"Bagaimana penampilan ku pa?"
Krist yang sedang memeriksa beberapa berkas pasiennya mengangkat kepala karena seseorang mengajaknya bicara.
"Kau ingin pergi ke pemakaman siapa sayang?"
Yang ditanya hanya mengerutkan kening dan menggaruk kepala.
"Kok pemakaman sih?"
"Auh... Kau memakai pakaian serba hitam bukannya untuk datang ke acara pemakaman?"
"Pa... Please"
Krist semakin memperhatikan anaknya, apa yang salah dari perkataan dia barusan. Setau Krist pakaian serba hitam memang yang paling cocok untuk mendatangi acara berkabung.
"Aku ingin pergi berkencan dengan Davika"
"You What???"
"Pergi berkencan pa"
Krist menghembuskan nafasnya agak kasar "Aku tahu anak muda, aku bukan bertanya lagi tetapi shock"
"Karena aku sudah mulai berkencan?"
"Karena kau berkencan dengan pakaian mengerikan itu"
Ya Lord... Ini pakaian yang belum lama dibelikan oleh daddynya saat ia berkunjung ke London.
"Tetapi dad selalu tampan dengan pakaian serba hitam"
"Hhhh... Sky Orion, selera fashion daddy mu memang hanya sebatas hitam, putih dan abu-abu, dia bukan keren dengan pakaian warna itu, kita hanya sudah terbiasa melihatnya"
"Jadi dad tidak tampan?"
"Sangat tampan"
"Nah... Berarti aku juga tampan seperti dad"
Krist menutup semua berkasnya, percakapan ini ternyata lebih serius dari yang ia duga. Krist bersandar pada sofa, melipat kakinya kemudian kedua tangan di depan dada sembari memberi tatapan lebih intense pada anak laki-lakinya.
"Kau tampan dengan pakaian itu, tetapi kau jauh... jauh... jauh... lebih tampan dengan pakaian yang lebih berwarna, ketampanan mu akan maksimal"
Singto yang sejak tadi memperhatikan perdebatan mereka, sesungguhnya sudah gemas dengan tingkah laku kedua pria kesayangannya. Hanya karena warna pakaian mereka bisa beradu argumen seperti orang-orang yang sedang mengikuti sidang PBB.
"Jadi bagaimana pa?"
"Ganti pakaian mu lah"
"Tetapi aku merasa sangat tampan sekarang"
"Ya sudah, kau tinggal pergi saja Sky begitu saja repot"
Krist kembali membuka berkasnya, ada banyak operasi penting beberapa minggu ke depan dan itu membut kepalanya hampir meledak. Emosinya belakangan memang tak bisa dikontrol, ia sering memarahi siapa saja tanpa alasan meski setelahnya selalu meminta maaf.
Sebuah bisikan terdengar di telinga Sky, ia langsung saja memutar kepalanya dan melihat sang daddy tersenyum begitu hangat. Singto hanya memberi kode pada anaknya untuk mengikuti saja apa yang diinginkan Krist agar pria itu terlihat senang karena belakangan sedang tertekan dengan jadwal operasi di dua rumah sakit.
Sky kembali ke kamarnya untuk berganti pakaian, ia memang sedikit jengkel dengan papanya tetapi saat Singto menjelaskan semua, Sky paham bahkan merasa sedih karena Krist harus bekerja di dua tempat yang berbeda dengan jarak tempuh yang sangat jauh demi kesembuhan pasiennya.
"Sweetheart"
"Hmm?"
"Kenapa kau terlalu keras pada Sky?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Air I Breath
Фанфик*Krist Perawat * Seorang dokter ahli bedah, tidak suka diatur, hanya bekerja sesuai dengan keinginanya, membenci semua sistem yang berhubungan dengan peraturan rumah sakit. "saya tidak pernah gagal" itulah yang sering ia ucapkan ketika semua orang m...