Pepohonan pinus yang hijau, hamparan laut, dan kayu yang roboh ditebangi terlihat dari jendela Killer B saat kami berkendara menuju Sunagakure. Izumi dan Ino mengobrol dengan tenang di depan, Ino yang mengemudi. Hinata dan Naruto mengikuti kami dengan mobil Hinata. Itachi dan Sai tidur pulas di belakang, tubuh Sai merosot di atas lutut Itachi (Izumi sudah ambil foto mereka) karena melewati malam yang panjang dengan minum bir, merokok, dan main kartu.
Sasuke dan Karin duduk di bangku depanku, lengan Sasuke beristirahat di belakang bangku Karin, kepala Karin rebah di pundak Sasuke. IPod Sasuke terletak di pangkuan, selagi kepalanya terkulai ke belakang. Aku sungguh tergoda ingin menaikkan volumenya hingga maksimal agar Sasuke terkejut. Dia rentangkan kakinya ke depan, betisnya sesekali mengenai kakiku.
Setidaknya sebagian dari mereka sudah dapat istirahat beberapa jam sebelum terjun payung.
Aku bersandar pada Sasori - yang juga sedang tidur - dan menaikkan kakiku ke atas.
"Sayang, lepas sepatunya," kata Ino sambil menirukan aksen suara Sai, dia mengamatiku lewat spion. "Hippie yang satu itu tidak suka jika Campervan-nya kotor."
Kulayangkan senyum minta maaf dan buka sepatu.
Karena Sasuke akan pergi sehari setelah pernikahan, aku berusaha membaca seperempat bagian akhir Jurang Naomi di jeda waktu singkat yang kumiliki. Termasuk sekarang dalam perjalanan menuju hangungan Terjun Payung Kawajima. Daripada menanggung malu baca novel di depan Sasuke, kupasang saja sampul novel Tamasya ke Galaksi pemberian Neji untuk menyamarkannya.
Kugigit-gigit jempolku sambil membaca ...
Dia tidak akan mati. Dia tidak akan membiarkannya mati. Naoki meraih tangan Naomi, pergelangan tangannya, memeluk tubuhnya, menyeretnya jauh dari sejumlah Jinchuuriki yang keluar dari terowongan - merangkak di atas dinding berlendir dan berjamur seperti laba-laba beracun. Selama berjam-jam mereka sembunyi di bawah tanah. Naoki membenamkan wajahnya di rambut Naomi, menunggu Jinchuuriki pergi. Dan ketika Jinchuuriki akhirnya mundur, mereka masih bersembunyi, Naoki tetap mencengkeram tubuh Naomi. Naomi ... sahabatnya. Naomi ...
Naoki semakin erat menarik tubuh Naomi ke arahnya. Tangannya bagai kelaparan menyentuh kulit Naomi ...
Oh, tidak. Tidak! Aku akan membunuhnya. Mukaku memerah, kututup novel sampai jantungku berdetak normal. Akhirnya, aku bisa kembali membaca cerita, bergegas kulewati bagian Naoki yang menikmati aroma tubuh Naomi, sensasi kulitnya, sentuhan bibirnya, sepanjang waktu otak ini berteriak fiksi, fiksi, fiksi! Kuhela napas lega ketika deskripsi beralih ke gambaran pepohonan. Jika ada satu lagi referensi tahi lalat berbentuk hati, akan kucekik Sasuke dengan kabel iPod-nya. Ada bagian bercumbu lagi, aku kembali melewatinya. Ketiga kalinya, bagian cumbu antar pasangan ini tidaklah seburuk itu. Lumayan seksi sebenarnya. Sasuke boleh hidup sehari lagi.
Mestinya aku bisa selesai baca Jurang Naomi beberapa hari yang lalu. Tapi minggu terakhir sebelum pernikahan Izumi dan Itachi tentu sangat sibuk, aku cek persiapan terakhir dekorasi pesta bersama Izumi, mengkonfirmasi pesanan pada vendor, dan menyambut kedatangan keluarga kedua mempelai yang tiba dari seluruh penjuru negeri. Minggu ini juga tidak jauh lebih baik, tapi untuk alasan yang amat-sangat berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pirouette of Whitewater
Fanfiction-- SasuSaku Fanfiksi -- 🍃 [SELESAI] • Naruto © Masashi Kishimoto • Bagi masyarakat luas, Uchiha Sasuke adalah seorang penulis ternama, namun bagi Haruno Sakura, dia pria yang tega menghancurkan hatinya demi mengejar karir. Di sisi lain, Sakura sang...