Bab 36

2.8K 270 32
                                    

Hari Kedua Belas dari Petualangan Mendebarkan di Otogakure: Orochimaru menakut-nakutiku.

Oh, astaga, dia bahkan berhasil menyakiti harga diriku. Rasanya mirip seperti kembali ke kelas tujuh saat Mitarashi Anko mengundangku ke pesta piyama di rumahnya dan dia sangat jahat padaku sepanjang malam. Anko mengolok-olok kawat gigi dan kepang rambutku yang tomboi, bisa dibayangkan sendiri betapa sakitnya hatiku yang baru berusia dua belas tahun itu. Akhirnya aku sudah tidak tahan lagi. Ayah sedang bertugas. Ibu sedang di Sunagakure mengunjungi temannya. Jadi kutelepon Sasuke untuk mengantarku pulang. Saat itu Sasuke telah tumbuh jadi lelaki yang tinggi dan punya reputasi yang mendebarkan. Jadi ketika dia muncul di rumah Anko, mengemasi kantong tidurku dan menyampirkan lengannya di atas bahuku dengan sikap protektif, itu jadi peristiwa besar. Wajah gadis-gadis lain memerah, karena tatapan Sasuke yang dingin. Dan Anko tidak pernah mengolok-olokku lagi. Ya, setidaknya, tidak pernah terang-terangan di depanku.

Tapi apa yang Orochimaru lakukan jauh lebih buruk daripada ejekan Anko. Aku ragu Sasuke bisa 'mengantarku pulang' dari pesta kali ini.

Kucoba untuk melacak keberadaan ular Yashagoro yang sukar dipahami itu. Asisten Orochimaru kira-kira sama bermanfaatnya dengan cacing pita, dan cuma bisa menghambat langkahku. Dalam beberapa pesan suaraku sebelumnya, aku sama sekali tidak menyebutkan anggur Orochimaru, maupun alter egonya yang hobi menyebar kebohongan, Tuan Santori Eiji. Tapi sepertinya Orochimaru punya indra keenam yang dapat memberi peringatan jika bahaya mendekat. Tiap kali ditelepon asistennya selalu menjawab, "Tuan Yashagoro ada rapat seharian."

Pusat komando di kamar hotelku kosong, hanya ada aku dan Sasuke. Dia sedang duduk, dahinya berkerut membaca kliping koran, artikel majalah, dan cetakan blog yang tersebar di atas meja. Telah kuperingatkan Sasuke untuk jangan baca sampah itu, apalagi dia baru saja diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Membawa Sasuke keluar dari pintu rumah sakit menuju taksi rasanya sama seperti melewati semak belukar, namun bukan tanamanlah yang menghalangi, melainkan para fotografer yang sibuk melayangkan pertanyaan provokatif dan jeritan penggemar. Terlepas dari peringatanku, begitu Sasuke menginjakkan kaki di ruangan hotel ini dia langsung minta diberi pekerjaan.

Kuketuk-ketuk jariku di meja seiring dengan suara dentingan lift. Otak ini masih dipenuhi oleh percakapan dengan Kimimaro - ketua tim ekspedisi susur gua Sunagakure. Sistem alarm di tubuhku berbunyi nyaring karenanya. Ketika Kimimaro bertanya apa aku dengar kabar dari Yashagoro PR and Media Group, teka-teki tentang Orochimaru langsung terpecahkan.

"Jadi dia menghubungimu?"

"Ya, aku ingin memberimu peringatan. Sepertinya pria itu sedang senewen. Aku tanya padanya untuk apa sebuah klub kecil di Semenanjung Sunagakure butuh agensi kreatif yang berlokasi di Tsurui. Dia jawab Grup Yashagoro bisa melakukan pekerjaan yang sama seperti HarunoNemoto hanya dengan setengah harga."

"Tidak tahu malu! Kau jawab apa lagi?"

"Kubilang saja padanya gadis-gadis di HarunoNemoto dan Neji adalah teman susur guaku, dan kutanya padanya apa dia punya dendam padamu. Dia mulai bertele-tele, jadi kututup saja teleponnya. Aku yakin ada yang tidak beres. Tapi aku tidak tahu apa dia juga menghubungi klienmu yang lain atau bagaimana. Jika pria itu menggunakan taktik yang sama pada mereka ..."

Sial, Orochimaru mengerocoki klienku. Tanpa perlu banyak bicara lagi, tim HarunoNemoto menghubungi seluruh klien kami kemarin.

"Tenten," aku memohon lewat telepon, "Aku sangat menyesal telah menjatuhkan bom ini pada HarunoNemoto. Aku akan memperbaiki keadaan, aku janji."

"Sakura, tenanglah, bukan kiamat yang kita hadapi saat ini. Kau selalu ambil langkah yang cerdas dalam keadaan darurat. Insting yang mematikan, ingat?"

The Pirouette of WhitewaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang