Singto mempersilahkan Krist masuk ke dalam mansion miliknya. Ia telah menyuruh beberapa pekerja rumahnya untuk mempersiapkan makan malam spesial untuk dirinya dan tamu kesayanganya. Malam ini seperti malam yang telah di impikan seorang Singto Prachaya, makan malam hanya berdua dengan Krist, bisa merasakan sedekat ini dengan pemilik hatinya.
Singto melirik Krist yang nampak biasa saja dengan tempat tinggal miliknya, hal yang berbeda dengan apa yang diceritakan New. Ia selalu berkata jika Mansionnya adalah tempat terbaik sejagat raya kota Bangkok, dan siapapun yang akan ia ajak masuk ke sini pastinya akan merasa terpesona. Tetapi kali ini ia melihat Krist hanya memperhatikan dengan wajah datar tempat tinggalnya.
"Kau sedang meneliti apa dari tubuhku?" tanpa Singto sadari ia memperhatikan Kit dengan penuh minat.
"Ohh.. tidak tidak aku hanya memastikan kau nyaman berada disini."
"Kau sudah pernah masuk ke apartemen miliku?" Singto menganggukan kepala untuk membenarkan perkataan Krist.
"Bagaimana bisa aku tidak merasa nyaman di Mansion yang harganya bisa disetarakan dengan sebuah pulau."
Singto tersenyum, Krist Perawat dengan pikirannya yang hiperbola selalu saja membuatnya takjub.
"Kau berlebihan sayang, kalau harga sebuah pulau setara dengan Mansion ini aku pastikan akan ku beli pulau itu setiap tahun untuk ku sewakan."
"Heleuhh.. Singto Prachaya dengan kesombongannya yang sudah mengalir dalam darah."
"Ayo kita ke ruang makan, aku sudah lapar sekali jangan sampai kau yang ku makan saat ini juga."
Kit membisikan sesuatu pada Singto.
"Aku akan siap dimakan olehmu jika waktunya sudah tepat." Kit meniup jahil telinga dan sontak saja membuat seluruh muka Singto menjadi merah.
"Ayo tunjukan ruang makannya, kau bilang sudah lapar."
Hell.. Krist Perawat dan segala tingkah lakunya membuatku benar-benar mati kutu.
"I Singto Prachaya addicted to you Krist Perawat till death do us part" this is my vow.
Singto mempersilahkan Krist menempati kursinya, mereka makan malam di taman pribadi di mansion milik Singto. Taman yang ia bangun karena rasa hormatnya pada sang ayah. Sang ayah semasa hidupnya sangat menyukai taman yang indah, ia menanam dan merawat sendiri semua tanaman yang ada di tamannya. Ayahnya juga selalu menyempatkan diri bercengkrama dengan dirinya, ibu dan adiknya di taman yang ia bangun sendiri di rumah milik mereka.
"Lampion light dinner huh? terlihat menarik." Kali ini Kit benar-benar merasa takjub dengan suasana makan malam yang disuguhkan oleh Singto, berbagai jenis lampion terpasang dengan indah di sebuah taman yang tidak terlau besar tetapi sangat.. rasanya kata indah telalu sepele untuk menilai situasi malam ini.
"Kau pasti sudah terbiasa dengan lilin dan dinner, but now I create my own dinner version for you sweetheart."
Kit berjalan mendekati Singto, dan melabuhkan bibir mungilnya tepat di bibir Singto. Kecupan tanda terima kasih untuk pria yang selalu membuat hatinya tidak karuan.
"Finally, kita punya waktu seperti ini, banyak hal yang ingin aku tanyakan untuk lebih mengenalmu."
"Slow down baby, beritahu aku dimana tempat favoritmu di Mansion ini?"
"In my room."
"Ok, Let's talk each other after dinner in your favorite place."
"as you wish, dan jangan pernah berubah pikiran."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Air I Breath
Fiksi Penggemar*Krist Perawat * Seorang dokter ahli bedah, tidak suka diatur, hanya bekerja sesuai dengan keinginanya, membenci semua sistem yang berhubungan dengan peraturan rumah sakit. "saya tidak pernah gagal" itulah yang sering ia ucapkan ketika semua orang m...