(29) OH GOD 2

34 8 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim....

Malam itu Laily hanya menangis, didepan layar ponsel yang tertera wajah Arka, ia melepaskan semua kekesalannya.

"Gue minta maaf banget ka! Gegara gue nano jadi rusak!" Laily agak menjerit

"Udahlah Laily! Jangan terlalu dipikirin, ini kan bukan kesalahan Lo?" Arka membujuk

"Tapi, siapa lagi yang bakalan gue peluk abis ini? Ga mungkin kan bantal guling apek Mulu?" Laily sedikit memberontak

Arka tertawa geli, tawanya sukses membuat Laily berhenti menangis.

"Laily, Lo sayang sama gue kan?" Tanya Arka serius

"Kok nanya kek gitu? Ya pasti sayang banget la!" Jawab Laily agak cemberut

"Kalo Lo sayang sama gue, pasti Lo bisa bertahan sampai tiba waktunya kan?"

Laily mengangguk, ia kemudian tersenyum manis menatap Arka.

"Gue tau maksud Lo! Gue, bakal nunggu Lo sampai tiba waktunya!" Laily menompang dagu

"Sertai gue di setiap doa Lo ya!" Pinta Arka

"Pasti!"

.

Hari menunjukkan pukul sebelas malam, mata Aerlyn belum berkeinginan untuk bersahabat dengan ranjang.

Ia berjalan keluar, maksud hati ingin meneguk air dingin agar lebih fresh.

Di dapur yang besar itu Aerlyn melihat satu ruangan dengan pintu kayu yang sudah dipenuhi lumut. Aerlyn bermaksud ingin membuka pintu itu dan melihat kedalam.

Tapi pintu itu terkunci, meskipun keadaannya sudah lapuk, tapi untuk tenaga kerdil seperti Aerlyn rasanya tidak akan mempan.

"Didalam ada apa ya?" Aerlyn penasaran

Aerlyn kembali lagi ke kamar. Ia sempat terhenti melihat kamar orang tuanya yang masih terang dan tidak ada orang didalam.

Aerlyn masuk, melihat-lihat sekitar. Kasur tertata rapi dan lantai bersih dari debu.

Disamping lemari, Aerlyn melihat ada satu kunci kecil berwarna perak. Sigap tangan Aerlyn menggapai. Dan segera Aerlyn memuaskan rasa penasarannya kepada ruangan tadi.

Entah kenapa keringat Aerlyn bercucuran kala itu. Padahal ia belum mengetahui apa isi dari ruangan itu.

Pintu terbuka. Hawa panas menyebar serta bau menyengat dimana-mana. Aerlyn mencubit hidungnya karena tidak tahan dengan aromanya.

Aerlyn meraba-raba dinding diruangan yang gelap itu. Maksud hati ingin mencari stop kontak agar terlihat lebih terang.

Ternyata memang ada satu stop kontak di dekat pintu masuk. Aerlyn menekannya, matanya membelalak dengan bulat sempurna ketika mendapati isi dari ruangan ini.

"Hoekk!"

Kepala Aerlyn pusing dibuatnya, isi perut seakan-akan berguncang ketika melihat potongan demi potongan tubuh manusia dipajang dengan rapinya bak museum.

Toples yang berisikan puluhan mata manusia. Jari jemari dalam kotak tembus pandang yang berlumuran darah. Daun telinga serta mulut yang terpajang di dinding ruangan itu.

Aerlyn menangis jijik, rasanya ia tidak kuat lagi berada didalam neraka nyata yang ia lihat.

Ia berlari, tak memikirkan nasibnya setelah mengetahui rahasia terbesar dari ayahnya.

"Bodoh! Gue rasanya mau muntah!" Aerlyn menutup mulutnya

Ia kembali ke kamar, berharap yang pulang adalah ibunya bukan ayahnya. Kaki Aerlyn gemetar dibuatnya, dan satu hal yang pasti Aerlyn lakukan yaitu berdiam diri di kamar.

Hold Me [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang