17

8.6K 593 74
                                        

Mata gue menerjap beberapa kali karena terganggu sama sesuatu yang basah di kening gue, sampai pandangan gue fokus ke objek depan gue. V yang lagi tersenyum khawatir ke gue, "Lo demam, kak," gue balas anggukan dan senyum lemah, "Lo kenapa bisa kayak gini sih, kak. Untung, mama papa lagi gak ada di rumah,"

Gue terkekeh pelan, "Gak apa, kok. Gue cuma kecapekan aja, V," suara gue serak karena semalam terlalu banyak teriak.

"Lo tuh, ya. Apa gunanya adek? Gue bisa jadi tempat lo cerita, kak. Walau gue gak sebijak mama, papa dan bang Wawan, gue bakal usahain menjadi pendengar yang baik," V beranjak ngambil sesuatu yang kecil, dan gue gak tau itu apaan.

V berbalik ke gue, "Sini, obatin dulu bibir lo. Bisa sampai berdarah gitu, sih," ternyata yang di pegang V semacam obat sariawan atau luka pada sekitar mulut. Gue diam aja ketika tangan V ngolesin cream itu, "Tadi bang Sean hubungin aku," tubuh gue menegang, dan V sadar ekspresi gue, "Dia nanya lo ada di rumah atau gak,"

"T-Terus?"

V menghedikkan bahu, "Kalau gue bohong, lo juga di anter kesini sama supirnya. Bohong malah makin memperpanjang urusan. Gue gak suka," V ambil obat yang lainnya, "Sini, leher sama bahu lo di obatin dulu!" gue nurunin setengah baju tidur gue buat ngebuka bagian yang luka. V meringis ngeri, "Kenapa bisa kayak gini, sih?" dia ngoles lukanya dengan pelan dan lembut. Sesekali dia yang meringis, padahal gue yang luka, "Lo di gigit sama bang Sean?"

Gue gelengin kepala, "Terus? Lo di gigit anjing? Udah gue bilang berkali-kali, kalau di kejar anjing jangan lari! Punya kakak kok bolot banget sih," gue cuma senyum aja nanggapinnya. Gue gak mau V anggap Sean itu jahat. Gimanapun, Sean udah banyak ngeluarin uang buat keluarga gue.

Harusnya gue yang tau diri, kan?

Gue bisa nanggung semuanya, kok. Gue pasti bisa. Wajar kalau Sean ngelakuin hal kayak semalam. Mungkin, karena gue belum melaksanakan kewajiban gue sebagai seorang istri. Tapi kalau ingat bagaimana Sean memperlakukan gue, ketakutan itu timbul. Apa gini rasanya perempuan yang di perkosa?

"Jangan nangis, kak. Gue gak suka liat lo nangis. Mata lo masih bengkak gitu, jangan bikin nambah bengkak. Gue rasa demam lo karena lo kebanyakan nangis. Ingat kan, waktu lo di omelin papa, lo nangis seharian dan berujung demam?" V ngeraba kantung mata gue, dan ngusap air mata gue.

"Mama kapan pulang?" gue coba nanya ke V setelah lama gue diam.

V nampak berfikir sebentar, "Baru kemarin berangkat ke Gresik. Kalau balik, mungkin sekitaran seminggu," gue mengangguk, "Bang Sean mau datang, kak," gue menoleh cepat ke V dan membelalakkan mata, "Dia mau jemput lo katanya,"

Gue menggeleng lemah dan tertunduk lesu, "G-Gue gak mau," badan gue gemetar, "Gue mau disini beberapa hari. Tolong, V. Bilangin ke kak Sean, kalau gue mau nginap disini. D-Dan, jangan sampai di masuk ke kamar,"

V membuang nafas lelahnya dan mengacak rambut hitam tebalnya, "Gue gak tau apa yang terjadi antara lo dan bang Sean. Tapi kalau lo pengennya kayak gitu, oke! Oke! Gue nurutin lo. Asal lo cepat sembuh, dan cepat balik ke unitnya bang Sean. Ngerti?!" gue mengangguk pasrah. Dan gak lama, suara ketuka pintu terdengar. Gue langsung sembunyiin tubuh gue ke dalam selimut dan membelakangi V.

V cuma mendengus dan bangkit buat nerima tamu. Percakapan masih samar-samar gue dengar, "Dimana kakak kamu?"

"Dia lagi tidur, bang. Kenapa?"

"Gak apa. Saya mau bawa dia pulang,"

"Tapi dia lagi tidur, bang. Biarin kakak nginap disini dulu. Gue gak ada teman di rumah. Mama sama papa lagi pergi,"

"Arvin. Saya ingin, istri saya pulang bersama saya. Sekarang!" V terdiam, "Dimana istri saya?"

"Dia kakak gue, bang," suara V terdengar parau, buat mata gue berkaca-kaca lagi, "Tolong jangan sakitin dia, bang. Gue berterima kasih karena lo udah bawa kakak gue pergi dari rumah ini. Tapi kalau kakak gue pergi dari rumah ini, dan malah makin buat dia menderita, gua gak sanggup liatnya, bang," gue udah terisak lagi, "Jadi, gue sebagai adiknya, gue mohon, tolong perlakukan dia dengan baik. Sayangi dia. Gue tau, gue cuma adik ipar, gak berhak buat ngatur lo, bang. Tapi gue adiknya kak Yoanna. Dia masih kakak gue. Walau sejauh apapun jarak misahin kita, gue masih sedarah sama dia,"

married without love ✔Where stories live. Discover now