Bab 18

2.8K 374 81
                                    

THE PIROUETTE OF WHITEWATER [RENCANA JUDUL]

Draf 3.19

© 2018 Uchiha Sasuke

19. SERAMBI RUMAH KEPALA ANBU

Awan hitam tebal menyelimuti bulan di malam Halloween selagi anak-anak mulai mengunjungi rumah tetangga dan menginjak dedaunan kering. Sebentar lagi Kimigakure akan dibanjiri oleh para penyihir, tikus, hingga pahlawan super. Taka merasa jalanan sudah mirip seperti lukisan.

Sakiko duduk di tangga depan rumah Kepala Anbu yang lapuk, mangkuk plastik besar menyerupai kuali penyihir yang terletak di pangkuannya penuh dengan permen-permen ukuran kecil. Mereka baru saja selesai menghiasi serambi dengan labu oranye yang telah diukir dan jaring laba-laba buatan. Sakiko bahkan minta sepasang jins tua dan kemeja flanel milik Kepala Anbu, lalu menjejalinya dengan jerami untuk membuat orang-orangan sawah tanpa kepala. Taka menekan tombol untuk menyalakan rekaman efek suara mengerikan, lalu mengambil posisi di sebelah temannya itu, 'tidak sengaja' menempelkan pahanya dengan paha Sakiko. Tapi angin musim gugur bertiup kencang malam itu, jadi Sakiko tampaknya tidak keberatan dengan kehangatan ekstra.

Tahun ini Taka dan Sakiko mengenakan kostum penari. Sakiko tampak gemilang dengan mahkota bunga, rok dari jerami, dan bra dari batok kelapa (yang dia kenakan di atas baju kaus lengan panjang dan celana jins). Sakiko juga meminjam sarung tinju Itsuki.

"Gadis hula sekaligus petinju?" tanya seorang koboi kecil saat dia mengulurkan kotak permennya.

"Bukan, kami Jagoan Hawaii," kata Sakiko tanpa berbelit, seolah-olah bicara hal yang paling jelas di dunia.

Anak itu mengejeknya. "Bodoh sekali."

Sakiko memasukkan tangannya lebih dalam ke dasar tumpukan permen, lalu melemparkan sebuah cokelat yang hampir hancur ke dalam kotak permen anak itu. Sakiko mengedipkan matanya saat anak itu tertegun menuruni tangga, lalu berkata, 'kau lupa bilang terima kasih!' ketika anak itu makin menjauh. Menakut-nakuti anak tetangga adalah salah satu hal yang paling disukai Sakiko saat Halloween.

Oh Tuhan, Taka ingin menciumnya.

Sakiko membuka bungkus sebatang cokelat, membaginya, lalu menawarkan setengah bagian pada Taka. Taka makan permen itu sambil mengamati bibir Sakiko mengisap cokelat di ujung jemarinya.

Sore itu, Taka membawa Sakiko kencan untuk yang pertama kalinya. Hanya saja, Taka terlalu pengecut untuk memberitahu Sakiko bahwa itu adalah kencan.

"Apa kau ingin makan dulu sebelum anak-anak mulai berkeliling minta permen?" tanya Taka bersemangat setelah jam sekolah berakhir. Dia berencana untuk mentraktir Sakiko makan malam di Kafe Akatsuki, karena dekorasinya selalu disesuaikan dengan tema liburan. Kepala Anbu tidak akan menganggap ini sebagai kencan, bukan? Sial, seharusnya dia ajak Sakiko berkencan tepat saat dia berusia empat belas tahun, jadi mereka bisa kencan ganda dengan Itsuki dan Izuho nonton film di bioskop. Tapi membawa Sakiko berkencan berarti memberinya ciuman selamat malam, bukan? Bagaimana jika ciumannya payah? Bagaimana jika Sakiko memperbolehkan dia untuk menciumnya, tapi Sakiko tidak menyukai ciuman itu? Bagaimana jika Sakiko cuma ingin jadi temannya saja?

"Um, baiklah," kata Sakiko, mengambil dompet koinnya. "Biar kutelepon Ayah terlebih dahulu untuk memberitahunya aku cuma akan keluar bersamamu. Ayah akan panik jika aku tidak memberi kabar."

Cuma akan keluar bersamamu. Sama seperti makan dengan teman lamaku, si Taka.

Taka terpana menatap pinggul Sakiko saat dia berjalan ke arah telepon umum di lobi sekolah, mengabaikan siswa yang berdesak-desakan di koridor atau menyapanya saat mereka keluar pintu.

The Pirouette of WhitewaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang