27

8.5K 594 137
                                    

Sehabis ketemu Yuri, gue balik sekitar jam 2 siang. Sampai unitnya Sean tepat satu jam. Karena kebetulan jalannya ramai dan buat gue terus-terusan berhenti karena kondisi jalan yang macet lancar. Artinya, walau macet, tapi tetap jalan perlahan. Gue ngebuka pintu unitnya Sean, dan gak nemuin siapapun. Cuma ada bi Sum di ruang tengah sambil selonjor santai nonton FTV kesukaannya.

"Bi? Sean kemana?" tanya gue yang udah berdiri di hadapan Bi Sum.

"Oh, Tuan Sean lagi keluar. Gak tau kemana, cah ayu,"

Gue mengangguk paham, "Bibi masak apa?"

"Ikan kukus. Di makan ya, cah ayu,"

Gue melempar senyum ke Bi Sum. Semenjak di Jeju kemarin, makan gak jauh-jauh dari hewan laut. Jadi, gue sedikit mual kalau harus makan sejenis ikan-ikanan lagi. Gue beranjak ke dapur dan buka pintu kulkas dua pintu. Kulkas yang ada di unit Sean besar banget. Gue bahkan bisa masuk ke dalam kulkasnya.

"Ah, ada ayam ungkep," gumam gue. Bi Sum emang suka siapin ayam yang udah di bumbu kuning buat langsung di goreng. Gue yang minta, karena biasanya kalau di rumah, Mama suka masak ayam ungkep, dan tinggal di goreng doang. Dan pasangan buat ayam goreng, sambel bawang. Udah deh, hidup terasa nikmat.

Gue siapin segalanya. Mulai dari penggorengan, minyak goreng. Gue nyalain kompornya dengan mengatur supaya apinya kecil. Kalau apinya terlalu besar, ayamnya ngamuk. Minyaknya suka nyiprat-nyiprat. Gue gak pakai helm sama lengan panjang soalnya. Kena minyak itu..menyakitkan.

Gue masukin ayam yang bagian dada. Karena bagian dada itu paling enak. Tulangnya sedikit, makannya gak ribet, dagingnya banyak. Selagi nunggu ayam mateng, gue buka kulkas buat cari cabai rawit sama bawang putih. Itu rahasia sambal yang gue buat. Gak pakai bawang merah, apalagi terasi. Gue juga gak suka cabai merah keriting yang panjang. Gak nampol pedasnya.

Saat gue mau balik ayamnya, gue kaget setengah mati saat ngerasain ada tangan yang melingkar di perut gue, "S-Sean?" buat yakinin aja. Kan gak lucu, kalau Bi Sum yang ngelakuin hal yang romantis kayak gini. Sebenarnya gue tau itu Sean, karena aroma mint-nya menyeruak hidung gue. Buat hidung gue sedikit fresh.

Sean menumpukan dagunya di pundak gue, "Masak apa? Bi Sum gak masak?" katanya pelan setengah berbisik. Buat gue merinding disko.

"Bi Sum masak, kok. Cuma, aku lagi gak mau makan ikan,"

Sean menghirup dalam aroma di leher gue. Sedikit menyesal, kenapa gue gak mandi dulu. Kan bau, karena habis keluar dan belum mandi. Kita berdua sama-sama terdiam, tapi gue mulai lebih dulu pembicaraan karena ayamnya udah tanda-tanda mau matang, "S-Sean? Bisa permisi sebentar? Aku mau bikin sambal,"

Sean melirik meja yang udah ada cobek (ulekan) dan bahan-bahan buat bikin sambal, "Kamu pakai cabai sebanyak itu?"

Gue mengikuti arah pandangnya ke cabai yang udah gue siapin. Gue emang ambil delapan cabai rawit. Semuanya rawit. Jadi gak heran kalau Sean kaget. Karena gue termasuk pecinta makanan pedas, "Kenapa?" tanya gue polos.

"Kasian lambung kamu,"

Gue terkekeh, "Dia strong, kok," karena Sean gak mau lepasin pelukannya, terpaksa gue jalan ke sisi dimana cobek berada dalam keadaan gue yang masih di back hug sama Sean, "By the way, gimana sama Irene?"

"Aku udah ngomong sama dia. Tapi gak ada tanggapan apapun dari dia,"

"Dimana dia sekarang?"

"Unit Chandra,"

Gue mengernyit, "Kamu habis dari sana?"

"Ya,"

Gue menghela nafas dengan teratur. Sebenarnya gue pengen banget mendengus. Tapi Sean pasti tau, "Sean?"

married without love ✔Where stories live. Discover now