EPILOG

45 10 2
                                    


"Apa yang pergi tidak seharusnya ditangisi, ingat selalu setiap tindakannya, karena setiap tindakan punya maksud dan tujuan tertentu"

Mengenang kepergian seseorang begitu lama akan membuat diri kita jadi sedih berkepanjangan. Meskipun demikian, Aerlyn berusaha untuk melupakan ayahnya yang sudah pergi dari dunia.

Bukan itu yang terpenting, Aerlyn sudah terbiasa hidup sengsara. Setiap luka ditubuhnya menjadi saksi bisu kebejatan ayahnya. Sudah! Jangan pikirkan itu lagi. Surya sudah lakukan yang terbaik disaat semua orang meragukan dirinya.

Nyawa yang hanya ada satu, rela ia korbankan demi anaknya.

##

Kabar creepy memutar seantero sekolah saat sehari setelah Dorazhine tertangkap, ada seorang gadis mati karena gantung diri disebuah rumah kosong disamping sekolah.

Dia Anya, entah apa yang berputar dikepalanya sehingga ia bisa berpikiran untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

Varel. Dia sangat beruntung. Perjalanan cintanya dengan Cynthia semakin bersemi semenjak kejadian waktu itu. Kini mereka berpacaran, masuk dan menempuh pendidikan di universitas yang berbeda tapi jurusan yang sama. Psikologi.

**

Aerlyn POV

Ada yang berbeda setelah ayah pergi, sesuatu yang bisa dikatakan aneh. Aku mengerti orang sejahat ayah itu tidak patut dikenang, tapi tindakan terakhir ayah membuat persepsiku seketika berubah.

Aku duduk dengan tatapan lurus ke depan, aku tidak bisa memikirkan hal lain kecuali kepergian ayah yang begitu mendadak.

Pancaran sinar jingga menyelimuti tubuhku. Walaupun hakikatnya aku penikmat senja, tapi kali ini pun aku tidak bisa menikmati momen indah ini.

"Gue mohon jangan sedih lagi!" Dion datang-datang langsung menyeka air mataku

Aku tersenyum pahit, berusaha untuk tidak menangis agar tidak terkesan dramatis.

"Liat senja ini menatap sedih lo, sama seperti matahari yang harus tenggelam merelakan bulan mengganti posisinya, lo juga harus bisa relakan ayah pergi tapi jangan pernah mengganti posisinya dihati Lo, paham kan?" Ujar Dion puitis

Aku mendeham pelan, menatap pemuda tampan dihadapanku dengan wajah memelas. Seakan tau maksudku ingin memeluknya, dengan sigap ia menarik tubuhku dan hanyut dalam pelukannya.

Sekarang jadi lebih tenang, dadanya yang tangguh mampu menopang kepalaku. Aku senang dia tulus mencintaiku, dan semoga kita nanti berjodoh.

"Udah tenang kan?" Tanya Dion

Aku mengangguk, berusaha untuk tidak sedih lagi mulai sekarang.

"Makasi ya udah hadir dalam hidup gue!" Kata Aerlyn tersenyum

"Hehe, gue juga! Lo begitu berharga bagi gue, tolong terima lamaran gue ya!"

Tunggu, tunggu! Lamar?. Huh..tolong! Aku sesak napas lagi!

Dari balik punggung, Dion mengeluarkan kotak cincin, seketika aku layu, nervous dan sempat speechless.

Hold Me [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang