bab 31

1.3K 73 0
                                    

Hubungan Dhila dan Shila sudah membaik seperti sediakala, justru sekarang lebih dekat dari sebelumnya.

Namun sayangnya, Dhila masih saja sering pulang larut malam dan pulang dalam keadaan yang sangat berantakan. Shila sudah terus mengingatkan, namun jawabannya hanya iya tanpa ada perubahan.

Satu minggu lagi Shila akan Ujian Nasional, Shila sudah menyiapkan semuanya, Shila sudah nyaris siap.

Meskipun banyak masalah, itu tidak terlalu membuat Shila jadi kehilangan konsentrasi belajarnya. Karena memang setiap belajar Shila selalu menghubungi Dani ataupun sahabatnya untuk keluar dari rumah.

Seminggu ini Shila libur, dia mengisi libur sebelum UNnya ini dengan jogging, mendengarkan musik, membaca novel. Intinya melakukan apapun yang mampu membuat dia enjoy.

Sedang asik membaca novel sembari mendengarkan lagu, tiba-tiba ada yang membuka pintu kamar Shila dengan tiba-tiba.

“Shilaa” panggil Dhila.

Shila seketika melihat kearah pintu, penampilan kakaknya begitu mengerikan. Bisa dikatakan seperti monster. Matanya sembab, rambutnya sudah tidak beraturan, dan bajunya berantakan seperti orang yang sedang frustasi.

Shila segera meletakkan buku dan melepas headset dari telinganya dan segera menghampiri kakaknya kemudian mengajaknya duduk di kasurnya. Tak lupa Shila menutup pintu kamarnya.

“Ada apa kak?” tanya Shila

“Ada dua kabar yang harus Shila tau. Kabar buruk dan baik, mau dengar yang mana dulu?” tanya Dhila balik.

Shila tampak kaget dan berfikir sejenak, “Yang baik aja kak dulu” sahut Shila.

“Baiklah, Kakak udah nemu siapa selingkuhan Papa” ucap Dhila

“Hah? Bener kak? Yaudah ayo kita datengin rumahnya dan ngomong baik-baik. Shila yakin kalau kita bicara baik-baik pasti bakal ngerti. Kan bagaimanapun orang itu perempuan kak” seru Shila dengan semangat.

Dhila menggelengkan kepalanya, “Nggak semudah itu dek” sahut Dhila.

“Hmm, yaudah deh kita pikirin nanti. Sekarang kabar buruknya apa kak?” tanya Shila.

Dhila menundukkan kepalanya, “Kakak nggak tau ini kabar baik atau buruk, yang pasti kakak malu bilang ini ke kamu”

Dhila membuka tangan kanannya, disitu ada barang yang harus Shila lihat.

Melihat barang tersebut, Shila seketika kaget. Shila menutup mulutnya melihat alat berbentuk persegi panjang dan ada dua garis merah disana.

“Kakak hamil? Siapa yang berani hamilin kakak? Dia harus tanggung jawab kak” ucap Shila, sejak tadi Shila sudah menahan air matanya. Namun apa daya? Air matanya terus mengalir.

“Dia, dia…” jawab Dhila dengan gagu.

“Dia siapa kak? Bilang sama Shila siapa yang hamilin kakak? Jangan sampe pria brengsek itu kabur gitu aja dari tanggung jawabnya” ucap Shila frustasi. Dhila bukannya menjawab malah menangis semakin kencang.

“Ada apa ini ribut-ribut?” ucap Papa yang tiba-tiba masuk kamar Shila tanpa mengetuk terlebih dahulu.

Dhila segera menggenggam tangannya lagi dan Shila menatap Papanya dengan tajam. “Kalau masuk kamar ketuk dulu Pa”

“Papa udah ngetuk, kalian nggak jawab ya terpaksa Papa buka. Ada apa ini nangis-nangis? Hem?” tanya Papa.
Keduanya hanya diam tanpa bisa menjawab pertanyaan dari Papa, Shila bingung harus menjawab apa sedangkan Dhila taakut untuk menjawab.

Shila [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang