Bab 4

3.5K 145 0
                                    

Langit begitu cerah menantang, sinar mentari menambah kadar kecerahan langit pagi ini.

Sungguh di luar dugaan, padahal baru saja semalam hujan lebat. Namun dengan indahnya pagi ini menjadi hari yang begitu cerah, secerah senyumannya.

Begitupun soal debaran aneh dalam dada, tak pernah ada yang bisa menebak ataupun memprediksikan kapan datangnya makhluk yang tak berbentuk namun nyata itu.

Boleh jadi kemarin kita biasa saja setiap bertemu dengannya, namun tiba-tiba debaran itu hadir tak di sangka.

Bisa jadi saat tipe kita sangat jauh darinya, namun kenyataan berkata lain. Justru hadirnya menjadi alasan kita bisa selalu bahagia dan tersenyum.

Kita manusia hanya bisa berharap dan merencanakan, masalah realisasinya biarkan takdir Tuhan yang bertindak.

Dani sedari tadi hanya diam sambil membuka kontak WhatsApp milik Shila yang sudah dia simpan dari kemarin.

Dani tak pernah menyangka hatinya bisa menjadi seperti ini ketika dengan Shila, padahal dulu Dani memandang perempuan hanya dari fisiknya.

Jika cantik dan seksi akan dia dekati lalu dipacari, setelah bosan dia akan mencari mangsa yang lebih lagi untuk menghilangkan rasa bosannya.

Tapi tidak untuk sekarang, Shila benar-benar berbeda, gadis itu mampu membuat hati Dani bergetar tak menentu.

Apa ini yang namanya cinta yang sesungguhnya? Kenapa harus sampai seperti ini?

Bahkan hanya melihat kontak di ponselnya dan menatap foto candid milik Shila saja sudah membuatnya begitu bergetar. Cinta memang begitu membingungkan.

Shila si imut
Selamat pagi Shila, ini gue Dani. Jangan lupa hari ini berangkat pagi biar nggak jatuh kayak kemarin waktu ketabrak gue.

Itulah pesan yang di kirim dani ke nomor Shila, waktu masih menunjukkan pukul tujuh kurang 30 menit, masih cukup untuk sekadar makan dan perjalanan ke sekolah tanpa harus terlambat.

Dani melangkahkan kakinya kearah meja makan untuk menyantap makanan yang sudah di siapkan oleh asisten rumah tangganya sejak kecil.

"Bi, Bunda mana?" tanya Dani

"Bunda tadi ke kamar mandi den, baru aja pulang tadi shubuh" sahut Bi Inem

"Sendirian aja bi?" tanya Dani, bibi menggelengkan kepala tanda tak tau.

Kemudian Dani segera duduk di meja makan dan menyantap sarapan paginya. Dia harus makan agar kuat menghadapi setiap kenyataan hidup yang ada, termasuk menghadapi bundanya juga menghadapi Shila yang membuat hatinya bergetar tak menentu.

"Selamat pagi anak kesayangan bunda" seru Bunda sembari mengusap kepala Dani, Dani hanya diam kemudian menoleh kearah bundanya itu.

"Bunda semalam dari mana?" tanya Dani dengan halus, bundanya diam kemudian duduk di samping tempat duduk milik anaknya.

"Bunda ada urusan kantor sayang, ini udah kurang 20 menit, sekarang kamu buruan makan dan berangkat. Bunda nggak mau anak kesayangan bunda ini telat lagi masuk sekolahnya. Jadi bad boy di sekolah boleh asalkan otak nggak boleh ikutan bad juga ya sayang" nasehat bundanya.

Dani hanya menganggukkan kepala kemudian mencium tangan bundanya dan berlalu keluar rumahnya untuk bergegas ke sekolah.

"Jadilah anak yang sukses dan berkelakuan baik selalu sayang, jangan seperti bunda" ucap bunda Dani dalam hati sambil melihat punggung anaknya yang semakin jauh dari penglihatannya.

Dani segera menyalakan mesin motornya, sebelumnya dia cek terlebih dahulu ponselnya, berharap ada balasan dari Shila.

Setelah menatap ponselnya, tak ada satupun notifikasi dari Shila. Mungkin Shila belum sempat membuka ponselnya sejak pagi.

Shila [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang