Bagian 37 - Perasaan

5.9K 329 4
                                    

Kirana melambai-lambaikan tangan agar Leon melihat keberadaannya.

"Sudah lama, kak?" tanya Leon dengan terengah.

"Baru sampai," Kirana mempersilahkannya untuk duduk sementara ia memanggil pelayan.

"Tarik napas dulu," ujar Kirana melihat Leon yang kehabisan napas.

"Ahh... maaf."

"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?" ucap pelayan ketika mendatangi meja mereka berdua.

"Kami ingin memesan," jawab Kirana dan pelayan pun menyerahkan daftar menu masing-masing ke Kirana dan Leon.

"Pagi ini kita ada menu paket sarapan spesial. Bubur abalon with seafood, nasi goreng mentega rempah, dan meat sunny egg with mash potato vegetable. Minumnya untuk teh kita ada teh melati, teh hijau, dan teh hitam; sedangkan untuk kopi kita ada pure black coffee, sweet latte, dan clear coffee," jelas si pelayan.

Puff...

Kirana menutup buku menunya, "Satu sunny egg with mash potato vegetable, dan minumnya teh hijau."

Pelayan mencatat pesanannya dan mengambil buku menu.

"Leon, kamu pesan apa?"

Leon tersentak, "Ah, ya?"

Kirana tersenyum, "Satu ubur abalon with seafood untuknya," ia menunjuk Leon, "dan sweet latte untuk minumnya."

"Huh?" Leon tidak mengerti.

"Baik, pesanan dua orang pake sarapan spesial ya. Boleh saya minta buku menunya kembali?"

"Tinggal satu ya, saya mau lihat-lihat lagi."

"Baik, kalau begitu. Saya permisi," dan pelayan pun meninggalkan mereka berdua.

"Emm... kak?" Leon membuka suara.

"Sudah melamunnya?" dan Leon hanya tersenyum simpul.

Kirana memperhatikan wajah Leon yang tampak kisah, kantung mata pun samar-samar terlihat. Ia yakin Leon sangat mengkhawatirkan keadaan adiknya.

"Seperti yang kamu tau, Leon," Kirana mulai membuka obrolan. "Aku ngajak ketemuan karena aku mau bicarain tentang Hana."

Leon langsung memasang wajah serius.

"Ayah dan Mama sudah angkat tangan perihal Hana. Aku sudah coba bujuk, tapi mereka tetap keras kepala dan aku gatau harus gimana lagi."

"Maksudnya dengan angkat tangan...?"

Kirana menghela napas dalam, "Setelah pertemuan kita sebelumnya, seorang perawat menelpon ke rumah. Dia mengatakan Hana ada di UGD mereka, mereka menelepon untuk mengkonfirmasi kebenaran mengenai seseorang yang menyatakan dirinya sebagai wali dari Hana."

Leon mengepalkan tangannya, firasatnya mengatakan bahwa ia tahu akan kemana pembicaraan ini berlanjut.

"Mama yang menerima telepon itu, dia langsung meledak marah. Dia mengajakku dan memberitahukan Ayah untuk datang ke rumah sakit. Di sana kami bertemu dengan Hana," Kirana mendadak menunduk, "Ah... tidak, kami tidak bertemu. Lebih tepatnya kami yang menemuinya dan itu hanya untuk menyakitinya."

Leon semakin mengepalkan tangannya.

"Semua berlangsung begitu cepat. Keadaan berubah kacau--" Kirana menjeda perkataannya, "--Mama dan Ayah... mereka berdua saling menampar Hana. Aku tidak bisa berbuat banyak, karena mereka sudah terlalu emosi. Saat itu, Ayah langsung memutus hubungannya dengan Hana setelah mengetahui apa yang terjadi. Mereka sudah tidak mau mendengar alasan apapun lagi."

Old Man is Mine [INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang