Sasuke, mereka menemukan laptopmu dan mengembalikannya padaku. Kuharap kau tidak keberatan, aku baca apa yang kau tulis saat di Tsurui. Aku bukan ahli, tapi itu benar-benar tidak sejalan dengan cerita kita. Jadi aku akan menuliskannya untukmu, meskipun aku tidak menyukainya. Aku tidak akan mengacaukan seratus persen karakterisasinya, bukan? Karena aku Sakiko ... benar? Kupikir aku Sakiko, tapi terkadang aku takut aku bukan dia. Aku tetap mencintaimu.
- Sakura***
THE PIROUETTE OF WHITEWATER
Draf 5.34
© 2018 Uchiha Sasuke & Haruno Sakura
34. PERANGKO
Sakiko memicingkan mata ke arah suaminya yang mengenakan baju kaus dan jins bau, membungkuk di atas gitar, dan bertanya-tanya sendiri apa dia terlihat seksi dengan rambut gondrong atau tidak. Tidak, tentu saja tidak. Sakiko merapikan helaian rambut yang jatuh di dahi suaminya. Sudah berbulan-bulan dia tidak potong rambut.
Taka memiringkan wajahnya ke telapak tangan Sakiko dan dengan lembut menggigit pangkal ibu jarinya.
"Aku akan kembali ke kampus," kata Sakiko. "Maukah kau beli perangko dan mengirimkan surat lamaran magang milikku sebelum pukul dua?"
Taka mengangguk, matanya yang merah sama sekali tidak beranjak meninggalkan senar gitar. Dia memainkan lagu yang sama untuk yang kelima kalinya. Penampilannya sekarang sudah jauh dari anak emas yang menyeringai karena berhasil dinobatkan sebagai bintang bisbol SMA.
Sakiko menarik lengan baju kaus Taka. "Bagaimana kalau kau lemparkan baju ini ke keranjang, biar nanti malam kucuci."
Taka berhenti memetik gitar, lalu membuka baju kaus kotor dan melemparkannya ke keranjang pakaian. Sakiko bisa mencium bau seks dan bir basi, dan anehnya, itu membuatnya terangsang.
"Kau tidak harus selalu menjagaku," kata Taka.
Sakiko mengangkat bahu. "Aku sudah terbiasa melakukannya. Selain itu, kau juga menjagaku."
"Tidak terlalu baik," Taka memejamkan mata, jakunnya bergerak saat menelan ludah, lalu dia kembali ke gitar.
Kemarin mereka pulang larut malam setelah meliput penampilan sebuah band lokal. Sakiko tidak paham bagaimana cara Taka dapat membawanya pulang ke rumah - dikala Sakiko setengah mabuk, lalu dilanjutkan dengan seks yang menakjubkan, dia masih cukup koheren untuk menulis ulasan sebelum tenggat waktu. Taka memang biasa menulis ulasan di malam yang sama, ketika pikirannya masih segar dengan segala detail acara. Entah bagaimana Taka selalu berhasil mengerjakannya.
Samar-samar Sakiko ingat Taka naik ke tempat tidur sekitar pukul lima pagi, lalu memeluk pinggangnya. Tapi karena minuman buah-buahan yang dia beli di bar dan bunyi berlebihan dari sistem suara masih membuat kepalanya berdenyut, Sakiko membenamkan wajahnya ke bantal dan kembali tidur. Pagi ini mulut Sakiko terasa sangat kotor, sampai-sampai dia bertanya sendiri apa tadi malam dia minum air cuka atau air selokan. Bahkan sekarang kepalanya belum sembuh betul. Saat Sakiko pakai obat kumur, dia dengar akord yang tenang dan suara bariton Taka yang lebih lembut dari sofa.
"Kupikir kau segalanya yang kumiliki, tapi aku tidak bisa ..."
"Taka?" Dia tidak menjawab. Sakiko melirik jam tangannya. 11:40. Dia harus cepat atau dia akan terlambat bekerja. Taka masih terus memetik senar gitar ... Sekali pun seseorang menendang selangkangannya, dia tidak akan sadar. Jadi Sakiko pergi begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pirouette of Whitewater
Fanfiction-- SasuSaku Fanfiksi -- 🍃 [SELESAI] • Naruto © Masashi Kishimoto • Bagi masyarakat luas, Uchiha Sasuke adalah seorang penulis ternama, namun bagi Haruno Sakura, dia pria yang tega menghancurkan hatinya demi mengejar karir. Di sisi lain, Sakura sang...