Kau piawai.
Kau cepat berpikir dan pintar, dapat dengan mudah mengikuti perkembangan publisitas perfilman dan industri hiburan Hi no Kuni.
Jika perlu, kau bisa pakai sepatu hak tinggi. Tidak ... kau harus pakai sepatu hak tinggi, dan tunjukkan pada mereka. Benar sekali. Sepatu hak tinggi yang tersimpan rapi di tasmu itu takkan membuatmu takut atau kakimu goyah - tidak! Kau tidak akan kalah dari mereka ...
Tanganku sudah pucat karena mencengkeram erat lengan kursi pesawat kelas bisnis ini. Udara kering yang berhembus membuat rambut yang sudah tertata rapi jadi berantakan. Rasanya aku ingin langsung ambil karet gelang dan menguncir kuda rambut ini. Di sekelilingku, terlihat penumpang yang lelah, baik yang sedang memejamkan mata atau pun baca majalah di bawah oasis cahaya lampu kuning. Pria berambut biru pucat di sebelahku sedang mengetik di laptop; aku berusaha untuk tidak mengganggunya dengan kegelisahan ini.
Aku naik penerbangan malam dari Sunagakure menuju Kirigakure. Ini berarti aku cuma punya waktu sekitar tiga jam untuk makan biskuit cokelat dan minum cokelat hangat. Tapi rutinitas konsumsi cokelat atau pun mengucapkan mantra 'aku bisa' berulang-ulang kali sama sekali tidak membuat rasa takut dikucilkan jadi humas Sasuke reda.
Aku jarang mengobrol dengan Sasuke akhir-akhir ini, karena aku begitu sibuk mengurus pekerjaan sebelum melemparkan diri ke dalam pusaran hidup Sasuke yang berantakan.
Sasuke terbang ke Kirigakure minggu yang lalu, sehari setelah kedatangannya yang bagai hantu di depan pintu rumahku. Kepergiannya pun sama mistisnya dengan kedatangannya. Aku memohon pada Sasuke agar dia tetap tinggal di apartemenku malam itu, karena aku tidak ingin dia ketiduran saat berkendara dan jatuh ke danau.
"Sasuke, tetaplah di sini," bujukku sambil memeluk tubuhnya. "Kau tidak perlu berkendara ke rumah orangtuamu malam ini."
Sasuke mengerang dan membungkuk ke arahku. "Sayang, aku tidak bisa. Ada beberapa hal di sana yang ... yang kubutuhkan." Suara Sasuke goyah saat ibu jariku mulai meremas punggungnya yang kaku. Kukira dia akan menyerah, tapi sayangnya tidak.
"Tetaplah di sini ..." aku merintih di lehernya. "Aku tidak peduli dengan apa kau tidur. Kau bisa beli pakaian baru besok pagi. Aku punya sikat gigi baru. Tetaplah di sini."
Sasuke pasti tahu apa yang kuinginkan, apa yang akan terjadi jika dia menginap malam itu. Tapi pertahanan dirinya belum goyah. Dengan enggan, dia lepaskan pelukannya.
"Aku akan meneleponmu ketika sampai di Konohagakure nanti," dia bersungut-sungut. Buru-buru mengecup puncak kepalaku. Sasuke menyelinap pergi malam itu, meninggalkan aku yang sedang frustrasi di apartemen yang sunyi.
Dan sekarang, seminggu kemudian, aku juga menyelinap di malam hari, membelah awan hitam dan bintang-bintang di ketinggian ribuan kaki dari daratan, menempatkan jarak ribuan kilometer antara aku dan semua hal yang familier bagiku. Semuanya, kecuali Sasuke.
Selain ziarah tahunan ke Hoshigakure, aku hampir tidak pernah meninggalkan Propinsi Semenanjung Sunagakure. Dan terakhir kali aku naik pesawat jarak jauh adalah ketika aku menghancurkan hati ini di Tsurui, tujuh tahun yang lalu.
Walaupun umurku sudah segini, tapi aku baru sedikit melihat dunia. Sasuke-lah yang memiliki nafsu tak terbendung untuk melihat-lihat tempat yang jauh. Aku bahkan tidak pernah ingin keluar dari halaman belakang rumah, kecuali jika dia ada. Meninggalkan Konohagakure berarti meninggalkan orang tuaku, Ino, Izumi, dan juga teman-temanku di Toko Perlengkapan Olahraga Uzumaki. Ini berarti pergi ke tempat yang tidak menyimpan kenangan aku dan Sasuke di tiap sudut dan celahnya. Konohagakure kenal denganku. Aku akrab dengan pergumulan restoran penuh minyak dan pompa bensin karatan. Aku bernapas dengan pasang surut dan aliran air laut yang dingin menerjang tebing. Kutandai tahun-tahun yang kulalui di atas kayu apung yang sudah memutih. Jika aku pergi, bagaimana aku akan kenal dengan ... diriku sendiri? Mendefinisikan diri di tempat asing sepertinya menakutkan, dan aku mulai mengerti kenapa Sasuke tampak begitu tersesat. Aku sudah rindu dengan Semenanjung Sunagakure, walaupun aku belum sampai tujuan.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Pirouette of Whitewater
Fanfiction-- SasuSaku Fanfiksi -- 🍃 [SELESAI] • Naruto © Masashi Kishimoto • Bagi masyarakat luas, Uchiha Sasuke adalah seorang penulis ternama, namun bagi Haruno Sakura, dia pria yang tega menghancurkan hatinya demi mengejar karir. Di sisi lain, Sakura sang...