47

9.2K 494 44
                                    

Gue terbangun siang hari. Akhirnya, setelah sekian kali Sean ngerjain gue, pada akhirnya otak mesum dia nyerah juga sama yang berbau seksi kayak lingerie. Gue memeluk tubuh Sean yang sama telanjangnya kayak gue. Cuma, dia udah pakai boxer supremenya, sedangkan gue full naked. Ya dimana-mana, cowok maunya enaknya aja, kan? Apalagi cowok kayak Sean.

Gue masih betah dalam kondisi kayak gini. Sean juga gak terganggu. Dia masih tidur dengan tenangnya, seakan dunia milik kita berdua, yang lain numpang. Banyak fikiran yang terlintas di otak gue, 'Kenapa sampai sekarang Allah belum percayain gue sama Sean buat punya anak lagi?'

Gue sebenarnya pengen punya anak lagi. Sampai gue mikir, gue gak mandul kan? Gimana kalau gue gak bisa punya anak, terus Sean nyari cewek lain kayak di sinetron-sinetron? Berlebihan ya gue mikirnya? Tapi namanya cewek yang belum di kasih amanah sama Allah, pasti gak jauh pikirannya dari itu. Gue sama Sean bukan Zaskia Sungkar sama Irwansyah, yang belum di beri keturunan masih adem anyem aja. Ini SEAN loh, putera tunggal Cakradiningrat. Kalau gue gak bisa ngasih keturunan, pasti keluarga besarnya nyuruh Sean buat nikah lagi.

Saking gue mikirnya sampai jauh banget, gue gak berasa kalau ada tangan yang ngusap pipi gue. Dan gak lama gue sadar, kalau Sean udah terbangun. Dia natap intens ke gue, "Kenapa?" gue mengerutkan kening karena bingung. Dan dalam sekali kedipan, gue ngerasa ada yang basah di pipi, "Mata kamu berkaca-kaca. Sekarang malah nangis," Sean membawa gue dalam pelukan hangatnya, "Kalau ada apa-apa, cerita sama aku."

Gue gak bisa bendung air mata, dan isak tangis pun keluar. Gue bahkan gak bisa ngomong sama Sean apa yang ada di fikiran gue. Seakan tau gue gak mau cerita, Sean memilih diam dan mengusap punggung telanjang gue dengan lembut.

"Aku gak tau kamu kenapa. Di puasin aja dulu nangisnya. Aku gak akan maksa kamu buat cerita. Tapi kalau kamu butuh teman cerita, lebih baik kamu cerita ke aku," gue mengangguk dalam pelukannya.

Ada kali sekitar 15 menit posisi kayak gitu. Gue melepaskan diri dari pelukan Sean. Gue pakai satu persatu dalaman gue dan baju tidur gue. Gerakan itu gak lepas dari mata Sean. Gue milih kabur sebelum di terkam lagi sama dia. Gue harus nyiapin makanan buat Sean. Tapi, di atas meja makan udah ada makanan.

"Baru bangun, cah ayu?" Bi Sum keluar dari dapur sambil membawa lauk ke meja makan.

"Loh? Bibi udah balik?"

Bi Sum mengangguk, "Kalau lama-lama, gak enak sama Tuan Sean. Dan Bibi denger dari Pak Joko, dari kemarin ada masalah ya?"

Gue tersenyum kecil, "Sedikit, Bi,"

"Pak Joko gak mau cerita sama Bibi. Emang ada masalah apa? Cah ayu gak berantem tah sama Tuan Sean?"

Gue menggeleng, "Gak kok, Bi. Aku gak berantem sama Sean," tau gue gak mau cerita, Bi Sum balas dengan senyuman lembutnya khas seorang ibu, "Aku panggilin Sean dulu ya, Bi," Bi Sum mengangguk.

Gue ngebuka kamar dan liat Sean masih tengkurap di kasur. Apa secapek itu?

Gue mendekat dan ngusap bahu telanjang Sean, "Sean? Makan dulu, yuk,"

Sean membuka matanya yang masih sedikit memancarkan rasa ngantuknya, "Hm? Bentar, 5 menit lagi,"

"Kamu 5 menit mah kayak 1 jam," gue mengguncang sedikit tubuh Sean, "Ayo.. Aku laper.." rengek gue.

"Kamu bisa makan duluan, sayang. Aku masih ngantuk,"

Gue memberengut, "Kamu ih! Bangun! Kalau bangunnya terlalu siang, nanti rejekinya di patok ayam!!"

"Nanti ayamnya aku sembeleh karena matok rejeki aku," jawab Sean singkat.

Gue tersenyum jail dan deketin bibir gue ke telingan Sean, "Ayah.. Bangun.." Sean langsung buka mata seketika, dan gue milih buat ngejauhin wajah.

married without love ✔Where stories live. Discover now