Epilog

3.6K 106 61
                                    

Shila POV on

Sejak tadi jantungku tak pernah berhenti berdetak. Ya sebenarnya setiap hari juga tidak pernah berhenti berdetak sih, hanya untuk kali ini detaknya lebih kencang dari biasanya.

Sedari tadi aku hanya di kamar, menatap laptop sembari menunggu hasil SBMPTN yang sudah aku nanti-nantikan sejak lama.

"Makan siang dulu sayang" ucap mamaku.

Aku menganggukkan kepalaku, "Iya ma, Shila makan habis pengumuman SBMPTN keluar" sahutku

"Kok gitu?"

"Shila belum selera makan ma" sahutku lagi dengan lesu.

Mama memang selalu mengerti suasana hatiku kemudian dia mengelus bahuku dengan lembut.

"Apapun hasilnya, kamu tetap putri bungsu kesayangan mama papa sayang." ucap Mama.

Aku mengangguk sembari tersenyum, "Oke deh, kalo gitu aku makan sekarang. Tapi laptopnya aku bawa ke ruang keluarga ya ma?" ucapku. Di balas dengan anggukan dari mama.

Dengan langkah semangat, aku berjalan turun menuju ruang makan. Disana sudah ada papa, Kak Dhila, juga Kak Dani.

Yah, Kak Dani sekarang tinggal bersama kami karena ibunya harus mengurusi perusahaan di Belanda. Kak Dhila juga enggan jauh-jauh dari mama karena sedang mengandung.

Sedih? Tentu tidak, aku bahagia bisa melihat kakakku mendapat suami yang aku tahu dia adalah orang baik. Ya, walaupun mereka melakukan hal paling fatal dan di benci oleh Allah.

Nyesek? Jujur iya. Dadaku masih sering terasa sesak melihat Kak Dhila yang terkadang mengambilkan Kak Dani makanan atau sebaliknya. Hal-hal kecil yg membuatku ingat dengan memoriku dulu ketika itu.

Tapi, apa boleh buat? Kak Dani sudah bukan milikku dan aku sudah ikhlas. Tinggal menunggu waktu untuk menetralkan gerak dadaku agar tidak terasa sesak lagi.

Aku duduk di kursi dekat Mama. Aku segera mengambil makan dan melahapnya dengan nikmat, aku bisa melihat Kak Dani makan masih sesekali melihat ke arahku.

Tapi aku enggan membalas tatapan itu, karena itu hanya membuat gejolak di dadaku terus berkontraksi dan menyebabkan sesak yang berlebihan.

Seusai makan, aku langsung menuju ke ruang keluarga untuk kembali cek hasil SBMPTN yang sedari tadi aku tunggu.

"Gimana dek hasilnya? Keterima di UI?" tanya Kak Dhila sembari duduk di sampingku.

Aku masih asik mengotak atuk laptopku,

"Shila keterima kuliah di PTN" teriakku reflek setelah melihat hasil yang ada, Kak Dhila memelukku kemudian di susul oleh Mama dan Papa.

"Syukur deh kalo kamu masih di jakarta, jadi mama papa nggak perlu khawatir memikirkan kamu di tanah perantauan" ucap Mama.

"Shila keterimanya di Jogja Ma, Pa, Kak"

"Jogjaa?" tanya Papa, Mama, Kak Dhila, dan Kak Dani secara serempak.

Aku menganggukkan kepalaku dengan semangat.

"Pokoknya aku nggak mau kalo pilihanku kali ini di larang-larang. Aku harus kuliah di Jogja"

"Sayang, tapi kan" ucap Papa yang belum selesai, aku sahut "Nggak ada tapi-tapian Pa. Kali ini aja Shila pengen merasakan hidup mandiri. Shila terlalu manja selama ini"

Mama terlihat lesu. Aku memeluk Mama dari samping.

"Mama percaya deh sama Shila. Walaupun memang Shila anak paling kecil, tapi Shila udah gede Pa, Ma. Percaya ya sama Shila?" bujukku. Mama masih terdiam, tapi Papa terlihat sudah mengangguk dan tersenyum kepadaku.

"Tapi dek, Jogja itu jauh lho" sahut Kak Dhila.

"Shila tau kok kalo Jogja jauh, terus kenapa kalau jogja jauh? Shila kan mau mencari ilmu kak, bukan apa-apa" sahutku. Kak Dhila terlihat menghela nafas panjang.

"Shila pasti punya rencana sendiri, jadi apa salahnya kalau memberi ijin kuliah di Jogja. Jogja juga masih bisa di tempuh lewat jalur darat" sahut Kak Dani.

Aku tersenyum sembari menganggukkan kepalaku.

"Yasudah kalau memang itu pilihanmu sayang. Papa hanya bisa mengiyakan selama kamu berani janji sama kami kalau akan jaga diri baik-baik selama di Jogja" tutur Papa dengan bijak.

"Baik Pa, Shila janji akan jaga diri baik baik" sahutku dengan semangat.

Ya, aku harus pergi untuk mengikhlaskan. Hmm, mengikhlaskan universitas impianku sejak kecil juga mengikhlaskan sebagian hatiku untuk kutinggal disini.

Dan aku, harus pergi membawa separuh hati yang berharap bisa terisi suatu saat nanti. Entah di isi oleh siapa dan dengan cara yang seperti apa.

Aku pasrah, yang ku tahu. Takdir Allah selalu yang terbaik.

________________________________________

Yeyy, epilognya jadi juga.. Karena kemarin lumayan banyak yang komen dan chat aku untuk lanjutin cerita ini. Jadi, tunggu info selanjutnya untuk sekuel Shila yaaa.

Jadi, jangan hapus dari perpustakaan biar tau info sekuel dan karyaku yang lainnya.

Jangan lupa follow akunku juga.

Shila [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang