Aku hanya berhenti bukan menyerah atau bahkan berbalik. Jadi sejauh apapun kamu pergi, aku tetap disini. Kalau suatu saat nanti kamu sadar dan ingin kembali padaku, kembalilah. Aku masih menunggumu
Hari-hari Shila kini semakin datar, lebih datar dari sebelum bertemu Dani. Memang benar, Dani begitu menyumbang banyak warna untuk kehidupan Shila. Sehingga kepergiannya jelas membuatnya begitu hancur.
Shila harus kembali menjadi gadis yang terbiasa hidup tanpa perhatian dari kekasih. Ternyata kembali ke rutinitas seperti biasa sangat sulit.
Sudah berkali-kali Shila minta maaf ke Dani, namun hasilnya nihil. Shila sama sekali tidak dianggap saat bicara, kadang malah dijawab dengan kata-kata ketus dan tajam. Membuat Shila menangis bahkan sakit hati dengan hinaan-hinaan dari Dani.
Kini, Shila hanya diam di kelas tanpa ingin di ganggu oleh siapapun. Tatapan matanya selalu kosong, dan wajahnya, mengerikan. Wajahnya selalu pucat, kantong mata jelas terlihat dan bibirnya selalu pucat.
“Shil, udah dong galaunya. Ini gue bawain lipstick. Warnanya natural kok, biar lu nggak kelihatan pucet gitu” bujuk Tarisa, Shila hanya diam saja tanpa merespon.
“Hei. Kemana Shila yang selalu ceria walaupun nggak punya cowok? Kenapa jadi lemah gini sih?” keluh Tarisa, dibalas dengan tatapan tajam oleh Shila.
“Kamu nggak ngerti Sa, aku baru pertama ini melibatkan hatiku tanpa tanggung-tanggung untuk laki-laki, aku kasih hatiku seutuhnya. Aku jatuhkan hatiku sejatuh-jatuhnya. Tapi lihat sekarang, dia malah jauhin aku, dia kecewa sama aku. Aku bukan orang yang gampang dapet perhatian dari laki-laki lain kayak kamu. Aku nggak secantik kamu, aku nggak se modis dan se proporsional kamu dalam fisik. Jangan samain aku sama kamu yang punya segalanya” sahut Shila dengan nada yang sangat datar. Tarisa hanya menggelengkan kepalanya.
“Lu lupa satu hal Shil. Lu punya otak yang cemerlang jelas gue kalah, kalah jauh malah. Tapi kenapa karena cinta otak lu jadi lebih bodoh dari pada keledai sih?” sahut Tarisa dengan sebal.
“Sa, udah! Shila, terserah deh lu mau apa sekarang. Yang penting sekarang kita ke kantin. Tadi mama lu chat gue bilang lu belum makan” lerai Aliya kemudian menarik kedua sahabatnya itu ke kantin. Tarisa dan Shila mengikuti.
Di kantin sudah seperti lautan manusia, tapi akanada selalu tempat duduk untuk di singgahi. Shila dan Aliya duduk di bangku yang kosong, sedangkan Tarisa memesankan makanan untuk mereka bertiga.
“Shil” panggil Aliya, Shila hanya menoleh kearah Aliya tanpa menjawab ucapan Aliya.
“Gue tau banget kalo lu sakit hati, lu kecewa, patah hati. Tapi bukannya lu selalu bilang kalau hidup itu bukan hanya tentang lelaki dan cinta?” tutur Aliya, seketika Shila menundukkan kepalanya.
Dia malu, bahkan dia lupa dengan persepsinya dulu. Bahwa cinta bukan segala-galanya dalam hidup.
“Aku sayang sama dia Al, aku nggak tau, kenapa sekarang hidupku seperti bergantung sama dia” sahut Shila, air matanya kembali turun ke permukaan.
“Kalo lu sayang, buktikan dong! Minta maaf sama Dani, buktikan kalo lu emang sayang sama dia dan nggak selingkuhin dia” sahut Tarisa sambil membawa nampan pesanan mereka bertiga.
“Aku harus gimana lagi biar dia luluh? Dia terlalu dingin dan tak tersentuh sekarang” sahut Shila.
“Tuh orangnya. Samperin gih” sahut Tarisa sambil menunjuk lapangan futsal, tempat Dani bersama teman-temannya bermain.
“Takut” sahut Shila sambil menundukkan kepalanya.
“Semangat dong” sahut Aliya. Shila kemudian mengangguk mantap. Tak lupa dia membawa air mineral dingin untuk diberikan untuk Dani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shila [SELESAI]
Teen FictionTerimakasih sudah datang, memporak-porandakan hatiku, serta membuat hidupku lebih berwarna. -Shila Adhwa Maharani- Shila, anak yang sangat pintar di pelajaran, namun sangat payah dalam urusan percintaan. Bagaimana jadinya jika dia harus bertemu Da...