Sudah 2 bulan 15 hari Krist menjalani perannya sebagai suami Singto (Tak ada kata istri untuk hubungan mereka, dan Krist akan siap berperang jika ia disebut lebih cocok menjadi istri, tanyakan pada Gun bagaimana rasanya mendapat hadiah saat ia menyebut Krist istri Singto).
Hari ini sangat lelah, sudah 4 operasi ia selesaikan, ia sampai melewati 2 jam makan sekaligus, ia memulai pekerjaannya sejak jam 5 pagi, oh tidak ia bahkan tidak pulang ke rumah suaminya kemarin karena harus mengobservasi pasien leukimia.
Krist berjalan menuju rooftop rumah sakit, menghirup udara segar dan meminum cairan gula untuk memulihkan tubuhnya yang letih, ia selalu melakukan itu jika tak memasukan makanan apapun selama menjalani operasi.
Ia menatap kilau cincin di jari manisnya, cincin yang Singto sematkan 2 minggu setelah pesta pernikahan mereka, pria itu memang aneh terlalu mainstream memberi cincin saat lamaran dan acara pernikahan katanya, ia justru menyematkan cincin pada jari manis Krist saat mereka sedang berlatih Muaythai bersama.
Flashback
Singto sungguh bahagia mendapatkan sparing partner yang setara dengan kemampuannya, selama ini anak buahnya cepat sekali tumbang saat Singto mengajak mereka bertarung. Ia bahagia, Krist seperti paket komplit yang diberikan Tuhan untuk menggantikan semua yang satu per satu hilang dari hidupnya. Satu pukulan telak mendarat di pipi sebelah kanan Singto dan seketika ia tersungkur ke bawah.
Krist bertolak pinggang menatap suaminya "Itu hadiah untuk mu. Bisa-Bisanya kamu melamun saat kita sedang bertarung, kamu sedang memikirkan apa sih?"
Singto melambaikan tangannya, memberi kode agar Krist mendekat ke arahnya.
Tanpa pikir panjang, Krist menghampiri Singto yang tak bangun-bangun akibat pukulannya, ia yakin tak separah itu memukul suaminya kenapa bisa ia tergeletak seperti itu.
"Ayo bangun, kita bersiap untuk ke tempat Rai" Krist mengulurkan tangannya pada Singto.
Singto mendudukan tubuhnya, dan mengambil tangan kanan Krist, menyematkan sebuah miniatur donat ke jari manis pria itu. Kening Krist berkerut, untuk apa Singto memberikannya mainan donat.
"Donat??"
Singto hanya mengangguk.
"Ini kode karena kau ingin ku buatkan donat?"
Singto berdiri dan tetap memegang tangan Krist, tiba-tiba mainan donat yang di sematkan ke jari manis Krist terbelah menjadi dua, dan memperlihatkan sebuah cincin yang sangat indah.
Suaminya memperlihatkan jarinya yang sudah tersemat cincin yang sama seperti yang ia pakai.. Sejujurnya perasaan Krist bercampur aduk, tak menyangka dengan kegilaan pria ini. Semenyenangkan inikah mencintai seseorang yang di restui seluruh alam semesta.
"Cincin ini ku pesan khusus, karena di dalamnya ada satu tetes darah mu dan darah ku, itu menandakan darah kita pun sudah bersatu"
"Kamu itu" Krist tersenyum "Apa kamu mungkin saja masih salah satu dari keturunan vampir, suka sekali dengan darah"
"Bagaimana bisa kamu berpikir aku suka darah?"
"Kamu lupa pertama kali kita bertemu, kamu terbaring tak sadarkan diri dan berlumuran darah, Newie cerita pada ku bukan hanya kali itu saja kamu terluka tetapi sering, karena itu aku berpikir apa kamu punya obsesi dengan darah, sepertinya kami suka sekali saat tubuhmu mengeluarkan banyak darah.
"Hhhhh..... pemikiran mu selalu out of the box, tetapi aku mencintaimu, sangat mencintaimu, dan selalu mencintai mu"
"Sialnya aku juga begitu"
Krist hanya tersenyum saat mode kesal sudah diperlihatkan Singto.
Now
Saat mengingat kejadian itu, Krist masih saja tersenyum dan merona. Krist merebahkan tubuhnya di kursi panjang memandang langit sore menjelang senja, ia suka perubahan warna langit sore sangat indah menurutnya. Krist memejamkan mata, ia merindukan Singto tetapi ada beberapa pekerjaan yang harus ia selesaikan sebelum kembali ke dalam pelukan hangat suaminya.
Krist mencium aroma enak, aroma favoritnya sejak bertahun-tahun lalu dan ia segera membuka matanya.
"Melon Pang" Krist langsung saja merebut goodie bag berisi roti kesukaannya, membuka secara terburu-buru dan melahap roti itu dengan hati penuh kebahagiaan.
Singto hanya mengacak rambut Krist saat melihat pujaan hatinya melahap roti dengan ekspresi lucu.
"Kapan kamu ke Jepang?"
"Kemarin siang saat kamu bilang tak akan pulang, aku terbang ke Jepang untuk membelikan mu roti itu, aku tahu pekerjaan mu sangat menguras tenaga"
Krist hanya mengangguk "Kapan kamu kembali?"
"Aku baru saja kembali dan saat aku ingin menemui mu di ruangan, aku melihatmu berjalan ke arah lift dan aku yakin kamu pasti akan menuju tempat ini"
Krist menyandarkan kepalanya ke bahu Singto, tempat bersandar dari lelahnya pekerjaan, tempat paling nyaman, dan Singto suka posisi ini ia bisa berlama-lama menciumi aroma rambut Krist yang selalu segar.
"Aku ingin mengajakmu mencicipi Kurtos Kalacs, ayo kita ke Hungaria minggu depan"
Krist memperhatikan Singto, matanya berkedip lucu.
"Kamu serius kan?"
"Iya sayangku" Ucap Singto sembari menggesakan hidungnya pada hidung Krist.
"Yashhhh.... aku akan mengambil cuti panjang dan ayo kita keliling Eropa untuk
mencicipi seluruh street food disana""Anything for you sweetheart"
Mereka saling berciuman dibawah langit senja, menyalurkan kerinduan dan energi positif setelah lelah dengan pekerjaan masing-masing.
Cukup mereka berdua saja dan rasanya sudah seperti memiliki seisi dunia.This is the last chapter, makanya gue kasih judul Epiyeaayy aka Epilog Yeaaay... (oke mulai ga jelas).
Thank you for supporting this story.. gue benaran ga nyangka bakal se wow ini!! Thank you... Thank you...🙏🙏🙏
Ehm... tapi jan sedih kan udah ada gantinya, lapak sebelah yang bagus itu loh, ditunggu apresiasinya di sana gengss😁
Good Bye
*Semesta Mendukung Peraya*
KAMU SEDANG MEMBACA
The Air I Breath
Fanfic*Krist Perawat * Seorang dokter ahli bedah, tidak suka diatur, hanya bekerja sesuai dengan keinginanya, membenci semua sistem yang berhubungan dengan peraturan rumah sakit. "saya tidak pernah gagal" itulah yang sering ia ucapkan ketika semua orang m...