Karena rindu bukan perihal yang mudah jika sudah membelenggu dalam hati
“Kenapa sih Mama selalu aja buruk sangka sama papa? Papa tuh kerja mah, kerja!”Suara Papa Shila begitu terdengar di telinga Shila saat ini, membuat tidurnya terusik.
Perlahan Shila menengok kearah jam di meja lampu tidurnya, jam menunjukkan pukul 01:12. Ini sangat larut malam, bahkan bisa dikatakan bahwa ini sudah pagi.
“Siapa yang bisa berbaik sangka kalau suaminya pulang lewat tengah malam Pa?” tanya mama dengan suara yang begitu berat, suaranya seperti ingin menangis namun di tahan oleh si pemilik suara.
“Gimana aku betah di rumah kalo setiap hari cuman ada kecurigaan dan tuduhan terus menerus?” teriak Papa, kini suaranya terdengar sangat jelas di telinga Shila. Shila hanya menutup telinganya dengan guling dengan air mata yang terus menetes tanpa bisa di hentikan.
“Pa, bahkan Mama nggak nuduh papa sama sekali. Mama cuman tanya tadi kenapa papa pulang telat, biasanya papa juga jelasin kronologisnya, tapi kenapa sekarang papa malah marah? Bahkan teriak-teriak seperti orang yang tidak berpendidikan? Papa nggak mikir kalau Shila denger gimana?” tutur Mama panjang lebar.
“Oh, jadi sekarang kamu udah pinter ya ngatain suami? Kamu merasa kamu yang paling berpendidikan, sedangkan aku nggak? Kalau kamu berpendidikan, nggak mungkin Dhila belum pulang padahal ini sudah hampir pagi” bentak Papa.
Setelah ucapan Papanya tersebut, sepertinya mamanya hanya diam tak bisa menjawab.
Tidak betah dengan suasana rumah yang mendadak menjadi panas jika papanya pulang, Shila segera keluar dari kamarnya. Tak lupa dia mengambil jaket maroon kesayangannya yang dia gantung di balik pintu kamarnya.
Shila berjalan mengendap keluar, Shila pikir dia akan ketahuan dan harus terlibat adu mulut dengan kedua orang tuanya. Tapi ternyata dia salah, kedua orang tuanya tidak ada yang sadar jika Shila berjalan mengendap dari tangga dan keluar rumah.
Berhasil keluar dan berjalan agak jauh dari rumah, membuat Shila bingung harus berjalan kemana. Sejak tadi memang dia tidak memiliki tujuan kemana-mana. Yang dia pikirkan hanya bagaimana caranya dia terbebas dari suara-suara yang membuat hati dan fisiknya lelah.
Shila hanya berjalan mengikuti arah kakinya melangkah, tidak peduli kemana. Yang dia butuhkan sekarang hanya udara segar untuk menjernihkan pikirannya.
Entah bagaimana ceritanya, Shila tiba-tiba berada di taman kompleksnya. Shila hanya duduk di situ sambil terus menatap bintang yang ada di langit.
Meskipun tadi sempat hujan, ternyata malam ini bintang tidak bersembunyi. Perlahan bibir Shila melengkung dengan indah.
Shila sadar, dia harus banyak belajar dari bintang special malam ini. Meskipun siang tadi hujan membuat wajah sang langit menjadi gelap, lantas tak membuat bintang jadi menghilang dari sang langit. Begitupun halnya dengan senyum. Meskipun tadi suasana hati begitu hancur, tapi lantas tak membuat senyum hilang dari wajah. Apapun yang terjadi harus selalu tersenyum, seperih apapun suasana hati.
Shila yang semenjak tadi asik memandangi langit, kini merasa terusik karena ada yang tiba-tiba duduk di sampingnya. Shila menoleh dan mendapati orang yang ada di sampingnya tersenyum.
“Kak Dani?” ucap Shila.
Dani menganggukkan kepalanya, “Iya Shila, ini kakak” sahut Dani.
Shila menggelengkan kepalanya sambil terus mengucek matanya, meyakinkan matanya bahwa yang di depannya benar-benar Dani, kekasihnya.
“Hey, matanya jangan di gituin, nanti sakit” peringat Dani sembari menarik langan Shila dari matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shila [SELESAI]
Teen FictionTerimakasih sudah datang, memporak-porandakan hatiku, serta membuat hidupku lebih berwarna. -Shila Adhwa Maharani- Shila, anak yang sangat pintar di pelajaran, namun sangat payah dalam urusan percintaan. Bagaimana jadinya jika dia harus bertemu Da...