Bab 17

1.5K 72 14
                                    

Terkadang kita harus mundur beberapa langkah, untuk kemudian melompat lebih tinggi.


Pagi ini masih sama seperti rutinitas biasanya, Shila bangun pagi, sholat shubuh kemudian mandi dan bersiap ke sekolah. Setelah makan, terdengar suara klakson mobil Putra, Shila segera bergegas mendatangi Putra dan berangkat sekolah.

“Putra?” tanya Mama Shila sembari mengelus sayang rambut anaknya itu.

“Iya Ma, siapa lagi kalau bukan Putra?” sahut Shila, Mamanya tersenyum.

“Semalam Dani telfon Mama” ucap Mama

“Ngapain ma?” tanya Shila kepo

“Ih keponya anak Mama, katanya mau move on?” ejek Mamanya

“Ih Mama rese” keluh Shila. Dengan terpaksa Shila harus berangkat sekolah dengan keadaan kepo.

Dani? Telfon Mama Shila. Untuk apa Dani repot-repot telfon mamanya? Kenapa tidak telfon Shila saja? Atau minimal chat.

Bukan Shila berharap untuk di hubungi, hanya penasaran apa yang di bicarakan oleh mamanya dan mantan pacarnya itu.

Sepanjang perjalanan, Shila lebih banyak diam, tidak mengoceh seperti biasanya. Pikirannya melayang-layang hingga kemana-mana. Terutama ke Dani. Shila akui dia belum bisa sepenuhnya move on dari Dani, namun dia sudah bisa menghindari Dani. Sebuah kemajuan bukan?

“Shil”

“Shila”

“Shila Adhwa Maharani”

“Eh, iya kak” sahut Shila setelah sadar namanya di panggil.

“Kak? Dani lagi” keluh Putra.

“Maaf” ucap Shila merasa bersalah. Entah sudah keberapa kali Shila selalu salah panggil ketika Shila bersama Putra dan pikirannya melayang ke Dani.

“Kenapa? Sesusah itu buat lupain cowok brengsek itu?” tanya Dani dengan malas, terlihat dari nada bicaranya.

“Kak Dani nggak brengsek kok” bela Shila,

“Dia ninggalin lu pas lagi rapuh, apa namanya kalau bukan brengsek? Dia malah nempel sama cewek yang nyelakain lu, apa namanya kalau bukan brengsek?” bentak Putra. Shila hanya menghela nafasnya.

“Bener kan apa kataku?” tanya Putra

Shila hanya menundukkan kepalanya “Tapi kenapa kamu nggak pernah mau jelasin ke Dani kalau yang nyelakain aku waktu di kemar mandi itu Kak Devi?” tanya Shila balik, sekarang giliran Putra menghela nafasnya.

“Yakin dia bakal percaya? Cowok batu model dia nggak bakal percaya omonganku. Jangankan omonganku Shil, omongan kamu yang waktu itu notabennya pacarnya aja nggak di percaya” sahut Putra, Shila menganggukkan kepalanya.

“Tapi kan,”

“Tapi apa? Apalagi sekarang Devi berhasil deket sama Dani kan? Yakin masih bisa bilang sama dia? Udahlah Shil, move on” sahut Putra dengan suara agak meninggi.

“Maafin Shila ya Putra?” ucap Shila

“Iya, mana bisa aku nggak maafin kamu Shil?” sahut Putra melembut seketika, Shila tersenyum.

“Jangan pernah khianati kepercayaanku sama kamu ya?” tutur Shila, Putra menganggukkan kepalanya dengan mantap.

Shila kemudian membuka pintu mobil Putra, ternyata dia sudah sampai sekolah sejak tadi. Sejak Putra memanggilnya beberapa kali.

“Nanti istirahat ke kantin bareng. Aku jemput di kelas” ucap Putra

“Aku bareng Tarisa sama Aliya aja, nanti ketemu di kantin” sahut Shila

Shila [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang