19

8.4K 572 136
                                    

Gue mengemasi barang. Hari ini gue udah diperbolehkan pulang. Iya, pulang ke unitnya Sean. Dan itu cukup buat gue gugup. Mama bantuin gue ngemasin barang. V udah gue suruh pulang, karena rumah gak ada yang jaga. Gue kasih ongkos pulang ke dia, biar naik apalah sesuka dia. Juga buat ngajarin mandiri ke V, naik kendaraan yang bersifat umum. Mau naik KRL, taksi online atau ojek online, sesuka dia aja.

Mama narik tangan gue dan ngusap punggung tangan gue dengan lembut, "Jangan sakit lagi, ya. Mama khawatir," gue mengangguk dan tersenyum lembut ke mama.

Gue udah di depan rumah sakit. Nunggu Sean jemput, karena tadi pagi dia hubungin gue dan bilang mau jemput gue. Tapi selang beberapa lama, handphone gue bergetar. Gue ngeliat pesan dari Sean, yang isinya,

Sean
Maaf. Saya gak bisa jemput kamu.
Karena ada urusan mendadak.
Kolega saya datang tiba-tiba.

Tanpa berniat gue balas, gue masukin handphone gue. Mana di luar hujan. Gue duduk di kursi yang disediain pihak rumah sakit. Gue nunggu sampai hujan reda, dan pesan ojek online. Biar menghemat biaya. Karena taksi online jauh lebih mahal. Apalagi hujan kayak gini.

"Nunggu siapa?" gue liat ke sumber suara dan dokter Chandra udah duduk disamping gue tanpa permisi.

"Nunggu hujan berhenti, dok. Kak Sean gak bisa jemput saya,"

Dokter Chandra ngeliat jam tangan mewahnya, "Kebetulan, jam kerja saya 5 menit lagi selesai. Mau bareng?"

Gue menggelengkan kepala dengan cepat, "Gak usah, dok. Ngerepotin dokter,"

Dokter Chandra terkekeh dan nampilih lesung pipinya. Salah satu bagian tubuh yang gue suka dari dokter Chandra. Selain tinggi badan, lesung pipinya juga gue suka. Kalau soal tampan, masih tampan Sean. Yang bikin dokter Chandra lebih spesial, lesung pipinya.

"Kita kan satu arah. Apartemen kita sama, cuma beda lantai aja,"

Gue berfikir sebentar. Menelaah resiko-resiko yang akan gue dapat kalau pulang bareng dokter Chandra. Semua staff apartemen tau kalau gue itu istri Sean. Tapi mereka juga tau, kalau dokter Chandra itu teman Sean. Apa nanti gak menimbulkan gosip kalau gue selingkuh sama dokter Chandra?

"Banyak mikir. Tunggu saya 5 menit lagi. Kita pulang bareng," tanpa nunggu jawaban dari gue, dokter Chandra melenggang pergi ninggalin gue gitu aja.

'Apa gue cocok jadi orang yang sering di tinggalin?' batin gue menggerutu.

Menatap keluar gedung rumah sakit, rintik hujan buat gue tersenyum, 'Seenggaknya gak ada petir,' batin gue lagi. Karena gue sedikit takut sama petir.

Lama gue mandangin rintik hujan, gue sadar ketika ada tepukan di pundak. Gue menoleh dan dokter Chandra pelakunya, "Yuk?" gue mengangguk dan ngikutin dibelakang dokter Chandra. Kita berdua kearah parkiran basement rumah sakit. Tempat parkir buat staff rumah sakit, termasuk mobil dokter Chandra yang di parkirin di basement rumah sakit.

Dokter Chandra bukain pintu buat gue, sedangkan gue tertawa geli, "Gak perlu di bukain, dok. Berlebihan banget,"

Dokter Chandra tersenyum, "Bukannya memperlakukan wanita dengan baik itu tugasnya laki-laki? Saya laki-laki tulen. Wajar kalau saya bertindak kayak gini. Karena kamu wanita,"

Gue tersanjung untuk sejenak. Darimana asal fikiran dokter Chandra? Gue gak pernah ngerasa se-spesial ini. Bahkan di keluarga. Keluarga gue seperti nge-doktrin kalau perempuan itu harus patuh sama laki-laki. Harus melayani laki-laki sebaik mungkin. Tapi dokter Chandra punya fikiran yang berbeda. Gue sempat mikir, kenapa yang gak lamar gue itu dokter Chandra aja? Pasti bahagia dunia akherat.

married without love ✔Where stories live. Discover now