bab 23

1.5K 69 12
                                    

Sejatinya manusia itu tidak ada yang mutlak hitam atau mutlak putih, setiap manusia itu abu-abu. Jadi manusia tinggal memilih, mau abu-abu yang cenderung hitam atau abu-abu yang cenderung putih.


Hari-hari Shila sudah berjalan seperti biasa, begitu pula dengan keadaan wajahnya. Tak ada lagi tangis, mata sembab, maupun wajah yang pucat. Yang ada hanya senyum ceria dan bahagia. Tuhan memang memiliki skenario terbaik untuk setiap manusia.

Shila mengemasi buku-bukunya sesaat setelah guru keluar dari kelas.

“Ayo pulang, cinta” seru Dani yang tiba-tiba menghampirinya ke dalam kelas.

Shila menengok ke Dani, kemudian tersenyum “Tumben masuk kelas kak. Biasanya juga nunggu di luar, kalo nggak malah nunggu di parkiran atau warung dekat parkiran” tanya Shila sembari menata isi tasnya.

“Anggap aja hari ini hari special” sahut Dani

“Pake telor nggak?” tanya Shila

Dani tertawa, “Dikira nasi goreng”

“Ayo pulang” ajak Shila,

Dani kemudian merangkul gadis itu dan membawanya berjalan ke parkiran sekolahnya.

“Kak Dani nggak mau mampir?” tanya Shila

“Lain kali ya sayang, udah sore. Nanti malem kakak udah mulai les privat sama kenalan bunda” sahut Dani dengan lembut

“Yaudah deh, semangat belajar sayang” seru Shila.

“Apa tadi?” tanya Dani

“Apanya?” tanya Shila balik

“Itu tadi panggil kakak apa?” seru Dani.

“Nggak ada pengulangan” sahut Shila sembari menjulurkan lidahnya

“Ah nggak seru, pulang ah” ujar Dani, Shila kemudian tertawa sembari mencubit pipi Dani dengan gemas.

“Makin sayang deh sama Kak Dani” ucap Shila, Dani kemudian tersenyum.

“Yaudah kakak pulang dulu sayang. Titip salam buat calon mertua ya, bilang dari calon menantu kesayangan” sahut Dani, Shila menganggukkan kepalanya.

🌟🌟🌟

Waktu berjalan tanpa meperdulikan sekitarnya. Tak terasa, rasanya baru kemarin Shila mengenal Dani, di tembak di kantin. Kemudian ada konflik yang membuatnya renggang hingga putus dengan Dani. Sampai akhirnya kembali seperti semula.

Hari ini, Shila membantu anak OSIS menyiapkan untuk promnight yang akan diadakan dua hari kedepan. Shila semenjak kemarin bernyanyi hingga membuat banyak orang kaget sekaligus kagum dengan suaranya. Akibatnya, Shila jadi di tunjuk menjadi panitia di acara promnight.

“Shil, menurut lu bagus nggak kalo di buat begini?” tanya Dita, salah satu pengurus OSIS. Shila menganggukkan kepalanya sembari mengacungkan jempolnya.

“Bagus banget. Kesannya makin klasik” sahut Shila.

“Dito, itu pianonya mending di biar di luar. Kan piano termasuk alat musik klasik. Apalagi warnanya putih gitu” usul Shila kepada Dito setelah melihatnya akan mendorong piano ke balik tirai panggung.

Shila yang memikirkan konsep ini, dia ingin konsep promnight kali ini berbeda dari sebelumnya. Jika sebelumnya lebih terkesan seperti pesta dengan musik-musik DJ, promnight kali ini akan di buat klasik.

Dengan iringan musik klasik, beberapa alat music klasik seperti biola dan piano juga tampak terlihat di sampingnya. Dengan semua dekorasi berwarna hitam dan putih mempertajam kesan klasik di gedung itu.

Shila [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang