Setelah kepulangan Kit dari Hokaido, dirinya seperti mendapat banyak suntikan energi untuk memulai hari dengan lebih positif. Semenjak statusnya berubah Kit lebih banyak mengumbar senyum, wajahnya yang sangat tampan (menurut dirinya) terlihat semakin mempesona dengan aura kebahagiaan yang terpancar. Kit menuju rumah sakit dengan perasaan ringan tanpa beban, Ia sangat bersemangat menjalani semua jadwal operasi hari ini.Memasuki area Rumah Sakit seperti biasa Kit selalu mengindari kegiatan apel pagi yang membosankan. Kit menerobos barisan para dokter untuk menuju ruangannya, walau banyak suara-suara sumbang yang membicarakan sikap seorang Krist Perawat, apa pedulinya tentang masalah itu selagi ia masih tetap bisa menyelamatkan pasiennya. Ditengah perjalanan niatnya menuju ruangan tiba-tiba saja berubah, ia akan menemui seseorang dahulu sebelum berkegiatan.
Kit langsung menerobos ruang bos barunya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, ia melihat prianya sedang berdiri membelakanginya belum menyadari keberadaan Kit didalam ruangan ini. Kit berjalan menuju prianya dan langsung memeluk pria yang sudah resmi menjadi kekasihnya. Sontak pria yang sedang melihat ke arah jendela itu kaget dengan apa yang dilakukan seseorang padanya.
"Krist...!"
Pelukan Kit semakin erat ketika pria yang di dekapnya ingin memutar tubuh menghadap ke arahnya.
"Biarkan seperti ini dulu, aku hanya butuh 2 menit." Kit menghirup dengan rakus wangi tubuh kekasihnya.
"Kau sedang apa?"
"Memelukmu, memangnya apalagi."
"Maksudku mengapa kau tiba-tiba memeluku?"
Kit melepas pelukannya dari pria itu, memutar tubuh kekasihnya agar berhadapan dengannya.
"Aku hanya sedang mengisi baterai." Kit tersenyum sangat manis
Singto mengerutkan keningnya, bingung dengan apa yang dilakukan Kit padanya. Mengapa tiba-tiba Kit memeluknya seperti tadi.
"Kemana para baby sittermu? kenapa mereka tidak berjaga diluar ruangan."
"Mereka berjaga diluar Rumah Sakit. Kau belum menjawab pertanyaanku sweetheart, sedang apa kau disini?"
"Kan tadi aku sudah bilang aku butuh mengisi baterai, tubuhmu ternyata peluk-able juga ya. Aku suka!"
Singto mendekati Kit, matanya terus menatap netra Kit tanpa berkedip dan sejujurnya apa yang dilakukan Singto melemahkan sistem syaraf pada tubuhnya. Tangan Singto beralih pada pipinya dan memberikan usapan-usapan kecil yang membuatnya sangat nyaman.
"Let me give you the real energy sweetheart." Bisik Singto tepat ditelinga Kit
Wajah Singto semakin mendekat, menipiskan jarak diantara mereka. Perlahan dan pasti bibir Singto mengecup ringan bibir tipis Kit. Tidak ada penolakan dari Kit, Singto kembali mengecup bibir Kit dan memberikan sedikit lumatan. Tanpa sadar Kit memejamkan matanya merasakan setiap kecupan dan lumatan yang diberikan oleh kekasihnya. Geraman rendah dari Kit menyadarkan Singto untuk berhenti sebelum semuanya terlalu jauh. Singto menjauhkan wajahnya, mengusap bibir Kit yang basah karena ciuman mereka.
"Aku harus bersiap menuju ruang operasi." Kit hendak keluar dari ruangan Singto, tetapi tangannya di cekal oleh Singto.
"Wait.. Dinner with me tonight in my place."
"My pleasure Sir."
"Cool.. I'll pick you at 7pm in your room."
Kit menganggukan kepalanya memberikan persetujuan, dan kemudian keluar dari ruangan Singto kekasihnya, seluruh wajahnya memerah karena perlakuan Singto pada dirinya. Sungguh bibir pria itu ia yakini akan menjadi candu untuknya.
Operasi Pita suara yang akan dilakukan oleh Kit bukan hanya sulit, tetapi juga mengundang banyak perhatian dari khalayak masyarakat. Seorang penyanyi terkenal Peckpalit kehilangan suaranya akibat tumor yang bersarang pada pita suaranya. Sebagai seorang penyanyi suara seperti nyawa bagi kehidupannya.
Kit sudah memutuskan untuk melakukan tindakan operasi bedah terbuka dibandingkan dengan endoskopi. Operasi Bedah terbuka baginya memungkinkan kontrol yang lebih mudah pada pita suara, karena bisa langsung berhadapan dengan pita suara. Kit akan mengangkat tumor yang bersarang pada pita suara pasien dan kemudian melakukan reposisi pita suara yang bertujuan untuk memperbaiki atau membentuk ulang posisi lipatan pita suara demi memperbaiki fungsi produksi suara.
Operasi berjalan lancar dengan durasi waktu 5 jam, Kit memeriksa detak jantung pasien dan memastikan semua dinyatakan normal pasca operasi.
"Anda akan secepatnya comeback Tuan Peck, saya mengembalikan harta anda yang paling berharga sebagai penyanyi, karena saya tidak pernah gagal." Kit segera meninggalkan ruang operasi setelah mengucapkan terima kasih pada seluruh tenaga medis yang membantunya.
"Terimakasih Dokter Krist." Ucap para tenaga medis.
Waktu sudah menunjukan pukul 07.15 Kit terlambat 15 menit untuk acara dinnernya dengan Singto. Kit berlari menuju ruangannya untuk segera berganti pakaian dan menemui Singto di ruangannya. Dari kejauhan Kit melihat Singto berdiri di depan pintu ruang dokter bedah entah apa yang pria itu lakukan di sana. Kit segera menghampiri Singto, ia tidak mau kekasihnya menunggu lebih lama lagi.
"Kau sedang apa di depan ruang dokter bedah?"
Singto tersenyum ketika melihat Kit berada di depannya.
"I promise to pick up you and now here I am."
"Sorry I'm late, I'll change my clothes and take my bag first."
Singto mempersilahkan Krist memasuki ruangannya untuk bersiap, ia sudah tidak sabar membawa Krist dan menghabiskan malam dengan pria kesayangannya. Kit keluar dari ruangan dan segera mengikuti Singto, mereka menuju lift. Singto menekan tombol lift untuk menuju tempat tertinggi dari gedung ini.
"Loh.. loh.. Kenapa kenapa kita menuju ke rooftop?"
Singto tidak menjawab pertanyaan Krist, ia hanya menggenggam tangan Krist dan mengajaknya keluar lift ketika lift sudah sampai pada lantai tertinggi gedung ini. Betapa kagetnya Krist ketika ia keluar dari lift dan melihat sebuah helikopter sudah terpakir.
"Tunggu.. kita akan kemana?"
"Tentu saja dinner di tempatku."
"Menaiki helikopter?"
"Aku tidak ingin membuang waktu dengan berjalan ditengah kemacetan kota Bangkok, aku sudah terlalu lapar, jadi kita akan menaiki helikopter ini untuk menuju tempat tinggalku."
"is it real?" Kit berjalan menuju helikopter itu terparkir, dia benar-benar tidak mampu menutupi kekagetannya.
"Yeahh sweetheart, I'll treat you better more than your expectation. Let's go to my place."
"Singto terbaik." Kit tiba-tiba mengecup pipi Singto secara spontan.
Singto mengajak Krist memasuki helikopter, perlahan helikopter meninggalkan rooftop Rumah Sakitnya untuk menuju mansion kediaman Singto.
Kit masih tidak percaya, keisengannya dalam berucap bahwa ia ingin memiliki pasangan yang tidak biasa, yang bisa membawanya menaiki helikopter akan secepat ini terkabul. Tuhan mengambil hal yang paling berharga dari hidupnya dengan cara yang tragis, tapi Tuhan pula yang menggantikannya berkali-kali lipat lebih baik.
Yihaa... udah update aja, kok cepet? iya soalnya gue gatel pengen update chapter ini. Gimana-gimana kurang manis kah chapter ini? kurang bikin kebat kebit jantung? berarti kudu tunggu chapter selanjutnya.
Hatur thank you yang udah ngevote, ngelike, comment cerita abrakadabra penulis osnon.
Salam Satu Jiwa (Jiwa Peraya).. Hahahaha!
Papay
*Semesta Mendukung Peraya*
![](https://img.wattpad.com/cover/163350276-288-k996505.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Air I Breath
Fanfic*Krist Perawat * Seorang dokter ahli bedah, tidak suka diatur, hanya bekerja sesuai dengan keinginanya, membenci semua sistem yang berhubungan dengan peraturan rumah sakit. "saya tidak pernah gagal" itulah yang sering ia ucapkan ketika semua orang m...