Shila terus mengikuti tiap langkah kaki Putra membawanya hingga ke parkiran. Baik Shila maupun Putra tidak tau bahwa Tarisa dan Aliya mengikutinya.
Sesampainya di depan mobil Putra, Shila melepas tangan Putra dari pergelangan tangan Shila.
“Putra pelan-pelan kan bisa jalannya. Tangan Shila sakit” keluh Shila sembari memegang pergelangan tangannya yang memang terlihat memerah karena ulah Putra.
“Sakitnya nggak seberapa itu Shil. Lebih sakit mana sama aku yang udah nunggu kamu setengah jam di parkiran, ternyata setelah aku datengin di kelas, kamu malah lagi ngerumpi sama dua temanmu itu” sahut Putra dengan panjang lebar.
“Kita nggak ngerumpi Putra, mereka minta aku cerita kenapa aku balik kelas keadaan nangis. Dan kenapa aku tadi berani bantah Bu Beta. Terus aku ceritain semuanya” jawab Shila.
“Tapi ujungnya sampai ngomongin aku kan? Apa coba maksud mereka nggak bolehin kamu sama aku?” protes Putra.
Shila menghela nafasnya “Jadi gara-gara itu kamu marah sama aku? Mereka cuman usul aja kok. Lagian waktu aku sama Kak Dani juga awalnya mereka nggak ngijinin, tapi akhirnya mereka ngerti. Mereka cuman terlalu sayang aja sama aku” jelas Shila.
Putra hanya tersenyum dengan hambar mendengar ucapan Shila tersebut. “Inget-inget ya Shila. Sampai kapanpun cuman aku yang sayang banget sama kamu. Mereka berdua bisanya cuman nyetir kamu dan ngebiarin luka di hatimu semakin lebar” ujar Putra
“Kok Putra bilang gitu sih?” tanya Shila dengan nada sedihnya, khas sekali.
Putra membelai pipi Shila, kemudian membenarkan beberapa rambut Shila yang menutupi wajah cantinya. “Coba pikir, dulu waktu kamu bahagia sama Dani, mereka nggak pernah dukung kamu kan? Sekarang setelah Dani nyakitin kamu, mereka malah dukungnya banget. Aku yang niatnya mau menyembuhkan lukamu dari Dani, malah mereka halangi. Kamu sadar nggak sih Shil? Mereka nggak pernah dukung apa yang bikin kamu bahagia” jelas Putra panjang lebar.
Wajah Shila tampak berfikir sejenak. Ada benarnya apa yang di ucapkan oleh Putra kan? Kedua sahabatnya selalu ribut jika Shila bahagia.
Tapi apa mungkin kedua sahabatnya yang sudah di anggap saudara sendiri malah seperti itu? Otak dan hati Shila jelas tidak sejalan sekarang. Bingung.
“Yaudah ayo kita pulang” ajak Putra sembari membukakan pintu untuk Shila.
Shila menganggukkan kepalanya, “Tapi nanti makan dulu ya? Shila laper, jam segini juga mama belum masak dan masakan siang pasti udah habis” ucap Shila.
“Siap sweetie, kita makan terus pulang ya?” sahut Putra dengan senyum khasnya, kemudian menutup pintu mobil setelah Shila masuk.
Mobil milik Putra kemudian melaju menjauhi parkiran sekolah. Setelah dirasa sudah aman, Aliya dan Tarisa keluar dari persembunyiannya. Yaitu balik mobil merah entah milik siapa.
“Kurang ajarnya kelewatan si Putra. Awas aja kalo Shila jadi terpengaruh sama omongannya” ucap Tarisa jengkel.
“Gue makin nggak rela Shila sama Putra. Gimana ya, dia itu licik” sahut Aliya menambahi keluhan Tarisa.
“Iya, kurang ajarnya terselubung. Dani aja dulu nggak pernah jelek-jelekin kita ya” sahut Tarisa.
Keduanya uring-uringan setelah mendengar Putra yang ternyata diam-diam menyebalkan dan membahayakan persahabatan mereka berdua.
“Woy, lu minggir atau gue pacarin lagi!” ucap Alex sembari mengeluarkan kepalanya dari jendela mobilnya.
“Apa lu bilang?” ucap Tarisa dengan emosinya yang sudah meletup-letup. Sudah jengkel dengan Putra, kini di tambah dengan mantan pacarnya yang sudah tidak waras itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shila [SELESAI]
Dla nastolatkówTerimakasih sudah datang, memporak-porandakan hatiku, serta membuat hidupku lebih berwarna. -Shila Adhwa Maharani- Shila, anak yang sangat pintar di pelajaran, namun sangat payah dalam urusan percintaan. Bagaimana jadinya jika dia harus bertemu Da...