33

7.8K 547 66
                                    

Gue menunggu Irene yang lagi di panggil sama petugas. Sean nganterin gue ke tempat dimana Irene di penjara, setelah kemarin Sean setuju dengan usul gue. Waktu yang di kasih cuma setengah jam, dan itu lebih dari cukup buat gue.

Gak lama nunggu, Irene masuk dengan tangan yang di borgol dan seragam khas penjara. Sean gak mau ketemu Irene, cuma minta sampaikan salam aja dari dia. Gue paham, paham dengan jelas kalau Sean susah ketemu sama Irene setelah apa yang dilakuin Irene.

Irene duduk berhadapan dengan gue. Wajahnya masih angkuh dan pongkah, seakan dia gak bersalah atas kejadian kemarin, "Ngapain lo kesini? Mau ngejek gue sama kehancuran hidup gue?"

Gue menggeleng, "Gak. Gue gak mau ngetawain hidup lo. Gue disini cuma mau liat kabar lo,"

Irene terkekeh sarkas, "Lo udah liat keadaan gue, kan? Gue hancur! Sekarang, lo bisa pergi. Gue eneg ngeliat muka lo,"

"Gue mau nyelesain masalah sama lo. Gue dateng bukan mau ngejek lo apalagi ngetawain hidup lo yang sekarang,"

"Masalah apa? Masalah gue yang kemaren buat lo keguguran?"

Gue menggeleng, "Gue udah lupain semuanya. Yang lalu, biar aja berlalu. Walau lo gak mau minta maaf, gue udah kasih maaf buat lo," gak ada jawaban dari Irene, dan gue menghela nafas, "Gue cuma mau kasih tau ke lo, Ren. Sekaligus ngasih peringatan buat lo. Jangan pernah ganggu kehidupan pernikahan gue sama Sean. Dia udah jadi suami sah gue, dan lo masih istri dari Mino. Gue welcome kalau lo mau berteman sama gue. Gue hidup bukan mau banyak musuh,"

Irene tertawa keras, "Berteman? Lo bilang berteman? Gue gak salah denger?"

Gue menggeleng, "Gak. Lo gak salah denger. Kalau lo masih gak ada niatan baik sama gue, gue harap lo menjauh dari kehidupan gue sama Sean. Karena, lo sendiri tau, apa yang menimpa lo saat ini. Gue gak mau, Sean lebih ngancurin hidup lo lebih parah dari yang sekarang,"

Irene mendengus, "Gue udah gak minat sama dia. Gue gak akan nyentuh kehidupan lo sama Sean lagi," gue tersenyum ramah, "Lagian, lo tuh cewek goblok ya? Kenapa masih mau nemuin orang yang udah buat lo keguguran? Gue heran, lo itu goblok atau polos,"

Gue terkekeh, "Iya, gue juga bingung. Tapi, gue mau perbaikin hubungan sama lo. Apa yang udah terjadi, ya udah. Kita lupain aja yang kemarin. Toh, gue kesini dengan niatan baik," Irene terdiam, "Apa lo pernah kangen sama Alea?" gue mungkin nanya hal yang sensitif ke dia. Tapi, gue pengen tau perasaan dia ke putrinya kayak gimana.

Irene menggigit bibir bawahnya, "Gue kangen sama anak gue," suaranya udah mulai bergetar, "Gue mau ngasih kehidupan yang lebih baik buat dia," Irene mengangkat wajahnya dan menatap langit-langit ruangan, "Kehidupan gue gak semudah itu. Gue harus terima Mino di hapus dari ahli waris karena nikahin gue. Bokap gue yang di Paris terus mencaci gue karena gue lebih memilih Mino dari Sean. Sekarang, setelah anak gue sekolah, pengeluaran makin banyak. Walau Mino gak ngeluh, tapi gue ngerasain kesulitan dia. Karena itu, gue kembali ke kehidupan Sean dan menganggu kalian berdua. Gue tau, gue salah. Tapi, gue ngelakuin ini demi Alea. Dia selalu ngeliat temannya pakai tas baru, sepatu baru, mainan baru. Gue pengen Alea juga ngerasain kayak anak lain,"

"Lo.. Cinta sama Mino?"

Irene tersenyum dengan mata yang memerah dan berkaca-kaca, "Iya. Gue cinta sama dia. Gue mau bantuin ekonomi kita. Gue tau, jalan pikiran gue busuk. Gue mau nikah sama Sean dan ninggalin Alea sama Mino. Seenggaknya, kalau gue nikah sama Sean, gue bisa kasih uang lebih ke mereka. Dan perasaan bersalah gue ke Mino bisa sedikit terhapus,"

"Kenapa lo gak kerja buat bantu ekonomi Mino?"

Irene menggeleng lemah, "Lo fikir, cari kerja di Amerika itu mudah? Apalagi dengan tanda penduduk asli Indonesia. Lo kira gampang nyari kerjaan disana?" Irene terkekeh, "Ditambah, Sean nyabut semua asetnya dari perusahaan bokap gue. Dan gini lah, gue di penjara karena bokap gue sendiri. Ironis, kan?" Irene tersenyum kecut.

married without love ✔Where stories live. Discover now