06

9K 633 91
                                    

Gue denger suara pintu kebuka. Pintu unit apartemennya Sean. V sempat dibuat takjub sama unitnya Sean. Mirip sama gue pas pertama kali dateng ke unitnya Sean. Bi Sum tergopoh-gopoh nyamperin siapa yang dateng. Gue udah nebak kok, kalau yang dateng itu suami gue, Sean.

"Tuan Sean, udah pulang. Mari saya bawakan tasnya,"

Sean natap gue tajam, "Gak usah, bi. Biar istri saya yang bawain tas saya," gue mendengus dan menghampiri dia. V belum pulang, dia ngeliat drama gue sama Sean.

"Hi, bang! Udah pulang?" V coba buat nyapa Sean, tapi dia cuma ngangguk dan senyum ke V.

"Boleh saya bicara sebentar sama kakak kamu?"

V angkat bahunya singkat, "Silahkan, bang," gue mijit pelipis gue. Kayaknya hari ini masalah dateng silih berganti. Ditambah darah rendah gue karena dateng bulan, bikin gue nambah pusing.

"Ikut saya," gue ngikutin Sean masuk ke kamarnya. Baru kali ini Sean izinin gue buat ke kamarnya dan gue baru kali ini ngeliat isi kamarnya. Simple, aromanya Sean banget, barang tertata rapih, tapi ada satu hal mengganjal. Foto cewek yang terpajang di dinding. Cantik, cantik banget gue akuin. Bahkan lebih cantik dari gue.

Gue ngalihin pandangan gue karena sedikit ngerasain nyeri di hati, "Mau ngomong apa?"

Sean ngeliat gue dengan tatapan seriusnya, "Kamu mau cerai dari saya? Kalau saya gak mau, apa yang kamu lakuin?"

"Saya gak maksa. Tapi lebih baik kamu cerain saya. Lebih cepat, lebih baik. Mungkin ada perempuan lain yang nunggu kamu,"

Sean mendengus pelan, "Apa kita gak bisa tetap lanjutin pernikahan ini?"

"Pernikahan apa? Bahkan dari awal pernikahan ini udah salah! Keberadaan saya udah salah," gue udah kelewat kesel, jadi gue nunjuk foto cewek cantik itu, "Mungkin aja saya pengganggu hubungan kamu dengan perempuan itu. Saya cuma gak mau di bilang perebut kalau kalau dia kembali ke kamu,"

"Dengerin penjelasan saya dulu,"

"Apa yang harus di jelasin, Sean! Gak ada! Saya udah menawarkan diri saya sendiri sebagai yang bersalah di hadapan publik nanti. Kamu gak akan kena gunjingan dari publik—"

"DIA SUDAH MENIKAH!" Sean motong omongan gue.

Gue tersenyum sarkas, "DAN KAMU MASIH MENCINTAI DIA. Itu fakta yang gak bisa kamu hindarin, Sean. Buat apa seorang perempuan yang udah menikah, tapi figuranya masih terpampang jelas di kamar kamu?"

"Oh shit!" gue mengumpat dalam hati karena rasanya sesak. Di keluarga gue gak di hargai, tinggal sama suami bahkan gak dicintai.

Gue ambil langkah lebar buat keluar dari kamar Sean. Baru aja gue pegang gagang pintunya, udah ada suara pecahan dari belakang gue. Sontak gue nengok ke belakang, dan gue kaget ngeliat figura cewek itu udah gak berbentuk.

"Saya cuma lagi mencari figura yang cocok buat gantiin figura dia. Kamu liat noda di belakang figura itu? Itu benar-benar mengganggu saya!" Sean mendekat ke gue, reflek gue mundur karena ngerasain ancaman bahaya, "Perempuan itu jangan kamu jadiin alasan untuk bercerai dari saya. Karena baik sekarang atau seterusnya, saya gak akan ceraiin kamu," Sean narik pinggang gue dan satu tangannya ada di kepala gue. Dia nempelin bibirnya di bibir gue secara tiba-tiba, sampai gue gak bisa menghindar.

Sean ngelumat bibir bawah gue. Gue yang marah sama perlakuan Sean, coba buat ngelepasin diri dari Sean. Tapi percuma, tenaga dia lebih besar dari gue. Gue cuma menggeliat karena masih nyoba buat ngelepasin diri. Nafas gue sama Sean gak beraturan. Dia lesakkin lidahnya ke dalam mulut gue. Bahkan Sean gak ngasih kesempatan buat gue bernafas.

married without love ✔Where stories live. Discover now