[Beberapa chapter mengandung unsur DEWASA. Bijaklah dalam membaca. Anak di bawah umur, tolong urungkan niatnya untuk membaca, karena sudah diperingatkan mengandung unsur DEWASA.]
"Jika Allah memang mengatur bahwa kamu jodohku, Allah pasti meluluhkan...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Gue pandangin terus cincin dari Sean, tanpa menghilangkan senyum di bibir gue. Dulu waktu masih di rumah, rasanya sulit banget dapetin cincin. Karena mama sama papa gak mau beliin gue benda-benda semacam ini. Katanya, biar gue keliatan kismin di mata maling, dan gak menggiurkan buat di malingin. Padahal di dompet juga uang gue banyak. Uang tabungan yang gak pernah gue tabung di ATM. Uang yang tiap bulannya di kirimin bang Wawan dan langsung gue ambil saat itu juga.
Pernah gue mau beli cincin pakai uang sendiri, tapi uang gue selalu di pinjam mama, dan balikinnya pakai cicilan. Innalillah. Tapi namanya sama mama, gue gak mau jadi anak yang pelit. Cukup papa gue aja yang pelit. Gue jangan. Tapi ya itu, gue berbuat baik sama mama, mama selalu banggain bang Wawan. Nasib jadi anak pengangguran ya gini.
Tapi sekarang, bahkan udah ada dua cincin yang ada di jari gue. Jujur, setiap gue keluar rumah, gue selalu lepas cincin nikah gue. Karena, cincin nikah gue juga enak jadi santapan maling. Gue gak mau, cincin nikah itu berharga. Siapa tau di masa depan gue bisa jual.
Cincin yang kemarin Sean kasih, perpaduan antara batu sapphire sama diamond. Sedangkan cincin nikah gue dengan hiasan peach sapphire. Sean pakai cincin nikah warna silver. Bedanya, cincin Sean gak ada hiasannya. Lebih biasa, lebih simple.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
(Cincin nikah Yoanna)
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
