Disinilah mereka bertiga sekarang ini, di atas balkon yang langsung memperlihatkan langit siang yang cerah dan juga suasana jalan yang tak pernah sepi oleh kendaraan.
“Kadang kita tuh perlu menekan jumlah penjualan motor sama mobil ya, biar nggak macet” celetuk Shila sembari matanya melihat suasana jalan yang macet. Karena ini adalah jam makan siang.
Tarisa menggelengkan kepalanya, “Shila, nggak usah ganti topik pembicaraan deh. Masalah penjualan, ekspor impor, biar dipikirin sama pemerintah” sahut Tarisa.
“Iya iya. Kalian mau tanya apa?” tanya Shila.
“Kenapa lu tiba-tiba kabur dari rumah, tiba-tiba bawa mobil sendiri kesini, tiba-tiba nangis kayak kemarin sore, dan tiba-tiba aneh begini. Lu kenapa?” tanya Tarisa dengan bertubi-tubi.
Shila menghela nafasnya dengan kasar, “Nanyanya pelan-pelan dan satu-satu”
“Apa yang terjadi sama lu kemarin. Jelasin semuanya” tutur Aliya.
Aliya memang selalu mengerti bagaimana cara memberikan pertanyaan pada Shila dan membuatnya tak bisa lagi berkutik selain bercerita. Tapi kalau urusan masukan, Tarisa jagonya. Meskipun kadang mulutnya minta dicabein saking ceplas ceplosnya.
“Oke, aku akan cerita semuanya jadi awal, tapi jangan jeda omonganku” pinta Shila. Kedua sahabatnya itu mengangguk dengan antusias.
Shila menceritakan semuanya, dari mulai saat dia menelefon orang yang telah menghamili kakaknya hingga kedatangan Dani di rumahnya sore itu. Yang sebelumnya Shila pikir kedatangan Dani adalah kejutan untuknya, ternyata kedatangannya tak hanya mengejutkan namun juga melukai hatinya. Bukan lagi melukai, namun memporak porandakan isi hatinya.
“Udah” seru Shila sembari menghapus air mata di pipinya.
Aliya hanya bisa menghela nafasnya, Aliya juga tidak pernah bisa membayangkan bagaimana jadinya jika dia yang berada di posisi Shila. Mungkin dia tak mungkin bisa hanya diam dan kabur seperti Shila saat ini.
“Sumpah bangke banget si Dani, gue pikir dia beneran udah berubah gak noleh-noleh sama cewek lain. Taunya sama aja. Buaya akan selamanya jadi buaya, gak mungkin tiba-tiba jadi cicak apalagi panda” amuk Tarisa.
Shila hanya menghela nafasnya, sebenarnya dia tidak rela Dani di sumpah serapahi oleh Tarisa. Tapi apa boleh buat? Yang diucapkan oleh Tarisa semuanya benar.
“Jangan di tahan Shil, nangis aja” sahut Aliya sembari mengusap pundak Shila.
Shila menangis, menangis sejadi-jadinya. Orang yang selama ini dia sayangi, kasihi, bahkan cintai malah menghamili wanita lain. Terlebih itu kakaknya sendiri.
“A..aku pengen benci Kak Dani” ucap Shila.
“Tapi aku nggak pernah bisa. Aku terlalu yakin kalau dia itu orang baik” sambung Shila.
Aliya menghela nafas panjang lagi, “Terus sekarang lu mau apa?” tanya Aliya.
“Nggak tau. Aku belum siap ketemu siapapun sekarang” sahut Shila.
Tarisa tampak memeluk sahabatnya itu, Shila. “Shil, kalau lu masih ngerasa ada yang ganjel di hati lu. Temui Dani sama kakak lu, minta penjelasan sama mereka. Pasti ada alasan, toh nggak mungkin kan kakak lu tega nyakitin adiknya sendiri” sahut Tarisa.
“Tapi Kak Dhila itu memang gak pernah ketemu sama Kak Dani, setiap Kak Dani main pasti pas kakakku pergi atau kuliah” sahut Shila.
“Nah makanya itu, lu harus temui mereka. Minta penjelasan sama semuanya. Kalau lu aja yakin kalau Dani dan kakak lu itu orang baik, kenapa lu takut untuk tau kenyataannya?” tutur Aliya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shila [SELESAI]
Teen FictionTerimakasih sudah datang, memporak-porandakan hatiku, serta membuat hidupku lebih berwarna. -Shila Adhwa Maharani- Shila, anak yang sangat pintar di pelajaran, namun sangat payah dalam urusan percintaan. Bagaimana jadinya jika dia harus bertemu Da...