Singto mengadakan pertemuan setelah kekacauan ini terjadi, batinnya benar-benar terusik saat mengetahui pria yang bahkan belum ia sentuh sedikitpun mengakhiri hidupnya.
"Apa sudah ada kabar New?"
"Belum Sing, tetapi polisi sudah berdatangan untuk mengevakuasi mayat Jay Ruangroj"
"Coba kau bajak CCTV rumah Jay Ruangoj"
"Maaf Sing, tetapi semua CCTV memang tak berfungsi sama sekali. Kita tak tahu apa yang terjadi di dalam rumah itu"
"Sialan" Singto mulai frustasi.
Saat Singto dan seluruh anak buahnya sedang mengadakan pertemuan, Krist memutuskan untuk menemui Rai di kamarnya, entah apa yang sedang dilakukan wanita itu. Setelah keributan terjadi di Mansion Singto, Rai justru memilih untuk kembali ke kamarnya dan tak kunjung keluar.
Krist pada akhirnya mengetuk pintu kamar Rai, walau ia sempat ragu karena Krist takut mengganggu ketenangan adik iparnya. Rai mungkin saja sedang menenangkan diri setelah semua yang ia lakukan.
"Masuklah" Krist membuka pintu kamar Rai setelah diizinkan masuk.
Pemandangan yang baru saja Krist lihat sungguh membuat dirinya terkejut, betapa tidak saat semua manusia dalam Mansion ini sedang dalam kepanikan, Rai justru dengan tenang menikmati camilannya dan membaca majalah.
"Oh.. Hai brother in law" Rai tersenyum dengan manis ke arah Krist. Rai menepuk tempat kosong di sebelahnya, memberikan isyarat agar Krist duduk bersamanya.
"Seriously Rai?"
"Ada apa Phi?" Rai tetap tenang membuka tiap lembar majalah yang ia baca.
"Raichan Ruangroj" Nada suara Kit sedikit naik agar mendapat perhatian dari lawan bicaranya.
Rai menutup majalahnya dan segera menghadap kekasih dari kakaknya, ia tahu Krist mulai tersulut emosi ketika ia abaikan.
"Kau tahu, Singto sedang murka dan kau terlihat seperti tanpa beban. Saat Singto tahu apa yang telah kita lakukan, dia bisa saja menghabisi kita Rai"
Raichan tertawa, pria ini benar-benar drama. Kakaknya tak mungkin berbuat kasar pada orang yang sangat berharga dalam hidupnya. Sebut saja ia pria terkejam di dunia hitam, tetapi ia akan seratus persen tunduk pada cintanya.
"Jangan memulai drama Phi Krist" Rai mengusap sayang kepala kakak iparnya.
Saat mereka berdua sedang membicarakan sesuatu, pintu kamar Rai dibuka dengan kasar, di sana terlihat Singto masuk dengan mata yang penuh dengan kemarahan. Singto mendekati Krist, menarik kerah baju kekasihnya dan melayangkan sebuah pukulan tepat di wajah Krist. Krist yang tak siap dengan kemarahan Singto jatuh tersungkur ke lantai, sudut bibirnya robek akibat pukulan telak dari Singto.
Singto dengan kasar membangunkan Krist dan melayangkan lagi pukulannya "Aku mempercayakan adikku padamu, mengapa kau justru menempatkannya dalam bahaya"
"Kami bisa jelaskan Sing" Krist mencoba bangkit, tetapi tangannya terasa sakit. Ia pasti terkilir atau mungkin patah, pukulan Singto benar-benar merubuhkannya.
"Aku percaya padamu, dan kau lagi-lagi menusukku dari belakang"
"Sing dengarkan dulu" Krist masih mencoba berkomunikasi.
"Kau.." Saat Singto hendak mendekati Krist lagi, Rai segera memeluk kakaknya dari belakang, menghentikan pria ini agar tidak lagi menyakiti kekasihnya.
"Aku akan menjelaskan semuanya, semua kesalahanku, jangan pukul lagi Phi Krist ku" Rai mulai terisak saat memeluk kakaknya dan itu menghentikan pergerakkan Singto.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Air I Breath
Fanfiction*Krist Perawat * Seorang dokter ahli bedah, tidak suka diatur, hanya bekerja sesuai dengan keinginanya, membenci semua sistem yang berhubungan dengan peraturan rumah sakit. "saya tidak pernah gagal" itulah yang sering ia ucapkan ketika semua orang m...