49

8.6K 538 72
                                    

Sekitar dua mingguan setelah konsultasi sama dokter kandungan, dan dia bilang kalau gue positif hamil, gue coba mastiin lagi dari testpack. Sean yang beliin, sekalian dia pulang kerja, mampir sebentar di apotek buat beliin testpack. Tapi gue udah ada feeling, jadwal haid gue emang telat. Telat banget. Gak biasa lewat dua minggu lebih.

Sean menunggu di luar, sedangkan gue di dalam kamar mandi nampung air seni yang gue keluarin buat di test. Gue celupin tiga testpack dengan merk berbeda. Setelah nunggu beberapa menit, gue keluarin testpacknya yang tadi gue rendam di air seni. Dan.. Ternyata dokter Farida bener. Gue positif hamil. Dua garis terlihat dari hasilnya. Gue gak bisa buat gak senyum.

Gue keluar, dan Sean udah nanyain gue dengan beberapa pertanyaan, "Gimana hasilnya? Positif? Negatif? Apa yang keluar? Kamu hamil, kan? Atau apa? Jawab, sayang!"

Gue menghela nafas, "Gimana aku mau jawab, kalau aku gak di kasih kesempatan buat ngomong," Sean terdiam, "Hasilnya positif, Sean. Aku hamil,"

Gue ngeliat mata Sean berkaca-kaca. Dia meluk gue dengan erat, "Jangan liat!" gue tau maksud dia. Rata-rata, cowok gak suka kalau lagi nangis di liat sama orang yang dia cintai. Dan gue paham. Jadi, gue cuma mengusap punggung Sean dengan gerakan naik turun.

"Akhirnya, sebentar lagi kamu jadi ayah,"

Sean terkekeh pelan, "Kamu juga jadi bunda," Sean melepas pelukannya, mata dia merah, tapi gak sembab. Mungkin, karena dia cuma netesin 1-2 air mata doang. Sean menangkup wajah gue dan mengecup singkat bibir gue, "Jadi? Bunda mau makan apa?"

Gue tersenyum. Masih rada asing dengan panggilan itu. Tapi ya harus di biasain, "Mau makan garang asem buatan Mama. Tapi Mama jauh ya.." jujur, dari kemarin gue pengen banget makan ayam garang asem buatan Mama. Walau menu itu kesukaan bang Wawan, tapi tiba-tiba aja gue pengen. Makan asem-asem di siang hari, rasanya seger. Apalagi masih dalam keadaan panas garang asemnya. Nambah sedaap.

"Aku telepon Mama dulu, biar kita pas kesana, Mama udah bikinin. Jadi pas nyampe, kamu bisa langsung makan," gue mengangguk menurut. Sean mengambil ponselnya dari kantong, dan setelah dia mencet beberapa kali layar poselnya, dia dekatin ke gue, "Assalamu'alaikum, Ma?"

"Wa'alaikumsalam, Nak Sean. Ada apa telepon Mama? Gimana kamu? Sehat? Anna gimana?"

Sean ngeliat gue, dan gue diam seribu bahasa. Sean tau kalau gue gak mau ngomong, "Anna baik, Ma. Aku juga baik. Alhamdulillah sehat semua. Mama, Papa sama Arvin gimana kabarnya?"

"Alhamdulillah, baik. Oh iya, kamu lagi sama Anna?"

Gue menggeleng pelan, "Gak, Ma. Aku lagi di kantor. Tapi sebentar lagi aku pulang ke rumah,"

"Oh.. Bilangin aja ke Anna, bulan besok tanggal 22, bang Wawan nikah. Jadi, Mama sama keluarga mau ke Gresik. Anna gimana? Mau ikut sama kamu?"

"Nanti aku tanya Anna, Ma,"

Terdengar helaan nafas dari Mama, "Anna kok gak pernah hubungin Mama ya. Apa Mama pernah buat salah sama Anna? Nak Sean, tolong bilang ke Anna, suruh hubungin Mama,"

"Insya Allah, Ma,"

"Oh iya. Ada apa hubungin Mama?"

Sean tersenyum dan gue membalas senyum ke Sean, "Mama sibuk?"

"Gak begitu sih. Kenapa emang?"

"Aku sama Anna mau ke rumah, Ma. Anna dari kemarin pengen garang asem buatan Mama. Mama bisa tolong bikinin?"

"Oh ya?" suara Mama terdengar seneng. Dan gue reflek senyum karena denger suara senangnya Mama, "Ini Mama lagi buat garang asem. Lagi ngerebus ayamnya. Kesini aja, Nak. Mama kangen sama Anna,"

married without love ✔Where stories live. Discover now