Hello Again

6.7K 752 9
                                    

Operasi yang sungguh melelahkan. Walaupun ia mampu menyelesaikan lebih cepat 1,5 jam dari prediksi waktu yang dibutuhkan, tetap saja ia merasa amat lelah. Setelah memastikan kondisi Tuan Pangpond stabil setelah melaksanakan operasi, Kit bergegas menuju lantai paling atas gedung rumah sakit ini, hal yang biasa ia lakukan setelah bertarung dengan serangkaian operasi yang menguras seluruh tenaga dan pikirannya. Kit menyesap pink milk kesukaannya untuk mengembalikan semua energi yang terkuras hari ini.

"Hah.. kalau setiap hari seperti ini, aku rindu sekali punya pasangan. Tetapi percuma lah kalau bukan Mr.Grey yang menjadi pasanganku karena aku malas memiliki pasangan yang begitu-begitu saja, tidak bisa membawaku menaiki helikopter dan berlibur ke pulau pribadi." Hahaha.. Kit tertawa dengan pemikirannya sendiri. Ia tahu dirinya tidak butuh pasangan yang terlewat biasa, ia ingin memiliki pasangan yang bisa membuatnya merasakan apa yang belum pernah ia alami.

"Whoaa.. efek pink milk ini memang luar biasa. Aku kembali bergairah untuk melakukan operasi selanjutnya."

"Saya juga merasakan gairah yang sama denganmu."

Tiba-tiba suara bariton itu mengagetkan Kit. Kit menoleh ke sumber suara dan terkejut melihat siapa yang ada dibelakang tubuhnya. Seorang pria dengan gaya yang lagi-lagi mampu membuat kerja sel-sel otaknya melemah, dengan gaya yang tidak serapih tadi pagi, Jas sudah ia tanggalkan, lengan kemeja putih slim fit yang ia gulung sampai siku dan dasi yang sudah tidak terpasang di lehernya membuat keseksian pria itu mencapai batas maksimal.

"Tuhanku yang Maha Satu sungguh dirimu menciptakan mahakarya berkualitas tinggi" Batin Kit bersuara (Oh.. tidak-tidak otaknya pasti mulai korslet).

"Lelah?" pria itu berjalan mendekat dan tepat berada di depan Kit.

"Hah.. apa?"

"Saya bertanya padamu, apa kamu lelah?"

Kit menghembuskan nafasnya dengan kasar (Pria ini lagi.  Apa ia tidak punya pekerjaan? sering sekali mengganggu kesenangannya)

"Hei Tuan Muda, apa anda tidak memiliki pekerjaan? sering sekali muncul tiba-tiba seperti hantu".

Pria di depannya hanya tersenyum dan Kit hanya menggelengkan kepalanya dengan heran kenapa setelah pertemuan pertama mereka justru ada pertemuan-pertemuan lagi diantara keduanya.

"Kamu tidak perlu khawatir tentang pekerjaan saya. Penghasilan saya bahkan mampu membeli seisi dunia jika kamu mau."

Kit memperhatikan pria ini dengan seksama, seingatnya ia melakukan operasi pengangkatan peluru dari bagian dada pria ini, bukan dari bagian kepalanya. Apa setelah tertembak otak pria ini jadi bergeser?

"Sudah mulai tertarik dengan saya?"

"Hah..."

"Cara kamu menatap saya, seperti cara pria menatap pasangannya."

"IDIOT!!!!!"

Kit segera meninggalkan tempat itu. Berlama-lama dengan pria itu membuat moodnya terjun bebas hingga ke dasar. Masih ada satu operasi lagi yang harus ia lakukan dan ia tidak mau mengambil resiko yang pada akhirnya akan membuat konsentrasinya dapat merugikan pasien. Baginya kesembuhan pasien adalah prioritas utama seorang dokter.

Kit berjalan menyusuri lorong rumah sakit untuk kembali ke ruangannya, dari kejauhan ia sudah melihat Profesor Phaka berjalan ke arah yang berlawanan. Ketika mereka berhadapan, Kit hanya memberikan salam kepada Sang Profesor dan melanjutkan jalannya. Ia tidak pernah mau berlama-lama menghadapi direktur rumah sakit ini.

"Dokter Krist," sapa Profesor Phaka kepadanya

Kit berhenti dan memutar tubuh menghadap atasannya, walaupun sebenarnya ia malas sekali, tetapi ini hanya demi norma kesopanan terhadap orang yang lebih tua yang selalu diajarkan oleh mom dan dadnya.

"Ada apa Profesor?" Kit berusaha untuk sopan walaupun ia muak sekali

"Terima kasih telah mengoperasi Tuan Pangpond. Itu operasi yang sempurna dan luar biasa."

Kit hanya menganggukan kepalanya. Ia tidak gila pujian. Tidak seperti beberapa rekannya di satu divisi yang kadang dengan sengaja mengambil keuntungan dari kegiatan pembedahan. Keuntungan materi dan keuntungan jabatan, itu yang membuat mereka terkadang lupa sumpah mereka sebagai seorang dokter adalah untuk mendahulukan kepentingan pasien bukan pribadi.

"Dokter Krist, dengan segala kemampuan yang anda miliki seharusnya anda bisa menduduki jabatan tinggi di rumah sakit ini. Saya tidak keberatan untuk membantu anda mewujudkannya."

"Saya tidak mau," jawab Kit tegas.

"Rasanya sayang sekali jika karir kedokteran anda hanya sampai pada titik ini. Anda bisa menjadi ahli bedah yang terkenal di dunia."

"Saya tidak butuh dikenal banyak orang. Saya permisi menuju ruangan saya Profesor. Saya masih ada jadwal operasi hari ini."

Kit mungkin dinilai angkuh, arogan, dan apalah terserah orang menyebutnya tetapi ia tidak peduli dengan semua penilaian mereka. Baginya ambisi terhadap jabatan bukan bagian dari sumpah seorang dokter. Percuma jika seorang dokter memilki jabatan tinggi tetapi mereka tidak mampu menggunakan ilmu kedokterannya untuk memberikan pertolongan kepada pasien. Penghargaan tertinggi bagi para dokter harusnya datang dari para pasiennya yang sembuh dari penyakit.

Kit tidak menyadari jika ada yang memperhatikan interaksinya dengan Sang Profesor. Seringai licik terpampang nyata dari wajah tampan pria itu. Semua anak buah yang selalu mengikutinya paham sekali dengan seringai itu. Mereka yakin akan ada sesuatu yang Bosnya lakukan. Mereka sudah terlalu hafal dengan ekspresi dari wajah Bos besarnya.

"New, tolong jadwalkan pertemuanku dengan Dokter Jay secepatnya," pria itu langsung menghubungi sang asisten untuk mengatur jadwal pertemuannya dengan pemilik rumah sakit tempat Kit bekerja.


Hayoolohhh... Babang udah mulai ehem ehem nih ye, pepet terooss jangan sampai lolos, kalo lolos pepet lagi, lolos lagi (mungkin babang jodohnya sama gue) #teamhalu

Selamat menikmati suguhan malam ini, semoga mimpi indah man teman semua.

*Semesta Mendukung Peraya*

The Air I BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang