bab 7

2.4K 106 1
                                    

Hari senin adalah hari paling menyebalkan dan membosankan bagi beberapa atau mungkin sebagian besar manusia.

Tentu itu tidak berlaku bagi Shila, menurutnya hari senin adalah hari yang patut di syukuri karena kita mengawali semua hal yang baik dari hari senin.

Selepas bermalas-malas di hari minggu, kita harus kembali bangkit dan semangat untuk menjalani rutinitas harian.

Senyum di wajah Shila lebih merekah di banding hari-hari biasanya. Hari ini dia di jemput oleh pacarnya, siapa lagi jika bukan Dani.

Mereka berangkat dengan motor kesayangan Dani, Dani memenuhi janjinya untuk mengantar dan menjemput Shila sekolah.

Jangankan sekolah, untuk jalan-jalan ataupun kemanapun, asalkan Dani bisa pasti akan di antar. Keujung dunia pun akan di antar. Maaf, Dani memang terlalu hiperbola.

Maklum, jika gairah cinta sudah membara, pasti semua terasa lebih indah.

Setelah dari parkiran, Dani mengantarkan Shila ke kelasnya terlebih dahulu, memastikan gadisnya sampai di kelas dengan utuh kemudian Dani putar balik untuk ke kelasnya.

Lebay kan? Tapi beginilah cinta, semua hal bisa terjadi. Penyebabnya? Siapa lagi kalau bukan Shila.

Sepanjang perjalanan ke kelas, begitu banyak mulut yang mengomentari dan mata yang memuja ataupun mengintimidasi keduanya.

Tapi itu semua di biarkan saja oleh keduanya, Dani tetap cuek seperti biasanya. Kalau Shila jangan di tanya, dia sama sekali tidak peka jika tatapan dan gerak mulut itu tertuju padanya.

Terkadang kita memang perlu menjadi orang yang tidak mudah peka, mereka akan bahagia tanpa memusingkan orang lain yang menggunjingnya.

"Udah kak, sampe sini aja nganternya" ujar Shila ketika sampai di depan kelasnya.

Dani menganggukkan kepala, "Iya, belajar yang bener. Nanti istirahat bareng ya" ucap Dani sembari mengacak poni panjang milik Shila. Shila hanya menganggukkan kepalanya.

"Sip, good girl, jangan kemana-mana sebelum aku datang ke kelasmu. Bye sayang" seru Dani agak keras, membuat Shila malu dan pipinya Nampak memerah.

Shila memasuki kelasnya. Tak jauh berbeda dengan orang-orang yang di temuinya di sepanjang koridor tadi, banyak mulut yang berbisik membicarakan kejadian di depan kelasnya tadi.

Shila masih cuek dan tak terlalu menghiraukan apa yang dilakukaan orang lain. Karena Tarisa maupun Aliya belum datang, Shila asik membaca novel yang belum dia baca kemarin. Itu tuh, yang di beli bersama mamanya.

"Si polos ini rupanya udah punya pacar ya?" sindir Fanty sembari duduk di meja Shila,

Shila menatap cewek itu kemudian kembali asik dengan bukunya. Nyatanya novel lebih menarik dari pada menghadapi perempuan semacam Fanty, orang yang sukanya mencampuri urusan orang lain.

"Eh, gue ngomong sama lu" bentak Fanty sambil mendorong bahu Shila, tak begitu kencang tapi berhasil membuat Shila kaget sehingga novelnya jatuh.

Shila geram, di ambil novelnya yang jatuh kemudian dia menatap Fanty. "Ada apa sih Fan?" ujar Shila malas, Fanty tersenyum puas melihat Shila meresponnya.

"Jadi bener lu pacaran sama Kak Dani?" tanya Fanty.

Shila menganggukkan kepalanya, "Iya, kenapa emang?" tanya Shila, nadanya tetap lembut meskipun Fanty selalu saja membuat suasana hati jadi panas.

"Lu pake pelet apa? Semar mesem? Jaran goyang? Atau apa sih? Kok Kak Dani yang seleranya selalu bagus tiba-tiba turun di lu?" tanya Fanty meremehkan Shila, Shila hanya menggelengkan kepalanya heran.

Shila [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang