Lonely life

8.7K 906 114
                                    

Levi's pov

"Ah, aku mengerti big bro, dia cinta pertama mu ya?"

Aku sudah menjelaskan semuanya pada farlan dan isabel, seperti dugaanku mereka berdua terkejut mendengar semua pengalaman yang aku lalui di Benua Amerika itu.

"Ya seperti itulah, namun sekarang aku tidak mencintainya lagi, begitu juga sebaliknya"

"Lantas mengapa pria itu mengirimi kamu bunga sebanyak itu levi?, pikirkanlah"

Ucap farlan padaku, isabel mengangguk pada omongan farlan. Aku menghela nafasku dalam, mereka memberitahuku untuk memberi kesempatan kedua pada Eren. Sepertinya mereka kagum karena Eren sudah berhasil membuatku jatuh hati dan merasa kehilangan tanpa ada dirinya disampingku, itu menurut mereka. Hatiku terasa labil, aku tidak merindukannya namun akhir-akhir ini aku merasa begitu sepi dan Eren kadang muncul dalam mimpiku. Ketika aku terbangun air mata sudah membasahi pipi dan bantal tidurku, hal ini membuat Farlan dan Isabel khawatir akan perasaan dan kondisiku. Kadang aku melamun saat berkerja hingga tanganku kena air panas atau tidak sengaja teriris pisau dan terluka.

"Big bro, untuk hari ini beristirahatlah dirumah,suhu tubuhmu tinggi"

"Ah, itu hanya perasaanmu saja Isabel, aku baik-baik saja, lagipula kalian akan repot jika aku tidak ada disana"

Isabel menepuk kepalanya dengan tangan kanannya, Farlan menghela nafas seperti mengeluh. Mereka mengerti perasaanku dan juga bagaimana sikap keras kepalaku yang tidak dapat dilawan siapapun itu, aku memakai jaketku dan kemudian membawa mereka keluar rumah. Setelah mengunci rumah milik peninggalan ibu Farlan ini kami bertiga langsung pergi menuju Caffe

"Aku akan baik-baik saja, aku tidak akan ceroboh seperti kemarin lagi, kalian tidak usah khawatir"

"Lagipula di semua jari tanganmu sudah terbalut plester semuanya big bro!!, kau tidak akan mungkin mengiris plester yang menempel itu kan??"

Farlan tertawa, akhirnya suasana terasa hangat lagi. Aku sudah 17 tahun natal kemarin dan mereka berdua merayakan ulang tahunku dengan sederhana namun sangat berarti untukku. Foto-foto kami bertiga dicetak oleh Farlan dan digantung di caffe milik kami. Beberapa dari foto itu dibingkai dengan figura berwarna perak, foto yang dibingkai itu adalah foto kami bertiga dengan salah satu aktris terkenal negara ini. Kami sangat senang Caffe yang dibangun ini ramai oleh pengunjung

"Silakan ini setangkai bunga mawar untukmu my lady"

Aku melihat isabel memberikan bunga pada anak perempuan berambut merah sama sepertinya, mungkin anak itu baru berusia 5 tahun dan kedua orang tuanya juga berparas cantik dan tampan. Aku jadi membayangkan bagaimana rasanya memiliki anak dari rahimku sendiri, itu mungkin karena aku seorang Omega.

'shit, mengapa aku memikirkan hal seperti ini disaat aku sedang kerja??'

Aku menggelengkan kepalaku. Mengusir jauh pikiran aneh yang baru saja melintas di otakku ini. Tak sadar wajahku memerah, Isabel mentertawakan aku dengan puas Lalu dia menyenggol-nyenggol lenganku

"Wajahmu merah sekali big bro, apa kau memikirkan sesuatu yang kotor di siang bolong begini?"

Mataku terbelalak, ya bisa dibilang melotot sih. Aku menginjak kakinya yang sedang memakai sendal merek Swallow itu. Dia memegangi kakinya sambil melompat lompat tidak karuan, Aku dapat mendengar Farlan tertawa dari dapur. Beberapa pengunjung melihat ke arah aku dan Isabel, aku membalas tatapan itu dengan senyuman

"Berhenti menggangguku atau kedua kaki kirimu akan menjadi korban juga"

Bisikku di telinganya, wajahnya seketika pucat dan dia menutupi gugupnya itu dengan senyuman polos. Sungguh ekspresi yang lucu, aku mencoba menahan tawaku daritadi

My Possessive Alpha ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang