Singto tak bisa meninggalkan Mansion sejak kemarin, semua wartawan mulai berdatangan untuk mencari kebenaran tentang keluarganya. Setelah semua berita satu per satu tersebar, kini giliran Singto memberikan klarifikasnya pada seluruh negeri tentang apa yang terjadi masa itu. Tak akan ada lagi yang membendung hasratnya untuk menghancurkan Jay Ruangroj, kali ini adalah gilirannya untuk menang.
Singto merapihkan tampilannya malam ini, ia siap menemui seluruh wartawan yang sudah lama menunggu. Ia akan tampil se elegant mungkin, memperlihatkan seberapa besar kekuasaan yang ia punya, agar semua orang tahu bahwa Jay Ruangroj tak sepadan jika melawannya.
"Jangan terlalu lama memandangi cermin, ia akan pecah karena merasa malu ditatap begitu intens olehmu"
Singto berbalik begitu mendengar suara favoritnya, ia langsung menarik pinggang kekasihnya agar lebih mendekat pada dirinya.
"Lepaskan Tuan, jangan nodai saya" Kit mengedipkan-ngedipkan matanya memohon.
Singto menyeringai nakal, pria ini benar-benar menggodanya. Ia dengan cepat mendorong Krist untuk menghadap cermin. Singto melihat arloji di pergelangan tangannya, masih ada waktu satu jam sebelum konfrensi pers.
"Let's make it quick"
"No.." Kit ingin berbalik menghadap Singto tetapi tubuhnya di tahan oleh Singto untuk tetap berada di posisinya sekarang.
"Rule-nya, tatap cermin itu sampai kita selesai, jika kau menunduk aku akan menambah durasinya tak peduli siapapun akan mendobrak pintu kamarku"
Kit melotot terkejut dengan apa yang dikatakan Singto, what the fuck.. disaat genting seperti ini, bisa-bisanya dia berpikiran mesum.
Singto mulai menurunkan zipper celananya, mengelurkan kejantanan miliknya yang sudah tegang sedari ia melihat kekasihnya berseliweran mengelilingi kamar hanya dengan menggunakan boxer. Singto mengeluarkan lube yang hampir tak pernah ia pakai, bukan gayanya bercinta dengan Krist menggunakan benda itu, tetapi kali ini ia tak punya banyak waktu untuk membuat Krist klimaks terlebih dahulu.
Singto melumasi kejantanan-nya sebelum memasuki lorong rahasia milik Krist. Krist hanya mengikuti permainan, siapa yang mampu menolak keperkasaan Singto Prachaya. Ia akan menurut dengan aturan yang dibuat Singto, jika melanggar ia yakin pria perkasa ini tak akan berhenti walau Mansion-nya dijatuhi rudal.
Krist melenguh nikmat saat Singto mulai menekan kejantanan-nya, memasuki lorong miliknya dengan cepat.
"Jangan berhenti menatapku lewat cermin itu, atau malam kita akan panjang"
"Just.. fuck me" Teriak Krist.
"Memohonlah"
"Please.."
Singto mulai bergerak liar, memuaskan kejantanan-nya di dalam milik Krist, ini nikmat.. bahkan dengan posisi apapun tetap terasa nikmat jika Krist yang menjadi pasangan bercintanya.
Menatap Singto melalui cermin dengan muka penuh kenikmatan, membuat gairah dalam diri Krist melonjak tajam itu membuat ujung kejantanan miliknya siap mengeluarkan cairan.
"Faster"
Singto mempercepat gerakannya untuk mencapai puncak, ia sudah tidak tahan lagi karena sebentar lagi akan meledak. Mereka mengeluarkan cairan bersamaan dengan gedoran pintu di kamar milik Singto.
"Phi... jika kau tak segera keluar, akan ku hancurkan seluruh Mansion milikmu" Teriak sebuah suara yang sudah lama sekali ia rindukan
"Medusa" Kit benar-benar hanya bisa pasrah menghadapi kelakukan calon adik ipar berwajah cantik tetapi berkelakuan seperti monster.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Air I Breath
Fanfiction*Krist Perawat * Seorang dokter ahli bedah, tidak suka diatur, hanya bekerja sesuai dengan keinginanya, membenci semua sistem yang berhubungan dengan peraturan rumah sakit. "saya tidak pernah gagal" itulah yang sering ia ucapkan ketika semua orang m...