Tidak sakit rasanya mencelupkan jari kaki di air yang dingin untuk menguji suhunya, kekuatan arus air bagai meliliti pergelangan kakiku. Begitu juga dengan tinggal di atas kapal mengarungi ombak besar sambil membaca naskah Sasuke yang terlindungi oleh plastik. Tapi jika kami akan kembali saling mengenal, aku harus menyelam, tanpa perlindungan, dan mau mengambil risiko terluka. Tak pernah aku merasa kesulitan mengambil risiko di tiap aspek lain dalam hidupku. Jadi kenapa rasanya begitu sulit saat dihubungkan dengan Sasuke?
Sakiko menjaga hatinya dari Taka jauh sebelum Taka memberi alasan sebenarnya, dan aku perlu cari tahu kenapa. Sasuke pernah bilang padaku untuk masuk ke dalam kepalaku rasanya seperti hendak menembus benteng dengan penjagaan berlapis-lapis. Kukonfirmasi pernyataan Sasuke itu ketika membarikade pertanyaannya tentang Sasori, sampai dia menggeram frustrasi dan memberitahuku bahwa satu-satunya cara rekonsiliasi ini dapat berhasil adalah jika kami saling jujur.
"Kau ingin aku bilang apa, Sasuke? Aku jatuh cinta pada Sasori? Aku tidak pernah punya perasaan seperti itu padanya. Dia akan selalu jadi temanku."
"Sakura, setidaknya akui saja tiap kali kau marah padaku, kau memanfaatkan dia agar kau merasa lebih baik."
"Itu konyol," aku balas berteriak. "Aku tidak akan pernah memanfaatkan seorang teman seperti itu."
"Ketika kita pacaran dan kita bertengkar, siapa orang pertama yang kau temui?"
"Sasori," aku meringis.
"Dan ketika aku sedang kuliah, siapa yang mengajakmu berkencan?"
"Itu bukan kencan. Hanya dua orang teman yang bersenang-senang!"
"Sakura," kata Sasuke dengan nada merendahkan yang membuatku ingin memukulnya, "Aoyama Sasori telah memendam rasa cinta padamu selama bertahun-tahun dan sepertinya kau tahu itu. Mungkin kau memang tidak menganggap waktu yang kalian habiskan bersama itu sebagai 'kencan', tapi ketika orang-orang di kampung halaman mulai memperingatkan aku bahwa pacarku sedang dekat dengan lelaki lain, itu jadi masalah."
"Aku tidak peduli apa yang digosipkan penduduk Konohagakure dan seharusnya kau pun begitu."
"Tapi kau mengerti sekarang kenapa rasanya begitu pedih? Aku bukan satu-satunya orang yang pernah merasa cemburu, Sakura."
Ya, aku mengerti. Aku berusaha menenangkan suara. "Untuk yang terakhir kalinya, aku memilihmu. Dan aku masih memilihmu. Dalam tujuh tahun kita berpisah, tidak pernah sekali pun aku menjalin hubungan romantis dengannya. Kalau aku ingin bersama Sasori, aku sudah bersamanya sekarang - bukan begitu menurutmu?"
"Ya, aku tahu."
"Dan tahukah kau Sasori adalah orang yang membuatku bertahan ketika kau meninggalkan aku?"
Sasuke berhenti bicara, kubayangkan dia sedang mengusap rambutnya atau mencubit batang hidungnya - salah satu kebiasaan ketika dia sedang jengkel. "Aku tahu," bisik Sasuke lagi. "Aku hanya ... aku ingin jadi orang pertama yang kau datangi. Aku tidak ingin Sasori terlibat dalam hubungan kita. Hanya itu yang kuminta. Maukah kau melakukannya untukku?"
Seperti selesai menyatukan dua kepingan puzzle, aku tiba-tiba merasa seperti orang bodoh. Argumen yang kusampaikan pada Sasuke terdengar lemah, bahkan bagi telingaku sendiri, tapi masih sulit rasanya membayangkan seseorang seperti Sasuke menderita karena cemburu.
Sasuke tidak memintaku untuk tidak berteman lagi dengan Sasori. Dia hanya memintaku untuk datang padanya sebelum aku beralih ke Sasori - ini menetapkan batas.
"Aku bisa melakukannya, Sasuke," jawabku malu-malu.
Dia menghela napas. "Baik. Terima kasih."
Pada makan siang Jumat, Sasori mengajakku nonton di bioskop, aku kembali ingat argumen dengan Sasuke. Semua orang sedang sibuk - Naruto akan makan malam dengan orang tua Hinata, Sai baru kembali dari ekspedisi penjelajahan, jadi giliran Ino yang akan berekspedisi seks dengannya, serta Tuan dan Ny. Ishikawa masih dibayang-bayangi suasana bulan madu - seks di mana-mana dan kapan pun mereka bisa. Jadi aku menghubungi seseorang yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya - selain untuk bernegosiasi meruntuhkan Kanako Karin - Akasuna Temari. Yang mengejutkan adalah Temari menerima ajakanku (dengan syarat dia tidak mau duduk di sebelah 'manusia gua'). Aku jadi bersemangat, meskipun dia berkali-kali menyindirku malam itu. Aku juga ingin bertanya tentang sesuatu yang baru yang terungkap dalam memoar Sasuke.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pirouette of Whitewater
Fanfiction-- SasuSaku Fanfiksi -- 🍃 [SELESAI] • Naruto © Masashi Kishimoto • Bagi masyarakat luas, Uchiha Sasuke adalah seorang penulis ternama, namun bagi Haruno Sakura, dia pria yang tega menghancurkan hatinya demi mengejar karir. Di sisi lain, Sakura sang...