41

8.1K 540 63
                                    

"S-SEAN!" jerit gue dalam hati.

Sebelum bibir dokter Chandra nyentuh bibir gue, suara deritan pintu terdengar, "Udah, Chan?" Sean berdiri di ambang pintu dengan tangan di silang depan dada dan wajah santai tapi penuh amarah.

Air mata gue udah keluar dari tadi. Gue takut. Gue takut dalam kondisi kayak gini. Gue takut Sean salah paham sama gue, "Bisa menyingkir dari istri gue?" dokter Chandra memposisikan dirinya duduk di pinggir ranjang, sedangkan gue meringkuk kayak janin di dalam perut. Gue nahan tangisan gue yang pengen banget rasanya gue teriakin sekarang juga.

Sean terkekeh, dan itu benar-benar serem buat gue, "Selama ini gue udah anggap lo sahabat. Ternyata, lo lebih busuk dari sepupu lo. Gue gak mau perpanjang masalah ini. Cukup pergi dan jangan balik—"

"Gue mau lo serahin Yoanna ke gue. Gampang, Sean. Lo ceraiin Yoanna, dan gue ambil Yoanna," potong dokter Chandra.

Sean tertawa, tapi punya arti tersirat dalam tawanya. Walau gue gak liat ekspresinya, tapi gue tau jelas ketawanya Sean terdengar gak enak, "Yoanna bukan barang yang bisa lo ambil. Dia istri sah gue," mereka berdua terdiam sesaat, "Liat di belakang lo! Bahkan, Yoanna takut sama lo,"

"Lo fikir, lo gak brengsek kayak gue, Sean? Lo bahan pernah perkosa dia,"

"Dan lo mau ngulangin itu lagi, Chan? Kejadian yang sama?"

Dokter Chandra mendengus, dan dengan tiba-tiba, dia narik pergelangan tangan gue dengan kasar, "Ikut saya, Yoanna. Saya bisa bahagiain kamu, lebih dari Sean," dokter Chandra menarik gue dengan kasar dan mau membawa gue keluar dari kamar.

Tapi harusnya dokter Chandra tau, kalau di ambang pintu, Sean berdiri tegap dengan tatapan tajam ke arah dokter Chandra, "Minggir!"

Sean memberikan senyuman ke arah dokter Chandra, "Lepasin istri gue, dan gue kasih jalan buat lo,"

Dokter Chandra tersenyum sinis ke Sean, "Minggir gue bilang!"

Sean bahkan gak bergerak sedikit pun dari ambang pintu, "Kalau lo punya masalah, selesaiin sama gue. Lo mau Yoanna? Gue gak bisa ngasih Yoanna buat lo,"

"Kenapa? Bukannya lo nikah sama dia tanpa cinta? Apa susahnya buat ceraiin dia yang gak lo cintain?"

Sean mendengus dan menatap dokter Chandra jengah. Gak ada titik terang buat nyelesain ini. Sedangkan gue cuma bisa diem aja di tempat. Demi apapun, gue lebih milih orangtua gue diem-dieman dibanding ngeliat berantemnya dua cowok.

"Gue sama Yoanna udah saling mencintai,"

Dokter Chandra ngeluarin kekehan sarkasnya, "Saling mencintai? Bulshit! Lo dulu bilang ke gue, kalau lo cinta mati sama sepupu gue. Lo bahkan gak mau nikah kalau bukan sama Irene," walau gue cuma pendengar, hati gue sedikit terpukul, "Lo jilat ludah sendiri? Hebat! Seorang Cakradiningrat gak konsisten antara mulut sama hati,"

Tiba-tiba pegangan dokter Chandra terlepas dan buat gue mengangkat wajah yang dari tadi menunduk. Gue liat Sean udah mojokin dokter Chandra dengan megang kerahnya erat-erat, "Gue sama sepupu lo udah gak ada apa-apa. Dia yang milih buat ninggalin gue dan pergi sama Mino. Sekarang, biarin gue memulai yang baru sama Yoanna. Segitu susahnya lo pergi dari sini Chan?"

"Munafik!"

Bugh!

Tangan Sean mulai memukul wajah dokter Chandra dan buat gue panik. Kaki gue gak bisa bergerak sedikit pun. Nafas gue berat dan mata gue melebar ngeliat Sean memukul dokter Chandra dengan membabi buta.

"S-Sean.." gue manggil Sean dengan suara lemah. Mata gue udah buram karena air mata yang maksa melesak keluar.

Pak Joko dateng dengan sigap dan melerai perkelahian Sean sama dokter Chandra. Di bantu sama supir pribadi Sean yang ikut bantuin pak Joko. Tapi bukan Sean namanya, kalau tenaga dia cuma sebatas itu. Gue masih ngeliat Sean narik kerah Chandra, "Bangun lo, brengsek!"

married without love ✔Where stories live. Discover now