Warning ! 21+ area. Yang masih degem-degem, di skip aja. Nekat? Resiko masing-masing! Yang penting udah gue bilangin!
Gue punya kebiasaan, kalau tidur lewat tengah malam, pasti pas mejamin mata, langsung nongol hal-hal yang enggak-enggak. Jadi, kalau tidurnya tengah malam, kadang gue harus baca doa tidur berkali-kali biar mimpinya gak di datengin mbak kunti atau mas ocong. Walau udah tidur berdua sama Sean, kebiasaan itu gak hilang. Walau gue udah tidur dengan meluk Sean, tetap aja pas nutup mata, ada hal-hal yang nyeremin.
Jadi, jam setengah satu malam ini gue masih terjada. Serba salah sih. Mau shalat tahajud, tapi ada yang bilang harus tidur dulu. Gue menghembuskan nafas kasar dan beralih buat munggungin Sean. Ngeliat ke lampu tidur yang ada di nakas. Siapa tau kalau gue ngelamun, nanti tidur dengan sendirinya. Gobs, ya. Yang ada gue kesambet tengah malam.
Tubuh gue menegang pas Sean meluk gue dari belakang. Mungkin, dia meluknya gak sadar. Toh, gue ngeliat dia udah tidur duluan tadi.
"Belum tidur?" dan..betapa terkejoednya gue pas Sean ngomong. Gue mendadak kaku, dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"K-Kamu sendiri belum tidur?"
Sean mencium dari belakang kepala gue. Suaranya sih kayak menghirup gitu. Untung udah halal. Kalau belum, fix dia jadi pervert man, "Kamu grusak grusuk terus. Jadi aku kebangun,"
"Maaf," gue ngerasa bersalah. Iya, jelas gue bersalah bikin tidur Sean terganggu. Pakai nanya lagi.
"Gakpapa," hening buat sesaat. Gak ada yang buka percakapan lebih dulu, sampai gue ngerasa geli bagian leher. Ciuman Sean yang awalnya di rambut, turun ke leher. Gue bisa ngerasain nafas hangatnya di leher. Dan jujur, titik sensitif gue ada di leher.
Sean menghirup dalam-dalam aroma leher gue, "S-Sean,"
"Masih belum terbiasa, huh?"
Gue emang belum terbiasa sama panggilan 'sayang'. Masih asing, dan aneh di telinga. Jadi, gue jarang manggil Sean dengan sebutan itu.
Sean menjauhkan diri dari leher gue. Merubah posisi, gue ngeliat dia yang telentang sambil mandangin langit-langit kamar, "Kadang.. Aku lupa, kalau kamu belum waktunya buat having sex. Aku suka lepas kontrol. Apalagi, akhir-akhir ini,"
Gue diem, karena bingung nanggapin apa soal keluhan dia yang gak bisa nahan hasratnya. Gue merubah posisi lagi, kepala gue sekarang ada di atas dada bidangnya, "M-Mungkin, tubuh kamu tau, kalau aku udah boleh buat berhubungan intim lagi,"
Gue mendongak dan ngeliat wajah Sean yang kebingungan, "Maksudnya?"
"Hari ini aku ke dokter sendiri. Dokternya bilang, kalau aku udah boleh berhubungan intim dan hamil lagi,"
Mata Sean terbelalak kaget, "Kenapa kamu gak ngomong kalau ke dokter? Aku bisa nganterin kamu, kan?"
Gue menggeleng dan memeluk tubuh kekar Sean, "Aku gak mau ganggu kesibukan kamu," Sean menghela nafasnya.
"Jadi? Kamu udah boleh?" gue cuma jawab pakai anggukan kaku, "Udah boleh atau belum, semua keputusan di tangan kamu. Aku gak mau maksa kamu kayak pertama kali kita ngelakuin,"
"Rasa takut pasti ada. Tapi aku tau, kalau kamu gak akan sekasar kemarin. Aku coba buat percaya sama kamu, kamu gak akan nyakitin aku kayak kemarin. Jadi, kalau kamu tanya kesiapan aku, aku udah siap,"
YOU ARE READING
married without love ✔
Acak[Beberapa chapter mengandung unsur DEWASA. Bijaklah dalam membaca. Anak di bawah umur, tolong urungkan niatnya untuk membaca, karena sudah diperingatkan mengandung unsur DEWASA.] "Jika Allah memang mengatur bahwa kamu jodohku, Allah pasti meluluhkan...