Dear God... Thank You

4.6K 527 34
                                    

Sudah 3 hari Krist berada di rumah sakit, dirinya sungguh bosan. Walaupun Rai sering menjenguk dan menghiburnya tetap saja tanpa pekerjaan membuatnya mati gaya. Tangannya sedikit demi sedikit sudah mulai bisa digerakkan, walaupun semua jarinya masih kaku. Gun memberitahu jika ia harus melakukan terapi 2 kali dalam 1 minggu untuk menormalkan syaraf pergelangan tangannya. Krist memutuskan untuk keluar dan berjalan-jalan di lorong rumah sakit, mungkin ada yang menarik perhatiannya dan membuatnya sedikit tehibur.

Semua perawat jaga yang tanpa sengaja berpapasan dengannya memberikan sapaan hangat untuk dokter favorit mereka, saat Krist sedang berjalan menuju mesin minuman dingin ada seorang pria berjalan tertatih sembari memegang bagian perutnya. Tak lama kemudian pria itu tumbang, Krist tanpa sadar berlari ke arah pria paruh baya tersebut.

"Tuan.. tuan.. anda bisa mendengar saya?"

Pria itu hanya merintih dengan memegang bagian perutnya.

Krist menekan bagian perut sebelah kiri pria itu, dan seketika pria itu merintih akibat tekanan pada perutnya. Krist segera belari menuju tempat jaga tim medis dan mengisyaratkan agar beberapa orang membantunya. Pria tua itu digiring untuk menuju unit gawat darurat, nalurinya sebagai dokter membuatnya lupa jika saat ini ia adalah seorang pasien.

"Dokter Krist, biar kami yang mengurus tuan ini anda bisa kembali ke ruang perawatan" Sala satu dokter meyakinkan Krist untuk segera kembali karena ia juga pasien.

"Tolong periksa ginjal dan pankreas pria itu, mungkin salah satunya bermasalah"

"Copy that"

Krist kembali ke ruang rawatnya, perasaannya cemas tetapi ia bisa apa bahkan kondisinya saja perlu dirawat oleh orang lain, sampai di kamar Krist merenungkan nasibnya bagaimana jika tangannya tak bisa kembali pulih. Menjadi seorang dokter bukan hanya mimpinya tetapi juga bentuk penghormatan yang ia lakukan untuk mendiang sang mama. Ia kecewa dengan kondisi saat ini, tetapi entahlah perasaannya gamang begitu saja.

Setelah meeting dengan seluruh petinggi rumah sakit untuk membahas kekacauan yang belakangan terjadi, Singto kembali ke ruang kerjanya tetapi sebelum itu ia akan menghampiri kamar Krist, walau hanya melihatnya dari luar itu sudah mengobati rasa rindunya pada pria itu. Ya.. Singto belum mempu menemui Krist setelah semuanya, padahal ia sudah dengar dari Rai bahwa Krist tak akan pernah meninggalkannya, tetapi rasa bersalah terus saja membuat dirinya lemah untuk menemui kekasihnya.

Saat Singto hampir sampai, ia melihat Krist keluar dari ruangan menyapa seluruh perawat dan dokter yang sedang berjaga. Singto terus saja mengikuti kemana kekasihnya melangkah, sampai tiba-tiba ia melihat Krist berlari ke arah pria paruh baya yang tumbang. Singto memperhatikan kesigapan Krist memberikan pertolongan pertama pada pria itu, bahkan dalam kondisi sakit saja ia tetap mengutamakan pasien dan itu semakin meremukkan hatinya.

Dengan keyakinan penuh, Singto pada akhirnya memberanikan diri untuk bertemu Krist memohon pengampunan atas apa yang telah ia lakukan, jika perlu ia akan berlutut agar pria itu memaafkan semua kebodohannya. Singto masuk dengan hati-hati, dan melihat kekasihnya tidur membelakangi pintu masuk, Singto melepas jasnya menaruh di sofa kamar Krist, menggulung lengan kemeja agar lebih rileks, selanjutnya ia membaringkan dirinya di sebelah Krist, memeluk pria yang selalu ia rindukan di setiap helaan nafas.

"Maaf" Hanya itu yang bisa ia ucapkan di sela pelukannya.

Krist hanya diam, ia sadar seseorang masuk ke kamarnya, ia tahu pada akhirnya Singto menemuinya, ia hafal dengan wangi tubuh kekasihnya yang khas tetapi Krist tak mau bereaksi, ia hanya ingin menunggu apa yang ingin Singto lakukan.

"Maaf.. maaf atas semua kebodohanku, feel free to yell at me.. but don't giving up on us.. I'm sorry babe, just say you won't let go"

Kirist memutar tubuhnya berhadapan dengan Singto, mata mereka bertemu dan saling menatap penuh kerinduan.

"Kau berisik sekali" Krist tersenyum manis seperti yang selalu ia lakukan saat bersama Singto "We don't have love as easy as ordinary couples. But, this is no ordinary love and I ever said to God, if I have someone with extaordinary love, I want us to be together till we old and gray"

Singto tertawa bersamaan dengan air matanya yang tak bisa terbendung lagi, Rai benar jika ia sampai kehilangan Krist mungkin dunia tak akan lagi sama.

Singto mengangkat tangan Krist yang diperban dengan hati-hati.

"Masih sakit?"

"Pergelangan tangaku retak, muka ku yang tampan babak belur, dan aku pingsan semalaman, menurutmu bagaimana?"

"Kau kan kuat"

"Tetapi cinta melemahkan ku"

"Cheesy" Singto mengacak lembut rambut Krist.

"Kau sudah kembali bekerja?"

"Ya 3 hari lalu"

"Itu berarti sejak hari pertama aku dirawat, dan kau baru menjenguk ku hari ini? oh.. wow thank you so much Singto Prachaya"

Singto membawa Krist masuk kedalam pelukannya, mengusap dengan penuh kasih sayang, menghirup aroma buah yang selalu tercium dari rambut kekasihnya.

"Maaf, aku sempat bodoh sesaat"

"Bersyukurlah karena kebodohanmu tak menjadi permanent" Krist megecup bibir Singto sekilas.

"Fix ini ajakan untuk bercinta"

"Fix kebodohanmu belum hilang sempurna"

"Aku hanya bercanda sayang, tetapi jika kau bersedia dan memaksa aku bisa apa"

Krist memasang tampang malas, Singto Prachaya dan otak mesum adalah paket lengkap yang selalu membuat hatinya berbunga-bunga.

"Kalian sudah selesai adu rayu?" Rai berdiri sembari bertolak pinggang, sejak ia datang dua manusia tak tahu malu ini sedang asik mengumbar kata cinta.

"Sejak kapan kau masuk?" Tanya Singto

"Sejak Phi Sing mengajak Phi Krist bercinta, seriously Phi? kekasihmu mengalami retak pada tulangnya dan kau tak bisa menahan nafsu? how dare you"

Singto mengangkat bahunya tak peduli "Aku hanya menawarkan, mungkin saja Krist setuju cosplay dengan pakaian pasien rumah sakit"

"Phi Krist, tak bisakah kau suka saja denganku?"

"Bisa saja, jika kau setampan Jeff Kasser aku akan mempertimbangkannya"

"Oh Tuhan.. aku dikelilingi dua pria gila"

Rai memanyunkan bibirnya, sial sekali dia hari ini harus melihat adegan lovey dovey, namun dibalik semua kekesalannya ia bahagia, dua pria baik ini pantas berbahagia setelah semua yang terjadi dalam hidup mereka, mereka saling mencintai, saling mengisi, tak ada pemandangan yang lebih indah dari mereka saat ini.

"Ayo kita ke Macau setelah kau sembuh" Ajak Singto pada Krist

"Untuk?"

"Memintamu langsung pada Mr. Hwang"

"Tak akan semudah itu, apalagi setelah kau membuat anak kesayangannya tumbang berhari-hari, dia mungkin akan langsung membidikmu dengan senjata laras panjang"

"Itulah kenapa Tuhan amat baik menjadikanmu kekasihku, sebanyak apapun peluru yang bersarang dalam tubuhku, kau pasti mampu mengangkatnya karena kau Dokter Krist Perawat dan ia tak pernah gagal" Singto mengedipkan satu matanya untuk menggoda Krist.

Krist jatuh cinta, sangat teramat jatuh cinta pada Singto dan selamanya akan seperti itu, jika di kehidupan selanjutnya ia terlahir kembali, ia hanya berdoa semoga tetap pria ini yang mengisi hatinya, jika bukan Singto maka Krist memilih untuk tak pernah merasakan cinta.


Triple Update Gengsss!!!

Gue baik banget sih hari ini, memanjakan bala peraya sekali.

Terima kasih komen dan vote yang semakin banyak, uhuyy.. lah bikin semangat nulis sampe 3 chapter loh.

Selamat menikmati weekend, selamat ber-lovey dovey dengan pasangan.. Yang jomblo jan sedih gengs, jodohnya lagi otw atau masih dijagain sama orang. Muhehehe...!

I wuff you

Papay

*Semesta Mendukung Peraya*

The Air I BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang