Our Vow For Our Future

4.7K 481 47
                                    

Setelah lamaran aneh 1 bulan yang lalu, mereka sepakat untuk melaksanakan pernikahan hari ini, persiapan 1 bulan rasanya bukan masalah jika yang kau siapkan adalah pernikahan pasangan dengan kekayaan spektakuler. Uang akan mempermudah segala urusan, yang tak mungkin menjadi mungkin sama halnya dengan konsep pernikahaan mereka hari ini. Krist ingin pesta yang seluruh dekorasinya berwarna biru, sedangkan Singto lebih suka pernikahan sederhana karena yang luar biasa hanya cintanya pada Krist. Akhirnya ia mengalah, untuk resepsi akan sesuai dengan yang Krist kehendaki sedangkan upacara mengikat janji akan memakai konsep sesuai selera Singto.

"Bagaimana ini phi, phi Krist belum juga datang padahal acaranya akan dimulai 1 jam lagi"

Rai sudah panik, kakinya terus saja bergerak kesana kemari, sebagai orang yg bertanggung jawab atas pernikahan kakaknya, ia mengutuk tindakan Phi Singto yang mengizinkan pasangannya terbang untuk pekerjaan satu minggu sebelum menikah dan liat bagaimana hasil kebodohan kakaknya.

"Sudah ku bilang jangan pergi tetapi dia bilang rencana itu sudah ia susun secara matang karena itu aku tak berhak melarangnya.

"Harusnya kau lebih tegas, kau pikir bisa melakukan pernikahan jarak jauh" Kesal Raichan

"Bagaimana Krist?" Tanya Mr. Hwang saat memasuki ruangan mempelai pria

"Kau bisa lihat betapa lusuh wajahku karena Krist belum bisa dihubungi"

Singto sudah memperingatkan Krist untuk jangan pergi meninggalkan Bangkok tetapi jika alasannya demi karir sebagai dokter ia pada akhirnya mengizinkan. Dan salahkan pria itu yang meminta izinnya saat Singto mencapai pelepasan paling nikmat, ia jadi tak tega jika menolak setelah diberikan surga dunia.

Flashback

Setelah lamarannya diterima, Krist dan Singto pulang ke Bangkok untuk mempersiapkan semua rencana pernikahan mereka, Mr. Hwang tak ingin lagi anaknya terus pergi tanpa arah, ia ingin putra satu-satunya menetap dengan seseorang yang ia cintai. Karena itulah mereka hanya diberikan waktu satu bulan untuk mempersiapkan semua, jika tidak maka selamanya mereka tak boleh menikah.

"Pokoknya kita menikah tanggal itu sayang, jika kau terus saja beralasan karena pasien lama-kelamaan aku yang bisa menjadi pasien karena tekanan emosi tinggi"

"Babe... please 2 bulan lagi ya, bulan depan aku sangat sibuk. Jadwal operasi ku sangat padat, belum lagi aku harus ke Hokaido untuk menjadi pembicara di salah satu rumah sakit di kota itu, bagaimana aku bisa mempersiapkan semuanya kalau aku saja tak ada waktu"

"Itulah fungsinya kau punya kekayaan, kau hanya perlu meminta sesuatu dan akan ada banyak orang yang dengan senang hati mewujudkannya"

"Tetapi ini kan pernikahan kita, aku juga ingin ikut terlibat"

"Tentu saja kau terlibat, kau kan salah mempelai prianya. Bagian mana yang membuatmu tak terlibat"

"Hih... maksud ku bukan itu, terlibat pada persiapannya"

"Begini saja, kau konseptor dan orang-orang yang kita bayar akan mengerjakan apa pun untuk mu"

"Ya sudah lah, aku harus bagaimana lagi jika ada pria yang sangat ingin menikahi ku"

"Kau tambah mempesona jika menjadi pria penurut" Singto mengecup puncak kepala.

Krist mendekatkan dirinya pada Singto, sedari tadi mereka benar-benar tak melakukan apapun di kamar Singto selain berdebat tentang tanggal pernikahan. Krist mengecup bibir Singto dalam, dan pada akhirnya tak bisa menahan dirinya dan menghadiahi Singto ciuman penuh nafsu, dan entah sejak kapan Krist sudah di bawah kuasa Singto.

Membalik keadaan, Krist sedang bergerilya di atas Singto, menyentuh, menjilat, mengecup setiap jengkal tubuh kekasihnya, tak lupa jilatan-jilatan pada abs yang dimiliki Singto.

The Air I BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang