Bab 5

3K 125 4
                                    

Hari yang melelahkan tapi juga menyenangkan bagi Shila. Ya walaupun ia harus jatuh pingsan karena timpukan bola basket dari Dani, tapi Shila merasa seneng bisa sedekat ini sama Dani.

Shila merasakan sensasi yang beda saat bersama dengan Dani, jantungnya jadi berdetak lebih cepat dari sebelumnya.

Rasa seperti itu memang asing bagi Shila. Jadi, dia benar-benar tidak tau apa yang sebenarnya terjadi padanya saat ini.

"Shila please kalo tuli jangan kebangetan. Masa' iya dari tadi gue teriakin nggak denger" suara teriakan Kak Dhila benar-benar mengganggu renunganku kali ini.

"Ada apa sih kak? Ribut banget" sahutku

"Makan woi makan, ngelamun nggak buat lu kenyang. Buruan turun, papa sama mama udah nunggu di bawah. Mereka kagak mau makan kalo nggak nungguin lu" jelas Kak Dhila, kemudian aku mengangguk dan keluar kamar disusul oleh Kak Dhila.

Makan malam hari ini sama seperti hari biasanya, di awali dengan membaca doa yang di pimpin oleh papanya Shila, dilanjut dengan makan dengan serius tanpa bicara.

Mereka hanya akan berbicara ketika sudah selesai makan, seperti itulah tradisi di rumahnya.

"Shila tadi kamu ngapain kok tumben harus dipanggil dulu buat makan malam. Biasanya malah kamu yang bantuin mama masak di dapur" tanya mamanya Shila sembari memberesi piring kotor yang ada di meja makan.

"Tadi Shila.."

"Adek ngelamun tadi mah di kamar, sambil senyum-senyum gitu. Lagi kasmaran mungkin" sahut Kak Dhila dengan sangat tidak sopan.

Sungguh menyebalkan bukan, kakak semata wayangnya itu?

"Beneran kamu lagi kasmaran Shila?" tanya Papa.

"Nggak pa, Kak Dhila bohong" sahut Shila sambil membantu mamanya

"Mana ada, Shila tuh yang bohong pah, tadi mama lihat kok Shila di antar pulang sama laki-laki. Siapa itu sayang?" Celetuk mama, Shila hanya diam sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

"Wah parah lu, punya pacar diem-diem. Gue aja kalo pacar ngajak jalan gue suruh ijin sama papa mama. Parah lu dek" sahut Kak Dhila, sepertinya memang kakakku ini ingin aku pendapat semprot dari kedua orang tuaku.

"Oh, rupanya gadis kecil papa ini udah nyusul kakaknya ya? Udah pacar-pacaran. Hemm? Siapa pacar kamu nak? Sini kenalkan papa" tanya papa sambil menarik Shila untuk duduk di bawah shofa tepat di kaki ayah karena memang penuh, mama di samping kanan papa dan samping kirinya ada Dhila.

"Nggak pa, Shila nggak punya pacar. Tadi yang anter Shila kakak kelas. Bukan pacar kok" jelasku kepada papa.
"Calon pacar tuh pah" sahut Kak Dhila.

🌟🌟🌟

Langit pagi sedang tak ceria hari ini, dia sedang tidak memancarkan cahaya dengan semangat seperti biasanya. Dia malah menumpahkan semua kesedihannya lewat air yang rintik-rintik mulai turun dari langitnya.

Ya itulah deskripsi cuaca pagi ini. Mungkin kalau di ibaratkan dengan wajah manusia, ini sedikit sembab dan masih ada air mata yang tersisa turun setelah semalam habis-habisan mengeluarkan seluruh energinya yang menghasilkan hujan lebat dan petir yang begitu menggelegar.

Dengan wajah yang seperti biasa, riang dan gembira. Shila berjalan begitu yakin dan bersemangat. Menebar energi positif kepada setiap orang yang di temuinya.

"Hai Shil," sapa seseorang yang memang sedang duduk santai di kursi koridor sekolah.

"Hai juga Putra" sahut Shila dengan senyumnya yang khas, dengan hiasan lubang di tengah pipinya. Begitu strategis.

Shila [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang