After Ten Years

6.6K 731 7
                                    

           

New begitu terkejut mendapat telepon dari sahabatnya. Singto ingin menjadwalkan pertemuan dengan Dokter Jay. Apa sebenarnya yang direncanakan Singto? Berteman sekian lama dengan Singto nyatanya tidak mampu membuat dirinya mudah membaca jalan pikiran sahabatnya. Ia yakin akan ada hal besar yang terjadi, karena itu ia juga harus mempersiapkan seluruh anggotanya untuk melindungi Singto. Walau ia tahu Singto tidak pernah gegabah dalam merencanakan sesuatu.

"Apa otak mu masih dalam posisi yang benar?" tanya New sesampainya ia di mansion Singto. Ia melihat sahabatnya sedang memeriksa beberapa dokumen.

"Apa maksudmu?" jawab Singto tanpa melihat ke arah lawan bicaranya.

"What the fuck are you doing?"

"Wow.. relax dude! Aku hanya ingin sedikit bermain."

"Bullshit! berurusan dengan pria itu tidak bisa kau sebut dengan "sedikit bermain". Seharusnya kau orang yang paling tahu mengenai hal ini."

"Aku sudah mempersiapkan rencana ini sangat lama, aku hanya menunggu momen yang pas untuk merealisasikannya, dan ini lah saat yang paling tepat."

"Aku harap kali ini langkah mu akan benar dude. Aku tidak pernah membayangakan harus melihat mu lagi dalam versi 10 tahun yang lalu." New pergi meninggalkan mansion Singto setelah meletakkan dokumen yang diperlukan oleh Singto untuk pertemuan besok.

            New benar, tidak boleh ada lagi Singto seperti 10 tahun lalu. Singto yang lemah, Singto yang hanya bisa meratapi keadaan, Singto yang hanya bisa melihat takdir. Kali ini ia akan menggenggam semuanya, ia akan menaklukan apapun yang menghalangi jalannya. Mereka harus merasakan kekejian yang pernah mereka torehkan pada hidupnya.

            Singto dan kelompoknya sampai di sebuah rumah tempat pertemuan besar itu akan berlangsung. New melirik sahabatnya yang sedang memandang ke arah luar jendela mobil, ia tidak mampu melihat ekspresi Singto saat ini. Walau ia tidak yakin pertemuan ini akan berjalan baik, tetapi ia harus tetap menjalankan titah Singto Prachaya sebagai pemimpinnya.

"Aku akan masuk terlebih dahulu untuk memulai pertemuan, setelah itu giliran mu,"ucap New sebelum keluar dari mobil mereka.

            New berjalan memasuki rumah ini, ia disambut oleh orang kepercayaan Dokter Jay dan beberapa pengawalnya. Ia tidak habis pikir pensiunan seorang dokter rumahnya harus dijaga ketat seperti rumah seorang Perdana Menteri.

"Tuan New selamat datang," sapaan ramah Tuan Ohm yang New ketahui adalah tangan kanan dari Dokter Jay.

"Terima kasih Tuan Ohm," New menjabat tangan Tuan Ohm.

"Mari saya antar bertemu dengan Dokter Jay, kebetulan ia sudah menunggu anda."

            New diantar memasuki sebuah ruang kerja yang memilki design sangat mewah, untuk ukuran pensiunan dokter rasanya ruang kerja ini sangat berlebihan. New melihat Dokter Jay sedang berdiri menyambut kedatangannya dengan senyuman yang ramah.

"Selamat datang Tuan New. Mari silahkan duduk," Dokter Jay mempersilahkan New untuk duduk di sofa ruang kerjanya.

"Maaf menganggu waktu anda Dokter Jay."

"Oh.. tidak ada kata mengganggu untuk menyambut anak dari sahabat lama ku."

"Saya langsung saja membicarakan inti pertemuan ini Dokter Jay, saya tidak suka terlalu lama membuang waktu."

"Anak muda yang penuh dengan semangat. Saya suka sekali. Jadi ada keperluan apa sampai anak sahabat lama ku berkunjung ke rumah ini?"

"Saya tidak suka berbasa-basi. Kedatangan saya kesini mewakili Bos saya untuk mengajukan penawaran dengan membeli seluruh aset dari Hope International Medical Center. Saya sudah mengetahui kabar bahwa Rumah Sakit anda saat ini sedang membutuhkan banyak dana untuk tetap bersaing sebagai Rumah Sakit terbaik di Bangkok," jelas New kepada Dokter Jay.

"Hahahaha... Tuan New, saya tidak tahu anda mendapat kabar seperti ini dari siapa. Tetapi saya tidak pernah berniat menjual aset-aset pribadi saya kepada siapapun. Saya merasa tidak kekurangan apapun. Jadi, untuk apa saya menjual aset saya?"

"Cihh... dasar rubah, sombong sekali dia. Dia belum tahu siapa yang akan dia hadapi setelah ini," sumpah New dalam hatinya.

"Dan lagi, setelah ayah anda meninggal bukan kah anda yang menggantikannya menjadi Bos Besar?" tanya dokter Jay kepada New.

"Harusnya ya, tetapi ayah saya justru mempercayakan orang lain untuk menggantikannya. Dan saya tidak tertarik untuk menjadi pemimpin sebesar dia. Saya akan memperkenalkan anda kepada Bos kami. Dia yang akan menjelaskan secara detail keinginannya."

            New memberi kode kepada pengawalnya untuk mendekat. New membisikan sesuatu agar pengawalnya segera mempersilahkan Bos besarnya untuk menghadiri pertemuan ini.

            Setelah mendapat kabar dari pengawal New, Singto segera mempersiapkan diri untuk masuk ke dalam pertemuan, ia tahu yang akan dihadapinya bukanlah hal kecil seperti apa yang pernah ia ucapkan pada New. Tetapi tekadnya sudah bulat untuk melaksanakan rencana ini, untuk mengembalikan semua sesuai pada tempatnya. Singto memasuki rumah ini, kacamata hitam masih setia bertengger di hidungnya yang mancung menambah kesan misterius pada dirinya. Singto berjalan begitu angkuh dan penuh intimidasi, ia mengikuti pengawalnya untuk segera memasuki ruang pertemuan dan menduduki salah satu sofa yang telah ditunjuk oleh pengawalnya. Seringai di bibirnya mengawali sapaan untuk orang yang sedang duduk tepat di hadapannya.

"Long time no see Dokter Jay, or.. Should I call you Uncle Jay?" sapa Singto sembari melepaskan kacamata hitamnya.

            Sontak pria yang ia sapa seketika menegang dan menegakkan duduknya, menatap Singto dengan ketidakpercayaan. 10 tahun setelah pertemuan terakhir mereka, pria itu tidak pernah lagi melihat anak laki-laki yang sedang duduk menatapnya.  Aura kemarahan jelas terpancar dari netra biru milik Singto ketika berhadapan dengan pria itu.

"Let me show you my darkest side Uncle Jay," batin Singto berucap dengan penuh kekejaman, aku tidak akan mengampuni mu kali ini.








Good afternoon epribadeh, masih banyak yg nunggu cerita ini gak ya? pasti masih kan (ngarep coy gue). Jadi gini gue sempet keilangan ide buat nulis (gegara kebanyakan ngunyah micin) tapi setelah mantengin gambar dan video duo babang dan dedek. Triing.... idenya muncul lagi ;)

Ya udah... gak usah banyak cuap-cuap gaje deh gue, mau ngucapin makasih loh yang masih setia baca cerita Tetew gue ini. See you soon epribadeh!!!!


*Semesta Mendukung Peraya*

The Air I BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang