(32) BELUM USAI

24 13 0
                                    

yang dirasakan anak orang kaya, 90% material 10% kasih sayang

Aerlyn bertompang dagu sembari tersenyum menatap keseriusan ayahnya dalam melakukan terapi dari psikiater. Ia diajarkan cara tersenyum yang membuat orang lain merasa nyaman bukan merasa risih.

Konsultasi itu menurut Aerlyn akan mampu memperbaiki mental ayahnya yang sudah dikatakan jauh dari kata tidak bermoral.

"Nih! Minum dulu!" Dion memberikan sebotol minuman

Dion juga ikut menemani Aerlyn, baginya belum aman jika Aerlyn hanya pergi bersama ayahnya saja. Karena Essy sekarang sedang demam.

"Entahlah Dion, akhir-akhir ini gue merasa gairah gue tumbuh lagi! Seolah-olah Lo datang kayak malaikat yang ditugaskan nebarkan kebahagiaan!"

Entah apa yang Aerlyn maksud dari ucapannya itu, yang jelas memang itu yang ia rasakan. Kedatangan Dion perlahan-lahan mengubah semua hidupnya.

"Ini yang pengen banget gue denger, hm kalo Lo udah ngerasa gitu, kita tinggal nunggu waktu yang pas buat nikah nanti!" Curcol Dion

Aerlyn menyengir, bahkan menjambak rambut Dion. Gelak tawa menggema diruangan bernuansa putih itu.

.

Tapi mungkin masalah baru akan muncul, karena memang begitu kodratnya. Tak ada manusia yang hanya hidup bahagia.

Tatapan yang bahkan lebih kejam dari seorang pembunuh. Tanpa bergeming apalagi berkedip. Wajah sangar yang melihat tanpa henti senda gurau pasangan itu.

Tangannya dikepal kuat, matanya memerah bak delima, wajah yang tidak bisa dikenali lagi sekarang. Dibalik wajahnya tersimpan jutaan rencana jahat.

.

"Ayo nak! Kata dokter udah boleh pulang nih!" Surya keluar dari ruangan

Aerlyn mengangguk cepat, disusul dengan Dion dari belakang. Yah, nampaknya cukup untuk hari ini.

Didalam mobil...

"Ayah? Aerlyn boleh nanya ga?"

"Ya, tanya aja!"

"Ayah bakalan nyerahkan diri ke polisi setelah ayah sembuh nanti?" Tanyanya dengan nada sedih

"Itu harus Aerlyn! Semuanya murni kesalahan ayah, ayah ga bakalan sangkut pautkan ini sama kamu!" Jelas Surya

Aerlyn tertunduk, dalam waktu singkat ia dapat mengingat kesalahan yang ia perbuat bersama ayahnya.

"Jangan pikirin ini! Kamu udah kelas tiga! Belajar aja! Ayah bakalan berusaha buat sembuh! Doain aja!!" Ujar Surya

Dion hanya menanggapi dalam hati, tidak ada yang bisa ia lakukan selain itu.

"Kita cari makan dulu yuk! Sekalian buat ibu, biar badannya enakan dikit!" Ujar Surya

Aerlyn setuju lagipula jam-jam sekarang memang waktunya untuk top up.

Mereka berhenti disebuah festival kuliner Indonesia, apalagi disini juga disediakan Sate Padang kesukaan Essy.

Hold Me [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang