Forgiveness of Godfather

4.7K 506 31
                                    

Krist berbaring di sofa dengan posisi terbalik, kakinya berada di kepala sofa sedangkan kepalanya berada di bawah, ia sudah mengganti posisinya sebanyak mungkin tetapi belum juga hilang rasa bosannya. Sudah 6 hari tetapi Gun belum mengizinkannya pulang, padahal ia hanya patah tulang bukan terserang tifus kenapa harus selama ini ia dirawat.

Hari ini jadwal Gun untuk visit menemui pasien rewelnya, sebenarnya Krist sudah diperbolehkan pulang sejak 2 hari yang lalu, ia hanya butuh mengikuti jadwal terapi yang sudah Gun beri tahu, tetapi Singto datang secara khusus padanya meminta agar jadwal kepulangan Krist sebisa mungkin ditunda, alasannya karena ia ingin membuat Krist beristirahat lebih lama.

Gun menggelengkan kepalanya saat  melihat posisi Krist sekarang, ia sebenarnya merasa kasihan, pria itu pasti bosan setengah mati tanpa kegiatan apapun tetapi apalah dia yang hanya karyawan biasa dan harus mengikuti titah sang penguasa.

"Kau sedang apa penyihir jelek?"

Krist hanya memutar kepalanya malas "Kapan aku boleh pulang?"

"Lusa"

"Besok?" Tawar Krist

"Lusa, setelah terapi pertama"

"Besok saja, lusa aku akan datang saat terapi"

"Lusa Krist, case close"

Krist membenarkan posisi tidurnya, ia berjalan untuk kembali ke kasur miliknya.

"Ada apa kau kesini?" Tanya Kist sedikit kesal

"Memeriksa pasienku yang menyebalkan, memangnya apalagi"

"Aku sehat-sehat saja"

"Kalau kau sehat, mengapa kau tak sadarkan diri semalaman itu pertanda kalau kau sakit"

"For Lord Sake, itu sudah 6 hari yang lalu bodoh"

Gun hanya tersenyum, ia memberikan sebuah berkas pada Krist.

"Apa ini?"

"Pekerjaan untukmu"

Krist memicingkan matanya, tetapi ia tetap membuka satu per satu berkas yang diberikan oleh Gun.

"Mana hasil MRI-nya?"

Gun mengeluarkan hasil tes pasiennya, iya memang sengaja menemui Krist untuk meminta pendapatnya tentang kondisi pasien yang belum lama ia tangani.

Kening Krist berkerut dalam "Maaf Gun, tetapi jalan apapun tak bisa kau tempuh, kerusakan otaknya sudah mencapai 90 persen, aku pun tak yakin ia akan bertahan selama operasi"

"Apa saranmu untuk kasus ini?"

"Berdiskusilah dengan keluarga pasien, beritahu yang sebenarnya, sejujurnya kita hanya bisa menunggu"

Gun mengangguk, ia sependapat dengan Krist "Thank you"

Gun memeluk Krist erat, kepercayaan dirinya selalu kembali setelah berdiskusi dengan sahabatnya.

"Ehemm..."

Mendengar suara interupsi seseorang kedua sahabat itu melepaskan pelukannya, seorang pria tampan masuk ke ruang rawat Krist dengan membawa sebuket bunga lili, senyum selalu menghiasi wajahnya.

"Jos"

"Hai baby boy"

Jos memperhatikan bentuk wajah sahabatnya, luka lebam dan bekas jahitan di sudut bibirnya benar-benar merusak wajah manis pria itu.

"Kau itu sahabat macam apa, kenapa tak memberitahuku kau cedera parah seperti ini. Jika ayahmu tahu penyebabnya kekasihmu akan habis ditangan pria tua itu"

The Air I BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang