletakkan lembar jawab dan kertas soalnya, kemudian berniat melangkahkan kakinya keluar kelas.
"Shila, sudah di cek semuanya?" tanya Bu Ida. Shila jawab dengan senyuman kemudian mengangguk mantap. Bu Ida ikut tersenyum.
Shila kembali melanjutkan langkahnya ke arah luar kelas. Tak lupa ia mengambil novel yang dibawa dari rumah.
Karena terlalu asik membaca novel, tak terasa bel istirahat sudah berbunyi. Shila langsung masuk kelas untuk memasukkan novel yang ia baca tadi ke dalam tasnya kemudian menghampiri Tarisa dan Aliya, sahabatnya sejak pertama mos dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shila [SELESAI]
Fiksi RemajaTerimakasih sudah datang, memporak-porandakan hatiku, serta membuat hidupku lebih berwarna. -Shila Adhwa Maharani- Shila, anak yang sangat pintar di pelajaran, namun sangat payah dalam urusan percintaan. Bagaimana jadinya jika dia harus bertemu Da...