Extra Extra

5.2K 434 31
                                        

Krist menekan nomer suaminya untuk melakukan face time, 15 panggilan tak terjawab yang tentu saja ia abaikan karena Krist meninggalkan ponselnya setelah melakukan visit ke beberapa ruangan meyapa beberapa pasiennya. Ia tersenyum saat wajah dengan mode kesal terlihat di seberang sana.

"Hai suami tampan"

"Hmmm" Hanya itu yang keluar dari mulut Singto.

"Auhhh... tak rindu padaku?"

"Biasa saja"

"Hmmm... padahal aku sangat sangat merindukan mu"

"Oh ya???"

"Tentu saja, sampai aku bermimipi basah setiap hari" Ledek Krist pada suaminya.

Tak ada jawaban, Singto justru sibuk memilih pakaian di walk in closet, entah apa yang ia cari dan mengabaikan Krist.

"Mencari apa? Tanya Krist.

"Versace suit yang kita beli di Via della Spiga"

Krist menepuk keningnya, ia lupa memberitahu singto.

"Ehmm... kemarin aku membereskan semua walk in closet kita, dan pakaian mu ku atur sesuai dengan brand yang kita beli"

"Kit" Dengan suara lembut khas Singto.

"Maaf babe, aku lupa memberitahu mu karena sudah hampir tertinggal pesawat"

"Aku benar-benar kacau tanpa kamu sayang, please come back home"

"Aku terbang dari Jepang malam ini setelah rapat terakhir dengan seluruh dokter"

"Kamu semakin sibuk setelah mendirikan rumah sakit di Jepang"

"Maaf"

"Hhhh... ya sudahlah"

Krist tahu Singto tak akan marah, ia hanya tidak enak karena kegiatannya semakin bertambah setelah mendirikan Rumah Sakit di Jepang, rumah sakit impiannya itu semakin membuat Krist mau tidak mau sering melakukan perjalanan ke Jepang untuk sekedar mengecek rumah sakit atau melaksanakan jadwal operasi.

"Apa Rai sedang di penthouse kita?"

"Tidak, dia sedang mengurus bisnis hotelnya di Dubai"

Krist melihat Singto membuka t-shirt miliknya, gerakan berganti pakaian yang Singto lakukan tanpa ia ketahui diperhatikan oleh Krist dengan pandangan mata yang tak biasa.

"Kamu ada acara?"

"Ya.. aku akan menemani dad ke acara jamuan makan malam dengan koleganya"

"Auhh.. sejak kapan kalian begitu akrab"

"Sejak anaknya dan pasangan ku sibuk dengan dunianya sendiri"

"Maaf"

"Seriously Kit, selama beberapa menit kita berbicara kamu sudah berapa kali mengatakan maaf"

"Ya karena aku merasa bersalah"

"Jangan hanya merasa bersalah sayangku, pulang lah ke pelukan suami mu"

"Singto Prachaya selalu saja menggoda iman, aku mana bisa tahan"

"So???" Tanya Singto dengan smirk evil yang selalu membuat Krist turn on seketika"

Krist justru mematikan panggilan face time dengan Singto, berjalan keluar ruang kerja menuju ruang asistennya.

"Yuki.. tolong batalkan rapat terakhirku dengan semua dokter dan beritahu Capt Naoki untuk bersiap terbang ke Bangkok"

The Air I BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang